AWALLUDIN MA'RIFATULLAH

BISMILLAHIRROHMAANIRROHIIM  



Pengertian Ma’rifat


Dari segi bahasa Ma’rifat berasal dari kata arafa, ya’rifu, irfan, ma’rifat yang artinya pengetahuan dan pengalaman. Dan dapat pula berarti pengetahuan tentang rahasia hakikat agama, yaitu ilmu yang lebih tinggi daripada ilmu yang bisa didapati oleh orang-orang pada umumnya. Ma’rifat adalah pengetahuan yang objeknya bukan pada hal-hal yang bersifat zahir, tetapi lebih mendalam bathinnyadengan mengetahui rahasianya. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa akal manusia sanggup mengetahui hakikat ketuhanan dan hakikat itu satu dan segala yang maujud berasal dari yang satu. Selanjutnya ma’rifat digunakan untuk menunjukkan pada salah satu tingkatan dalam tasawuf.

Ma’rifat muncul seiring dengan adanya istilah Tasawwuf, dimana dalam Tasawwuf (dalam hal ini para sufi ‘) berusaha melakukan pendekatan dan pengenalan kepada Allah untuk mencapai tingkat ma’rifatullah yang tinggi. Disaat itulah mulai dikenal istilah Ma’rifat. Agar tidak terjadi kesalahan persepsi atas ma’rifat, ada baiknya kita mendalami kata ini secara komprehensif menurut pandangan dari sufi pertama yang berbicara tentang ma’rifat yang spesifik tentang tasawwuf yaitu Dzunnun al-Mishri, beliau berpendapat bahwa “Ma’rifat Sufistik pada hakekatnya adalah ‘irfan atau Gnost. Tujuan ma’rifat menurut beliau adalah berhubungan dengan Allah, musyahadat terhadap wajah Allah dengan kendalinya jiwa basyariyah kepada eksistensinya yang inhern, wasilahnya dan mujahadah olah spiritual. Ma’rifat datang ke hati dalam bentuk kasyf dan Ilham.

Dalam arti Sufistik, ma’rifat diartikan sebagai pengetahuan mengenai tuhan melalui hati sanubari. Pengetahuan ini lengkap dan jelas sehingga jiwa merasa satu dengan Allah. Prof DR Harun Nasution, mengatakan bahwa ma’rifat menggambarkan hubungan rapat dalam bentuk gnosis, pengetahuan dengan sanubari. Dalam artian mengetahui Tuhan dari dekat, sehingga hati-sanubari dapat melihat Tuhan. Oleh karena itu orang-orang sufi mengatakan :

1. Kalau mata yang terdapat dalam hati sanubari manusia terbuka, mata kepalanya akan tertutup dan ketika itu yang dilihatnya hanyalah Allah.
2. Makrifat adalah cermin, kalau seorang yang arif melihat ke cermin maka yang dilihatnya hanyalah Allah.
3. Yang dilihat orang arif saat tidur dan bangun hanyalah Allah.
4. Sekiranya Ma’rifat mengambil bentuk materi, semua orang yang melihatnya akan mati karena tak tahan melihat kecantikan dan bentuk keindahannya, dan semua cahaya akan menjadi gelap disamping cahaya keindahan yang gilang gemilang.

Dari beberapa definisi di atas dapat kita fahami bahwa ma’rifat adalah mengetahui rahasia-rahasia Allah dengan hati sanubari. Tujuan yang ingin dicapai ma’rifat adalah mengetahui rahasia-rahasia yang terdapat dalam diri Tuhan. Sebagaimana dikemukakan al-Kalazabi, ma’rifat datang sesudah mahabbah, hal ini disebabkan karena ma’rifat lebih mengacu pada pengetahuan sedangkan mahabbah menggambarkan kecintaan. Ma’rifat dalam arti harfiah adalah Pengenalan seorang Hamba terhadap Tuhannya, dalam hal ini adalah Allah, karena tujuan utama dari seorang hamba adalah mengenal Tuhannya dengan baik dan berusaha mencintaiNya.
Dalam kitab Al-Mahabbah, Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa cinta kepada Allah adalah tujuan puncak dari seluruh maqam spiritual dan ia menduduki derajad/level yang tinggi.

"(Allah) mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya." (QS. 5: 54).

Dalam tasawuf, setelah di raihnya maqam mahabbah ini tidak ada lagi maqam yang lain kecuali buah dari mahabbah itu sendiri. Pengantar-pengantar spiritual seperti sabar, taubat, zuhud, dan lain lain nantinya akan berujung pada mahabatullah (cinta kepada Allah). Ma’rifat kepada Allah adalah puncak tujuan seseorang hamba. Maka apabila Tuhan telah membukakan bagimu suatu jalan untuk mengenal kepada-Nya, tidak usahlah kau hiraukan berapa banyak amal perbuatanmu; meskipun masih sangat sedikit amal kebaikanmu sekalipun. Sebab ma’rifat merupakan suatu karunia pemberian langsung dari Allah, maka ia sekali-kali tidak bergantung pada banyak atau sedikitnya amal kebaikan. Fitrah manusia mengenal Allah, baik dalam pengertian ‘aam (umum) maupun dalam arti khush (khusus). Yang dimaksud mengenal Allah dalam pengertian umum ialah pengenalan iman kepada Allah, sebagaimana yang dikaji dalam ‘aqoidul iman yang sangat mendasar. Itulah ilmu tauhid yang disebut sebagai inti agama. Atau pokok dari segala yang pokok. Dengan kata lain, tauhid merupakan keyakinan yang paling dasar untuk diajarkan kepada setiap manusia sebelum lebih jauh menjalar pada aspek-aspek lain dalam agama.

Adapun yang dimaksud pengenalan secara khusus ialah mengenal Allah dalam arti Ma’rifatullah (melihat Allah) dengan matahati. Maka ia melihat “Tak ada perbuatan yang bertebaran di alam ini , kecuali perbuatan Allah; Tak ada nama yang melekat pada suatu apapun, melainkan nama Allah; Tak ada sifat yang mewarnai diri, kecuali sifat Allah; Tak ada zat yang meliputi makhluk, melainkan Zat Allah”. Anugrah Allah kepada hamba yang dikasihi–Nya merupakan lensa ma’rifat yang hakiki kepada-Nya. Sebab bagi orang yang tak dapat anugerah Allah, ia mengenal Tuhan mereka menurut versi angan khayal mereka. Seperti Fir’aun yang menuhankan dirinya, Namrud menuhankan patung batu (arca) dan di zaman kini banyak orang yang menuhankan sesuatu selain Allah, seperti menuhankan kekuatan alam dan teknologi. Mereka itu sebagai contoh orang yang tidak mendapat anugerah ma’rifat dari Allah. Jika Allah telah menunjukkan kepada hamba-Nya dengan sebagian sebab-sebab sehingga ia menjadi orang yang ma’rifat, kemudian kepadanya dibukakan pintu kema’rifatan yang tetap (sakinah) sehingga ia mendapat ketenangan yang luar biasa. Dan ini merupakan nikmat yang paling besar. Apabila kamu dibukakan pintu ma’rifat yang hakiki maka janganlah kamu hiraukan amalmu yang sedikit. Sebab di atas telah diterangkan bahwa ma’rifat itu adalah anugerah dari Allah yang datangnya tidak menggantungkan akan banyak atau sedikitnya amal kebaikan.

Ma’rifat adalah anugerah Allah yang didasari kasih Tuhan kepada hamba-Nya. Adapun amal ibadah sebagai persembahan hamba kepada Tuhannya. Dimisalkan; anugerah itu seperti martabat seorang budak yang diangkat oleh raja menjadi perdana menteri. Adapun amal ibadah seumpama upeti rakyat kepada rajanya. Maka betapa sangat jauh perbedaan antara keduanya. Sesungguhnya maksud dan tujuan kebanyakan manusia memperbanyak amal kebaikan itu adalah agar mereka dapat mendekatkan (Taqarrub) dirinya kepada Allah dengan amal itu. Tetapi perlu disadari bahwa itu tidak akan berubah maksudnya karena banyak atau sedikitnya amal seorang hamba.

Dalam hal ini dapat dimisalkan seperti orang yang sedang menderita sakit, disebabkan penyakit yang dideritanya maka menjadi berkuranglah ibadahnya kepada Allah. Boleh jadi penyakit yang dideritanya itu sebagai sebab dan isyarat terbukanya pintu kema’rifatan kepada Allah. Oleh sebab itu jangan mempunyai perasaan banyaknya amal ibadah yang tertinggal disebabkan sakit. Dengan sakit yang dideritanya itu bisa merasa dekat dengan Allah. Perasaan lapang dada, luas hatinya dan telah meninggalkan berbagai kenikmatan dunia seraya diiringi oleh rasa cinta negeri akhirat. Juga telah siap tuk meninggalkan dunia nan fana sebelum kematian itu datang. Ini juga sebagai pertanda orang yang telah mendapatkan Nur Ilahi atau anugerah Allah. Kesadarannya bahwa Allah bisa berbuat apa saja menurut kehendaknya, sebagai tanda kearifannya. Alat untuk Ma’rifat Alat yang digunakan untuk ma’rifat telah ada dalam diri manusia yaitu Qalbu (hati), qalbu selain alat untuk merasa juga alat untuk berfikir.

Bedanya Qalbu dengan akal ialah bahwa akal tak bisa memperoleh pengetahuan yang sebenarnya tentang Tuhan. Sedangkan Qalbu bisa mengetahui hakikat dari segala yang ada dan jika dilimpahi cahaya Tuhan bisa mengetahui rahasia-rahasia Tuhan. Qalbu yang telah dibersihkan dari segala dosa dan maksiat melalui serangkaian zikir dan wirid secara teratur akan dapat mengetahu rahasia-rahasia Tuhan, yaitu saat hati tersebut disinari cahaya Tuhan. Proses sampainya qalbu pada cahaya Tuhan ini erat kaitannya dengan dengan konsep takhalli, tahalli, tajalli. Takhalli yaitu mengosongkan diri dari akhlak yang tercela dan perbuatan maksiat melalui tobat, selanjutnya Tahalli yaitu menghiasi diri dengan akhlak yang mulia dan amal ibadah.

Sedangkan Tajalli adalah terbukanya hijab sehingga tampak jelas cahaya Tuhan. Dengan limpahan cahaya Tuhan itulah manusia dapat mengetahui rahasia-rahasia Tuhan. Dengan demikian ia dapat mengetahui apa-apa yang tidak bisa diketahui manusia biasa. Orang yang sudah mencapai makrifat akan memperoleh hubungan langsung dengan Allah. Manfaat dari Ma’rifat Semua yang ada di alam ini mutlak ada dalam kekuasaan Allah. Ketika melihat fenomena alam, idealnya kita bisa ingat kepada Allah. Puncak ilmu adalah mengenal Allah (ma'rifatullah). Kita dikatakan sukses dalam belajar bila dengan belajar itu kita semakin mengenal Allah. Jadi percuma saja sekolah tinggi, luas pengetahuan, gelar prestisius, bila semua itu tidak menjadikan kita makin mengenal Allah. Mengenal Allah adalah aset terbesar.

Mengenal Allah akan membuahkan akhlak mulia. Betapa tidak, dengan mengenal Allah kita akan merasa ditatap, didengar, dan diperhatikan selalu. Inilah kenikmatan hidup sebenarnya. Bila demikian, hidup pun jadi terarah, tenang, ringan, dan bahagia. Sebaliknya, saat kita tidak mengenal Allah, hidup kita akan sengsara, terjerumus pada maksiat, tidak tenang dalam hidup, dan sebagainya. Ciri orang yang ma'rifat adalah laa khaufun 'alaihim wa lahum yahzanuun. Ia tidak takut dan sedih dengan urusan duniawi. Karena itu, kualitas ma'rifat kita dapat diukur. Bila kita selalu cemas dan takut kehilangan dunia, itu tandanya kita belum ma'rifat. Sebab, orang yang ma'rifat itu susah senangnya tidak diukur dari ada tidaknya dunia. Susah dan senangnya diukur dari dekat tidaknya ia dengan Allah. Maka, kita harus mulai bertanya bagaimana agar setiap aktivitas bisa membuat kita semakin kenal, dekat dan taat kepada Allah. Salah satu ciri orang ma'rifat adalah selalu menjaga kualitas ibadahnya.


Terjaganya ibadah akan mendatangkan tujuh keuntungan hidup:

1. Hidup selalu berada di jalan yang benar (on the right track).

2. Memiliki kekuatan menghadapi cobaan hidup. Kekuatan tersebut lahir dari terjaganya keimanan.


3. Allah akan mengaruniakan ketenangan dalam hidup. Tenang itu mahal harganya. Ketenangan tidak bisa dibeli dan ia pun tidak bisa dicuri. Apa pun yang kita miliki, tidak akan pernah ternikmati bila kita selalu resah gelisah.


4.Seorang ahli ibadah akan selalu optimis. Ia optimis karena Allah akan menolong dan mengarahkan kehidupannya. Sikap optimis akan menggerakkan seseorang untuk berbuat. Optimis akan melahirkan harapan. Tidak berarti kekuatan fisik, kekayaan, gelar atau jabatan bila kita tidak memiliki harapan.


5.Seorang ahli ibadah memiliki kendali dalam hidupnya, bagaikan rem pakem dalam kendaraan. Setiap kali akan melakukan maksiat, Allah SWT akan memberi peringatan agar ia tidak terjerumus. Seorang ahli ibadah akan memiliki kemampuan untuk bertobat.


6.Selalu ada dalam bimbingan dan pertolongan Allah. Bila pada poin pertama Allah sudah menunjukkan jalan yang tepat, maka pada poin ini kita akan dituntun untuk melewati jalan tersebut.


7.Seorang ahli ibadah akan memiliki kekuatan ruhiyah, tak heran bila kata-katanya bertenaga, penuh hikmah, berwibawa dan setiap keputusan yang diambilnya selalu tepat. Kemampuan Manusia untuk melakukan Ma’rifat Allah menciptakan manusia dengan sempurna yaitu diberikannya bentuk tubuh yang baik, akal pikiran dan nafsu, kemudian manusia itu sendiri yang menentukan mampu atau tidaknya menggunakan pemberian Allah dengan baik (QS. Attin: 4-5).



Ruh sebagai power untuk menghidupkan seluruh anggota badan, Akal sebagai alat untuk menerima ilmu pengetahuan atau untuk mengetahui hakikat sesuatu secara logis tanpa mempertimbangkan hal-hal yang irasional, anggota tubuh seperti panca indra yang hanya dapat merealisasikan secara indrawi tanpa mempertimbangkan pernghalangnya. Dari semua anggota tubuh manusia hanya Hati yang dapat menerima sesuatu yang mutlak dari Allah yang maha kuasa karena hati adalah sebagai tuan dari anggota tubuh, semua aktivitas anggota tubuh digerakkan oleh hati dan hati adalah Allah yang menggerakkan.

" Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya " (QS.Al Bayyinah:4-6).

" Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi manusia kebanyakan tidak bersyukur " (QS.Al Baqarah:243), (Al Mu'min:61), (Yunus:60)
  
" Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendakinya diantara hamba-hamba Nya " (QS.Al Baqarah:90).

Allah telah menyediakan dan memberikan beberapa kelebihan untuk manusia sehingga manusia yang asal mulanya sama diciptakan dari tanah kemudian mempunyai tingkat kelebihan yang berbeda disisi Allah karena ketaqwaan dan usaha mereka untuk mencapai kehadhirat-Nya. Kelebihan Allah yang diberikan kepada manusia diluar adat kebisaan manusia biasa (Khariqul Adat) dan diluar akal manusia, sehingga manusia yang mendapat kelebihan dapat berbuat diluar adat dan akal manusia:

1. Para Rasul Mendapat kelebihan Mu'jizat dengan jalan mendapat Wahyu dari Allah untuk bekal da'wah menegakkan agama Tauhid dan memberantas kemusyrikan.

Katakanlah: " Sesunggguhnya aku ini ( asalnya ) hanya manusia seperti kamu yang diwahyukan kepadaku. Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa " (QS. Al Kahfi:110 ).

"Rasul-rasul itu kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain. Diantara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan Dia) dan sebagian- sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa Mu'jizat serta kami perkuat mereka dengan Ruhul Qudus " (QS. Al Baqarah:253)

2. Para Nabi Mendapat kelebihan Irhash dengan jalan mendapat Ilham dari Allah untuk bekal da'wah menegakkan kebenaran dan menghapuskan kejahatan.

" Dan sesungguhnya telah kami lebihkan sebagian Nabi-nabi itu diatas sebagian ( yang lain ) dan kami berikan Zabur kepada Daud " (QS. Al Isra:55).

3. Para Wali Mendapat Karomah dengan jalan Mujahadah dan Riyadhoh yang tinggi dalam menjalankan pengetahuan tasawuf hingga mencapai Ma'rifat kepada Allah. Hubungan para wali dengan Allah sudah sangat harmonis sehingga segala kelakuan mereka dalam ketentuan Allah tanpa ada pengaruh syaitan, hawa Nafsu dan keduniaan. Banyak kita temui Karomah para wali dijagat raya ini yang diluar kemampuan akal dan fisik manusia biasa untuk membuktikan keagungan dan kebenaran Allah.

" Ingatlah,sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa " (QS. Yunus:62-63)

4. Para shalihin (orang-orang yang salih) Mendapat Ma'unah karena ketaqwaan mereka kepada Allah dan Istiqomah dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhkan laranganNya.

“ Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu " (QS. Al Hujarat:13). "

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan " (QS.Al Mujadilah:11).


" Dan Allah mempunyai kelebihan ( yang dicurahkan ) atas orang-orang yang beriman " (QS. Ali Imran:152). 



5. Orang-orang yang Kafir atau Fasik Mendapat Istidroj yaitu kelebihan yang luar biasa yang menyalahi adat kebisaan manusia dengan jalan bersekutu dengan syaitan atau Jin kafir sebagai uluran azab Allah karena kekafiran atau kefasikan mereka.

" Dan kami lebihkan mereka (Bani Israil) atas yang lain didunia ini " (QS. Al-Jatsiyah:16)

Perintah Mencari Kelebihan Allah dengan hati ( Melakukan Ma’rifat) Hati menurut ilmu kedokteran adalah darah hitam yang beku mempunyai bentuk tersendiri letaknya disebelah kiri dada (Heart) berfungsi sebagai penetral darah. Tetapi Imam Al Gazali tidak berbicara tentang bentuk dan fungsinya menurut ilmu kedokteran hanya berbicara menurut pandangan ilmu kebathinan (Tasauf). Hati menurut pandangan Tasauf adalah unsur halus yang bersifat ke-Tuhanan dan metafisik yang berada pada bentuk hati yang bersifat jasmani. Kelebihan Allah yang diberikan kepada manusia tertampung dalam wadah yang mulia yaitu hati. Kelebihan Allah yang ada pada hati manusia adalah akal, Bashiroh (Mata bathin), Niat.

Pengetahuan Illahi / Hikmah dan yang tertinggi adalah Ma'rifat. Sesungguhnya Allah memerintahkan HambaNya untuk mencari kelebihannya, salah satunya adalah dekat mendekatkan diri padanya melalui hati sanubari (ma’rifat), sebagaimana ayat-ayat dibawah ini :

" Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari kelebihanNya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu " (QS. Annisa:32).

" Dia akan memberi pada tiap-tiap orang yang mempunyai kelebihan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut akan ditimpa siksa hari qiamat " (QS. Huud:2).



Cara Untuk Memperoleh Kelebihan dari Allah

1. Wahbi atau Ladunni Yaitu kelebihan Allah yang diperoleh dengan jalan wahyu atau ilham tanpa ada usaha, mudah dan cepat mendapatkannya karena langsung dari Allah. Seperti, para Rasul dengan wahyu, Nabi dengan ilham.

2. Kasbi atau Ikhtiyari Yaitu kelebihan Allah yang diperoleh dengan usaha yang keras, sulit mendapatkannya dan dalam waktu yang relatif lama. Seperti, kelebihan orang shalih yang diperoleh dengan istiqomah beribadah atau menjalankan tasauf dengan Mujahadah dan Riyadhoh yang tinggi.Setiap manusia dapat memperoleh kelebihan yang Allah sediakan untuknya asalkan mereka mampu menjalannya dengan baik dan hati yang bersih atau Allah memberikan langsung dengan mudah tanpa usaha melalui wahyu atau ilham.



Dalam usaha memperoleh kelebihan Allah, ada beberapa tingkat perbedaan manusia sesuai dengan akal dan kebisaan mereka.

1. Hati anak kecil yang belum sempurna Menerima petunjuk Allah, ia dapat mengalami keajaiban Tuhan tetapi tidak dapat mengimpretasikan apa-apa yang dialaminya.

2. Hati yang kotor Karena berbuat maksiat dan mengikuti hawa nafsu sehingga tidak dapat menerima kelebihan Allah sebelum dibersihkan terlebih dahulu.

3. Hati yang labil Masih bimbang mencari sesuatu keduniaan walaupun selalu beribadah belum dapat menerima hakikat ke-Tuhanan kecuali ia meninggalkan kesibukan dunia.

4. Hati yang bodoh Terhadap hakikat keTuhanan ia beribadah tetapi tidak mempelajari tentang hakikat ke-Tuhanan Allah yang sebenarnya atau ia tidak mencari hakikat ke-Tuhanan Allah.

5. Hati yang terhijab Karena pengaruh pengetahuan atau mengikuti sesuatu ajaran / dogma yang dapat menutup hatinya dari hakikat ke-Tuhanan Allah.



Lima Kelebihan hati yang tidak Ada Pada Anggota Tubuh

1. Tempat persaingan iman dan syaitan untuk menguasai
2. Pengendali gerakan akal dan hawa nafsu
3. Penggerak anggota tubuh
4. Obat untuk memperbaiki hati sangat sulit
5. Banyak penyakit hati Pengetahuan hati lebih utama dibanding pengetahuan akal atau panca indra, karena pengetahuan akal atau indra obyeknya terbatas hanya bersifat Empiris dan Rasional dan sering tertipu oleh obyek yang sedang diamati atau bersifat Spekulatif yang sering mengundang kontradiksi diantara para ilmuwan.



Pengetahuan hati mempunyai tiga kelebihan

1. Pengetahuan hati tidak terbatas pada sesuatu yang bersifat Empiris dan Rasional tetapi dapat mengetahui sesuatu yang Metafisik dan yang maha Muthlak.
2. Pengetahuan hati dibimbing oleh Ilahi dengan Wahyu, Intuisi dan Hidayah.
3. Hati tempat penilaian Tuhan untuk semua amal manusia. Keutamaan Ma’rifat Ma'rifat adalah mengenal yang hak pada segala Asma dan sifatNya dengan sebenar-benarnya.

Ma'rifat adalah keistimewaan yang tertinggi yang ada pada hati, karena seseorang yang sudah ma'rifat hubungan antaranya dan Allah sudah sangat dekat dan harmonis hingga dirinya menyatu dengan Allah, sifatnya adalah sifat Allah dan semua aktivitasnya adalah qudrat Allah. " Siapa yang mengenal dirinya maka ia mengenal Tuhannya " (al Hadits).


Abu Ali Addaqaq berkata: " Kehidupan orang yang Arif selalu tenang tidak ada rasa takut atau bersedih hati dan tingkah lakunya menunjukkan kehebatan Allah ". Penghalang Melakukan Ma’rifat Syaitan selalu berusaha untuk menghalangi usaha manusia dalam mencapai kelebihan Allah (Melakukan Ma’rifat) dengan bermacam halangan agar manusia tidak dipandang oleh Allah dan jauh dari rahmatNya. 

”Syaitan menakut-nakuti kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan” (QS.Al Baqarah:268).

Ada beberapa penghalang yang berupa dosa yang menghalangi manusia untuk mencapai kelebihan Allah diantaranya dosa-dosa itu adalah:

1. Perbuatan Maksiat
2. Mengikuti Hawa nafsu
3. Cinta pada dunia
4. Mengikuti dogma / ajaran yang dilarang agama.

Ma’rifat dalam Pandangan Al-Qur’an dan Hadits Dari uraian diatas telah dijelaskan bahwa ma’rifat adalah pengetahuan tentang rahasia-rahasia dari Tuhan yang diberikan kepada HambaNya melalui pancaran CahayaNya (Tuhan) ke dalam hati seorang Sufi. Dengan demikian Ma’rifat berhubungan dengan Nur (Cahaya Tuhan).

Di dalam Al-Qur’an dijumpai tidak kurang dari 43 kali kata Nur di ulang dan sebagian besar dihubungkan dengan Allah. Salah satunya ayat di bawah ini :

و من لم يجعل الله له نورا فما له من نو ر

”Dan barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun. (QS. Al-Nur 24 : 40)

Ayat di atas berbicara tentang cahaya Allah, cahaya tersebut hanya diberikan Allah kepada hambaNya yang Dia kehendaki. Mereka yang mendapatkan cahaya dengan mudah akan mendapatkan petunjuk hidup, sedangkan mereka yang tidak mendapatkan cahaya akan mendapatkan kesesatan hidup. Dalam Ma’rifat kepada Allah yang didapatkan orang Sufi adalah cahaya. Dengan demikian ajaran Ma’rifat sangat dimungkinkan terjadi dalam Islam dan tidak bertentangan dengan Al-Qur’an. Selanjutnya di dalam Hadits kita jumpai sabda Rasulullah yang berbunyi :

كنت خزينة خا فية احببت ان اغرف فخلقت الخلق فتعر فت اليهم فعرفونى

Aku (Allah) adalah perbendaharaan yang tersembunyi (Ghaib), Aku ingin memperkenalkan siapa Aku, maka aku ciptakanlah mahluk. Oleh karena itu Aku memperkenalkan DiriKu kepada mereka. Maka mereka itu mengenal Aku (Hadits Qudsi).

Hadits tersebut memberikan petunjuk bahwa Allah dapat dikenal oleh manusia. Caranya dengan mengenal atau meneliti CiptaanNya. Ini menunjukkan bahwa Ma’rifat dapat terjadi, dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam.



PENUTUP

Dalam kitab Al-Mahabbah, Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa cinta kepada Allah adalah tujuan puncak dari seluruh maqam spiritual dan ia menduduki derajad/level yang tinggi.

"(Allah) mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya." (QS. 5: 54).

Dalam tasawuf, setelah di raihnya maqam mahabbah ini tidak ada lagi maqam yang lain kecuali buah dari mahabbah itu sendiri. Pengantar-pengantar spiritual seperti sabar, taubat, zuhud, dan lain lain nantinya akan berujung pada mahabatullah (cinta kepada Allah).

Dalam buku "Mahabbatullah" (mencintai Allah), Imam Ibnu Qayyim menuturkan tahapan-tahapan menuju wahana cinta Allah. Bahwasanya cinta senantiasa berkaitan dengan amal. Dan amal sangat tergantung pada keikhlasan qalbu, disanalah cinta Allah berlabuh. Itu karena Cinta Allah merupakan refleksi dari disiplin keimanan dan kecintaan yang terpuji, bukan kecintaan yang tercela yang menjerumuskan kepada cinta selain Allah Tidak ada pemberi nikmat dan kebaikan yang hakiki selain Allah.

Oleh sebab itu, tidak ada satu pun kekasih yang hakiki bagi seorang hamba yang mampu melihat dengan mata batinnya, kecuali Allah SWT. Sudah menjadi sifat manusia, ia akan mencintai orang baik, lembut dan suka menolongnya dan bahkan tidak mustahil ia akan menjadikannya sebagai kekasih. Siapa yang memberi kita semua nikmat ini? Dengan menghayati kebaikan dan kebesaran Allah secara lahir dan batin, akan mengantarkan kepada rasa cinta yang mendalam kepadaNya.

Ketertundukan hati secara total di hadapan Allah, disinilah kita sebagai hamba Allah bisa membuktikan bahwa ma’rifat kepada Allah juga tertanam dalam kalbu kita, berusaha mewujudkannya dalam setiap perbuatan, ibadah dan merealisasikannya dalam kehidupan sehingga kita termasuk dalam golongan ma’rifatullah.


Ibnu Qoyyim dalam kitab Al Fawaid hal 29, mengatakan: 

“Allah mengajak hamba-Nya untuk mengenal diri-Nya di dalam Al Qur’an dengan dua cara yaitu pertama, melihat segala perbuatan Allah dan yang kedua, melihat dan merenungi serta menggali tanda-tanda kebesaran Allah”


seperti dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam terdapat (tanda-tanda kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memiliki akal.” (QS. Ali Imran: 190)

Jelas sudah dari ayat di atas, bahwa Allah tidak melarang bahkan memerintahkan HambaNya untuk mengenal diriNya, Ma’rifat kepada Tuhan tidak bisa ditemukan meskipun dengan menyembahnya secara benar. Ma’rifat dapat ditemukan dengan cara larut dengan-Nya, melalaikan dunia secara total dan terus-menerus berpikir tentang-Nya. Mungkin bagi kita yang hanya sebagai manusia yang tergolong kedalam golongan ma’rifat mukmin menurut Dzunnin al-Mishri masih di kategorikan belum mampu untuk larut dengan-Nya, melalaikan dunia secara total dan terus-menerus berpikir tentang-Nya. Begitu pula yang termasuk ke dalam golongan ma’rifat.

Mereka adalah para filosof, ahli ilmu kalam, dan para pemikir. Mereka hanya mengetahui Allah berdasarkan data-data empiris melalui penelitian-penelitian. Mereka tidak mengenal Allah dan mereka tidak mampu membuka hijab Allah SWT karena mereka tidak sepenuhnya memusatkan pikiran dan hidup mereka untuk mengetahui Dzat Allah. Bagi mereka mengetahui untuk kajian ilmiah sudah cukup membuktikan adanya Allah SWT. Mereka tidak dapat membuka hijab Allah karena mereka belum dapat melalaikan dunia secara total. Sedangkan ma’rifat awliya muqarrab. Mereka adalah nabi, wali, dan sufi yang mempunyai pribadi yang dekat dengan Allah SWT. Hanya mereka yang mampu membuka hijab Allah SWT. Karena mereka sudah mampu untuk larut dengan-Nya, melalaikan dunia secara total dan terus-menerus berpikir tentang-Nya.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------



WAJIB MA’RIFAT KEPADA ALLAH TA’ALA




JILID 1


Bahwa sesungguhnya ma’rifat kepada Allah Ta’ala hukumnya wajib bagi semua orang yang sudah Mukallap, tegasnya bagi semua orang yang sudah memasuki usia Aqil balig, wajib tidak boleh tidak, karena ada hadis nya kang jeng nabi Muhammad s.a.w yang berbunyi begini : “Awwalu dinni ma’rifatullohi ta’ala “. Artinya : Awal-awalnya Agama itu, harus mengetahui lebih dahulu kepada Allah Ta’ala. Sebab diharuskan mengetahui lebih dahulu itu, supaya di dalam pelaksanaan ibadah seseorang Akan diterima amal ibadahnya oleh Allah Ta’ala, ibadah itu harus dibarengi dengan ilmu. Kalau tidak dibarengi dengan ilmu hukumnya adalah batal, tegasnya tidak jadi. Setiap-tiap sesuatu yang tidak jadi, sudah tentu tidak akan ada manpaatnya untuk di Akherat kelak, hanya berguna di dunia saja. tetapi di dalam perkara ilmu, hati-hati jangan sampai keliru, sedangkan artinya ilmu itu adalah pengetahuan, namun bukan hanya harus mengetahui kepada syara’, yaitu tentang syahnya dan batalnya ibadah saja, tetapi harus dengan mengetahui ( Ma’rifat ) kepada Allah Ta’ala Rosululloh, sebab itu semuanya, jangan sampai tidak karuan ( sembarangan ) saja penempatannya. Perumpamaannya di dunia, amal ibadah itu sedang mengumpulkan perabotan rumah tangga, seperti meja, kursi, lemari dsb, sedangkan Ma’rifat kepada Allah Ta’ala seumpama kita memiliki sebuah rumah yang besar dan megah, yaitu supaya barang-barang yang di dapat dengan susah tentu akan mudah rusak, dan tidak akan menjadikan kenikmatan. Apalagi kalau kita mempunyai tekad amal ibadah itu untuk bekal nanti keakherat, kalau begitu semakin wajib saja Ma’rifat kepada Allah Ta’ala sebab untuk tempat kembali ( pulang ).Kalau tidak diketahui dari sekarang, apakah kira-kira nanti akan sampai ke tempat asal kita tadi? 


Padahal di dalam sakaratul maut nanti, sudah tidak ada bahan pertanyaan lagi dan sudah tidak akan ada akalnya lagi, saking merasakan rasa sakitnya, sebab menurut hadis juga kalau sekarang kita selama di- dunianya buta, tegasnya tidak mengetahui kepada Allah dan Rasululloh, nantinya di akherat juga tetap saja buta. Setiap-tiap kita dalam keadaan buta tegasnya merasa gelap diakherat kalau begitu hasil jerih payah kita selama di dunia,yang didapatnya dengan susah payah akan dibawa kemana? Disebabkan tidak bisa sampai kepada Allah ke tempat asal kita semuanya tadi, boleh jadi hasil jerih payah atau hasil amal ibadah kita akan dibawa kesasar atau tersesat ke sana ke mari, kalau dibawa masuk kedalam sarang kaum siluman, hasil pendapatan kita akan dijadikan sebagai harta kekayaan di negaranya, dan kita sendiri akan dijadikan sebagai pembantunya. Oleh karena itu kita mumpung masih berada (hidup) di dunia, harus berikhtiar sedia payung sebelum hujan, tegasnya harus mau mendatangi ke alam kemudian, atau alam akherat, yaitu harus bisa mati sebelum mati, karena kalau tidak mati dahulu selagi hidup tentu tidak akan tahu kepada akherat. Karana kalau ingin tahu kepada akherat harus bisa mati dahulu, sesuai dengan dalilnya: “Antal Mautu qoblal mautu” Jadi jelas akherat atau asal kita tadi, harus diketahui dan harus didatangi dari sekarang supaya nanti tidak akan tersesat lagi, mati sambil mendelik-delik, mencibir, dan melirik kesana kemari seperti orang mencari jalan.




JALAN-JALANNYA MA’RIFAT KEPADA ALLAH TA’ALA


Kalau jalan-jalannya Ma’rifat kepada Allah Ta’ala itu ada dua jalan, ada yang dari bawah ke atas dan ada yang dari atas ke bawah. Kalau yang dari bawah ke atas, yaitu yang memasuki pesantren lebih dahulu, mengaji kitab Al Qur’an dan terus melaksanakan ibadahnya rukun yang lima perkara. Nah yang begitu adalah termasuk jalan ibadah Ma’rifat Kepada Allah Ta’ala, namun sayang kebanyakan tidak pernah sampai kepada Ma’rifatnya, disebabkan keburu betah, dan keburu enak pada Asma, tegasnya sudah keburu nikmat pada pal penunjuk, padahal kalau diteruskan Ma’rifatnya kepada Dat sifatnya Allah Ta’ala, masa iya tidak berlipat ganda kenikmatannya, karena nyata baru di Asma saja sudah sedemikian kenikmatannya. Sedangkan kalau jalan yang dari atas ke bawah, yaitu yang memenuhi dalil tadi, Awwalu Dinni Ma’rifatullohi ta’ala, jalannya bukan hanya dari pada pesantren saja, tetapi harus mau melatih diri, yaitu harus dengan Tirakat dibarengi dengan Ikhtiar mencari tempat berguru, yaitu Guru Mursid, karena tidak akan mengerti kalau tanpa guru, oleh sebab itu manakah yang akan disusul (dikejar) oleh kita ?


Tidak ada lain, kecuali dari pada Tarekatnya para Wali yang harus dikejar, sebab itulah yang bisa sampai Ma’rifat kepada Dat sifatnya Allah Ta’ala, yang disebut dengan Johar Awal, yaitu hakekatnya Muhammad, masa iya tidak ada berkah keramatnya untuk kita semuanya, sebab tadi juga, para Wali makanya sedemikian rajin dan gigihnya bertapa, tidak ada lain hanya untuk membela umat-umatnya Rasululloh supaya bisa kembali lagi kepada Allah Ta’ala. Oleh sebab itu marilah kita segera cari bersama-sama Tarekat para wali tersebut, sebab kalau tidak cepat-cepat ketemu Tarekat para Wali itu, tentu tidak akan dapat kembali lagi ke asal, pasti nyawa kita nanti akan bergentayangan nitis menitis, kembali lagi ke dunia kepada barang-barang yang akan terkena rusak, tidak akan bisa memenuhi dalil: “Inna lillahi wa inna ilaihi roji'uun” Artinya: Asal dari Allah, harus kembali lagi kepada Allah Namun semuanya mungkin masih bingung, walaupun percaya juga, karena kita tidak merasa tadinya berangkat dari Allah, turunnya kealam dunia, tetapi dikarenakan ada dalilnya begitu, cepat-cepat saja kita mengaku berasal dari Allah, tetapi mengakunya cuma sebatas bahwa bibir saja, terpaksa mengakunya karena takut disebut kafir/kufur, karena tidak percaya kepada dalil, namun artinya tetap saja gelap tidak mengerti, disebabkan tidak terasa. Oleh sebab itu saya akan memberi sedikit keterangan, supaya dapat terasa dan percaya, kita tadi asalnya dari ALLAH, beginilah keterangannya kita telusuri dahulu dari bawah ke atas, supaya dapat di mengerti oleh akal.


Mula-mula kita menerima berasal dari mana?
Yang dapat dimengerti oleh umum, kita berasal dari IBU, terus telusuri lagi ke atasnya, kalau ibu kita berasal dari mana?
Tentu saja ibu kita berasal dari NENEK, kalau nenek berasal dari mana?
Tidak salah lagi Nenek keluar dari BUYUT, kalau buyut keluar dari mana? Buyut berasal dari BAO (menurut istilah bahasa sunda). Kalau Bao berasal dari mana?
Asalnya tentu dari JANGAWARENG, kalau jangawareng berasal dari mana? Tentu saja keluarnya dari UDEG-UDEG, kalau udeg-udeg berasal dari mana?
Tentu keluar dari KAKAIT SIWUR, selanjutnya begitu saja, dari ibunya dan dari ibunya lagi, sampai kepada SITI HAWA, sedangkan Siti Hawa berasal dari mana?
Siti Hawa berasal dari TULANG RUSUKNYA NABI ADAM, kalau Nabi Adam berasal dari mana? Diterangkan oleh Hadis bahwa Nabi Adam berasal dari pada SARI-SARI BUMI, API, AIR dan ANGIN, sedangkan Sari-Sari Bumi, Api, Air dan Angin berasal dari mana? Diterangkan pula oleh Hadits asalnya dari pada NUR MUHAMMAD, cahaya empat perkara.


1. Cahaya hitam hakekatnya BUMI
2. Cahaya putih hakeketnya AIR
3. Cahaya kuning hakekatnya ANGIN
4. Cahaya merah hakekatnya API Kalau NUR MUHAMMAD berasal dari mana?


Itu juga diterangkan oleh Hadis, asalnya dari pada Nurnya Yang Maha Suci, yaitu yang disebut dengan JOHAR AWAL. Nah sampai di situ buntu, sebab sudah diterangkan oleh Hadis dan Al Qur’an, bahwa JOHAR AWAL itu adalah bibitnya atau cikal bakalnya tujuh lapis Bumi dan tujuh lapis Langit beserta seluruh isinya, jadi kalau begitu, bahwa tadi dikatakan berasal dari Allah itu, yaitu berasal dari sana, dari pada JOHAR AWAL itulah, sifatnya terang benderang yaitu bersatunya Dat dengan sifatnya Yang Maha Suci, barulah ada Asma Allah yaitu:


1. Cahaya Merah jadi Hakekat lapad……….Alip
2. Cahaya Kuning jadi Hakekatnya lapad…...Lam Awal
3. Cahaya Putih jadi Hakekat lapad…………Lam Akhir
4. Cahaya Hitam jadi Hakekat lapad………...He
5. JOHAR AWAL jadi Hakekat lapad……...Tasjid


Begitulah keterangannya, jadi itu cahaya yang disebut di atas adalah yang disebut Ismudat, artinya Asmanya DAT LAESA KAMISLIHI, atau Asmanya yang Maha Suci, kalau menurut para ahli dzikir disebutnya Latifah, nah nantinya kita harus bisa kembali lagi ke sana, makanya wajib diketahui dari sekarang Tarekatnya yang dapat menghilangkan Hijab atau penghalang yang menggelapi kepada Dat Sifatnya Allah Ta’ala, harus sampai ketemu dengan Hakekatnya Tasjid Muhammad yang ada di dalam wujud pribadi, nah itulah kunci Muhammad yang dapat membongkar Hijabnya kepada Allah Ta’ala, kalau seumpama ketemu, Insya Allah tentu kita bisa memenuhi pada peribahasa pulang ke sejati, kembali ke asal. Yaitu yang pulang ke sejati adalah Rasa Jasmani yang sekarang dipakai, kembali lagi kepada rasa tadi, sewaktu masih berada di Nurulloh (JOHAR AWAL), sedangkan yang kembali ke asal, yaitu Jasmaniah berubah menjadi asalnya lagi, yaitu menjadi Nur Muhammad, menjadi cahaya empat perkara lagi, cahaya merah, kuning, putih, hitam, setiap-tiap yang bisa kembali ke asal, itulah yang namanya sempurna, artinya habis bersih, habis rasanya, habis jasmaninya.


MULA-MULANYA KALAU INGIN MENCARI TUHAN Nabi Muhammab S.A.W bersabda :


”Man tholabal maulana bighoeri nafsihi faqod dolla dolalan ba’da”.
Artinya : “Barang siapa manusia mencari Tuhan keluar dari pada dirinya sendiri, maka sesungguhnya orang itu tersesat, karena didalam tekadnya merasa sangat jauhnya dengan Allah Ta’ala”.


Padahal ada dalilnya: “Wanahnu aqrobu ilaihi min hablil wariid”
Artinya : “Aku sudah tidak ada jaraknya lagi dengan kamu sekalian, walaupun diumpamakan urat leher dengan leher kamu pribadi juga, masih lebih dekat denganku “.


Makanya manusia lebih dimulyakan oleh Allah Ta’ala dibandingkan dengan makhluk yang lain, sesuai dengan dalilnya yang berbunyi :


“Wa laqod karomna Bani Adam”.
Artinya : “Kami sudah memuliakan sekali anak cucu Adam”.


Dan ada lagi dalilnya yang berbunyi begini :


“Laqod kholaqnal insanna fi ahsanitaquiim”
Artinya : “Manusia adalah yang paling bagus dan paling menakjubkan dari pada suatu kejadian, diantara sesama makhluk Allah Ta’ala”.


Coba saja kalau kamu sudah mengetahui keadaan yang ada di dalam dirimu sendiri, tentu nanti akan terasa keajaiban-keajaiban yang ada di dalam badan sendiri. Ada lagi hadis Nabi Muhammad yang mengatakan


“Man ‘arofa napsahu faqod ‘arofa robbahu “.
Artinya : “Barang siapa yang sudah mengetahui kepada dirinya sendiri, sudah tentu akan mengetahui kepada Tuhannya”


“Wa man ‘arofa robbahu faqod jahilan napsahu”
Artinya : “Dan barang siapa yang sudah mengetahui kepada Tuhannya, tentu akan merasa bodoh dirinya, karena tentu dia dapat mengerti bahwa sijasad tidak akan bisa bergerak, kalau tidak didayaupayakan oleh Tuhannya “.


Jelas sekali bahwa jasad ini betapa bobroknya, makanya kalau kita mengaji, jangan hanya mengaji kitab yang akan terkena rusak saja, tetapi harus mengaji kitab yang kekal, sesuai kata hadisnya yang berbunyi begini : “Iqro kitabika kafa binafsika alyaoma alaika hasiba” Artinya : “Kamu harus mengaji kitab yang kekal, yaitu mengaji kitab yang ada di dalam dirimu sendiri”.


Cobalah cari Qudrat-Iradatnya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, karena Lebih nyata kekuasaannya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, dan Lebih nyata kehendaknya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, dan Lebih nyata ilmunya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, dan Lebih nyata hidupnya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, dan Lebih nyata penglihatannya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, dan Lebih nyata Pendengarannya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, serta Lebih nyata pengucapannya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, Karena ada dalilnya yang berbunyi :


“Wa huwa ma’akum ‘aenama kuntum”
Artinya : “Allah Ta’ala membarengi saja kepada semua umat-umatnya dimana saja kamu berada, disitu aku berada”.


Tetapi sesungguhnya dibarengi oleh Allah Ta’ala, yaitu dengan Qudrat dan Iradatnya dan dengan ilmunya, kan jelas di dalam sifat dua puluh juga saling merangkap : Hayat dan hayyun Hayat artinya hidup, hayyun artinya yang hidup Sama’ dan sami’an Bashar artinya melihat, bashiran artinya yang melihat Kalaam dan Mutakaliman Kalaam artinya mengucap, mutakaliman artinya yang mengucap Qudrat dan Irodat Qudrat artinya kuasa, Irodat artinya kehendak Apa yang berkuasa di dalam diri kita ?
Tiada lain selain dari pada Hidup, buktinya kita dapat bergerak, Apa yang berkehendak di dalam diri kita ? Itulah Rasa, buktinya : Mata bisa melihat Telinga bisa mendengar Mulut bisa mengucap (bicara) Hidung bisa mencium Tuh kan terbukti, jelas tidak berpisahnya, sekarang tinggal barangnya saja, yang seperti apakah sifatnya Qudrat atau hidup itu, wajib sekali diketemukannya, supaya dapat dimengerti dan terasa, jangan hanya percaya menurut khabar saja, harus yakin oleh diri sendiri.




MENERANGKAN ARTINYA IMAN DAN MA’RIFAT


Kalau Iman artinya Percaya. Kalau Ma’rifat artinya mengetahui Ternyata berbeda antara Iman dan Ma’rifat, kalau begitu kita percaya adanya Allah Ta’ala, harus dengan mengetahuinya (Ma’rifat), kalau tidak dibarengi dengan aenal yaqin atau jelas, maka kalau begitu Imannya, Iman Taqlid, bisa jadi mengaku percaya adanya Allah Ta’ala hanya berdasarkan pendapat atau khabar dari orang lain saja, atau hanya mendapat khabar dari kitab saja Jadi kalau demikian pahamnya hampir semua yang beriman kepada Allah, hanya sebatas percaya kepada adanya Allah saja, dikarenakan ada bukti ciptaannya Bumi dan Langit dengan segala isinya. Kalau begitu jangankan orang yang menganut agama Islam, malah yang menganut agama lain juga, sama-sama percaya kepada adanya Allah Ta’ala, apa bedanya agama Islam dengan agama-agama lainnya ? Apakah dikarenakan agama islam ada rukunnya, yaitu shahadat, sholat, zakat, puasa dan haji. Kan di dalam agama-agama lain juga sama-sama ada shahadatnya, ada sholatnya, hanya mungkin berbeda di dalam tata cara dan bahasanya saja maksudnya tentu sama, kan tadi dikatakan bahwa agama Islam itu adalah yang paling tinggi derajatnya, dibandingkan dengan agama-agama lain, karena ada dalilnya begini :


“Al Insaanu Sirri Wa’ana Sirrahu”
Artinya :”Rasa Muhammad itu adalah Rasa Allah, Rasa Allah ya Rasa Muhammad.


Tegasnya adalah pengetahuan Muhammad ya pengetahuan Allah, pengetahuan Allah ya pengetahuan Muhammad apalagi menurut hadis


“Illa Haqq billa Haqqin, Illa Haqqin billa Haqq”
Artinya :”Muhammad itu adalah haq Allah, Allah itu adalah haq Muhammad.


Nah begitulah makanya agama islam dikatakan sebagai agama yang paling tinggi derajatnya, disebabkan karena paling dekat-dekatnya dengan Allah, tidak akan ada Allah kalau tidak ada Muhammad, tidak akan ada Muhammad kalau tidak ada Allah, tegasnya tidak akan ada sifat kalau tidak ada Dat, tidak akan ada Dat kalau tidak ada sifat, makanya Kang Jeng Rosululloh disebut sebagai Penghulunya Para Rosul dan disebut sebagai induk dari pada sekalian roch, jadi agama Islam makanya disebut paling tinggi derajatnya yaitu disebabkan adanya Hak Ma’rifat Kepada Allah, kan terbukti bahwa Rosululloh bisa melakukan Mi’raj malah sampai ke sebelah sininya, Syech Syarief Hidayatulloh wali qutub Cirebon, Mi’rajnya bisa ketemu dengan Hakekatnya Kang Jeng Nabi Muhammad yaitu yang disebut Johar Awal, tegasnya sifat Yang Maha Suci, menurut para Wali disebutnya Sejatining Hirup, atau Sejatining Syahadat, yaitu berasalnya Dat dengan Sifatnya Yang Maha Suci, jadi kita juga kalau bisa ketemu dengan Tarekatnya Para Wali, Insya Allah bisa ketemu dengan Hakekatnya Rosululloh. Setiap-tiap sudah bisa ketemu dengan Hakekatnya Rosululloh, barulah kita diakui sebagai Umatnya, setiap-tiap sudah diakui sebagai umatnya Rosululloh Insya Allah nanti akan dibawa kedalam keselamatannya, yaitu kepada Kesucian. Kalau belum mengetahui dibarengi yakinnya kepada Rosululloh, baik kepada Majajinya atau kepada Hakekatnya tetap belum Syah kita mengaku sebagai umatnya Rosululloh, karena didalam rukun syahnya membaca syahadat juga sudah diterangkan didalam kitab :


1. Harus menetapkan dahulu Datnya Allah Ta’ala
2. Harus menetapkan dahulu sifatnya Allah Ta’ala
3. Harus menetapkan dahulu Asmanya Allah Ta’ala
4. Harus merasa jelas (kenal) dahulu kepada Rosululloh


Tuh kan begitu caranya membaca Syahadat, harus kenal lebih dahulu kepada Rosululloh, sebab bagaimana mau bisa menetapkan adanya Allah dan Rosululloh, kalau belum mengetahui (Ma’rifat) kepada sifat-sifatnya, sebab istilah menetapkan itu, harus kenal dahulu kepada barang-barang yang akan ditetapkannya. Ternyata begitulah membaca Syahadat, bukan hanya sekedar menyebut saja, karena kalau hanya menyebut saja anak kecil juga sudah bisa, makanya wajib dengan mengetahuinya, seumpama kita membaca program bioskop (Resensi Film) yang sangat ramai, tetapi tidak dengan menonton filmnya, apakah akan menjadikan kenikmatan bagi kita ? Begitu juga walaupun kita tidak membaca Resensinya, tetapi langsung menonton filmnya didalam bioskop itu, manakah yang lebih utama ?


Lebih utama yang membaca Resensinya atau lebih utama yang menontonnya ? Begitu pula didalam perkara agama atau ilmu, yang membaca atau mendengarkan kitab ini, jangan cepat-cepat tidak percaya, jangan cepat-cepat menolak karena jaman kita sekarang ini, sudah sedemikian modernnya, pikiran orang sudah meningkat, sudah sedemikian majunya sehingga sudah tidak terlalu suka lagi dibohongi (dibodohi), orang didalam jaman sekarang di segala bidang selalu ingin nyata, ingin terasa yakin, ingatlah kepada peribahasa orang tua jaman dahulu “Batu Turun Kesik (Pasir) Naik”, tidak menjadi halangan, sungguh keagungan Allah Ta’ala, si orang tua menjadi bodoh si anak menjadi pandai, dan harus ingat pula bahwa sesungguhnya Ilmu Rosululloh itu ada empat pangkat yaitu :


1. Ilmu Sareat
2. Ilmu Hakekat
3. Ilmu Tarekat
4. Ilmu Ma’rifat


Pada jaman sekarang Ilmu Ma’rifat itulah yang sedang diburu dan dicari oleh semua umat islam, karena ingin merasa jelas kepada Allah dan kepada Rosululloh, berhubung ada dalilnya : “Wa’bud robbaka hatta ya’ tiyakal yaqin” Artinya : ”Menyembah kepada Allah Ta’ala harus dibarengi sampai dengan jelas dan yakin”. Supaya syah Datnya, syah sifatnya, syah Asmanya, syah af’alnya selama mengembara di alam dunia, biar sampai terasa tidak berpisahnya dengan Allah dan Rosululloh.


Setiap-tiap sudah merasa tidak berpisahnya dengan Allah dan Rosululloh siang maupun malam,barangkali saja kita sudah tidak akan mempunyai lagi tekad yang buruk,maupun perbuatan yang buruk ,misalnya seperti iri dengki,jahil aniaya terhadap sesama manusia atau terhadap mahluk Allah,karena tentu akan merasa malu,disebabkan selalu merasa diperhatikan terus oleh Allah Ta'ala.Segala hal sudah tidak di rahasiakan lagi,dan segala perbuatan apa saja sudah tidak disertai dengan ujub,ria,takabur atau sombong,karena ternyata kita ini merasa tidak memiliki apa-apa,justru hina dina,apes,bodoh dan lemah,bisa juga ada rejeki dapat mengerjakan segala sesuatu bisa terlaksana ternyata dibarengi dengan pertolongan Yang Maha Suci,yaitu dengan qudrat dan irodatnya Yang Maha Kuasa.Jadi sekarang bisa kita simpulkan,bahwa setiap-tiap orang yang masih mau melakukan iri dengki,jahil aniaya terhadap sesama mahluk Allah Ta'ala,baik pada ustad /guru ngaji,pada santri atau kyainya sekalipun,pertanda orang itu masih belum merasa dekatnya dengan Allah dan Rosululloh,setiap-tiap belum merasa dekatnya dengan Allah,tentu segala tekad dan perbuatannya,masih tetap didalam ujub ria takabur atau sombong dan suka mengaku-aku paling pandai,orang lain tidak,mengaku-aku paling benar,orang lain tidak,mengaku islam sendiri orang lain tidak,jadi orang yang begitu sama saja dengan mengaku mempunyai Qudrat dan Irodatnya sendiri,tidak mau menerima kepada Qudrat dan Irodatnya Allah Ta'ala,sama saja dengan merebut dan merasa memiliki pada kekuasaan Allah Ta'ala.Memang tidak mudah kita mengaku islam,apalagi saling menuduh kepada orang lain,si ini islam si itu kafir,karena sesungguhnya seseorang islam atau kafir,hanya Allah saja yang mengetahui dan yg akan menetapkannya,begini keterangannya;


BAB ISLAM


Bahwa sesungguhnya islam itu adalah suci,bersih dari pada kotoran.Apakah yg menjadikan kotor ? Tiada lain kecuali napsu,oleh karena itu siapakah orangnya didunia ini yg tidak mempunyai napsu'Apalagi pada orang yg berbuat maksiat,walaupun pada orang yg ahli agama juga,sama sama ketetapan napsu,terlebih lagi pada orang yang sering melakukan iri dengki,ujub ria takabur atau sombong jahil aniaya terhadap mahluk Allah,walaupun hanya sekedar napsu ingin duniawiah juga,sdh kotor saja.Begitulah keterangannya. Setegasnya bahwa islam itu tidak ada dua,tidak ada tiga,justru hanya satu-satunya,malah yg itupun Go'ib lagi sifatnya,karena sesungguhnya sifatnya islam itu adalah Nur,nah itulah yg ketetapan napsu,sebab tadikan pada waktu kita masih berada di alam Nur,tidak mempunyai napsu ingin apa apa,begitu juga yg islamnya tidak ada dua atau tiga,karena hanya satu saja,yaitu Kang Jeng Rosululloh.Ternyata manusia tdk kebagian pangkat islam,manusia hanya sbg umat saja,namun yg sampai kpd pangkat umat jg hanya satu diantara seribu,karena saking merasa sukarnya,sebab hrs mengetahui dahulu kepada Rosullulloh dan mengerjakan segala perintahnya,kebanyakan hanya mengaku saja,jangankan mengetahui kpd Rosullulloh,kpd perintahnya juga banyak yg tdk mau mengerjakan,padahal didalam rukun islam juga diwajibkan berjiarah ke makam Rosululloh dan ke Baetulloh,yaitu keratonnya Allah Ta'ala ya ada di dlm diri sendiri,sesuai dg dalilnya;


'KULLU UMATIN WA RUSULIHI'


Artinya;'Pada setiap tiap umat sama sama ketetapan Rosullulloh,yaitu artinya Rasa Allah' ,


Oleh sebab itu kita harus penasaran,wajib mengetahuinya kpd Hakekatnya Rosullulloh yg ada di badan sendiri,drpd kita berjiarah ke Mekkah atau ke Madinah tidak mampu,pdhl tadi sdh dikatakan bahwa haji itu ada dua macam,yaitu Haja Majaji dan Haji Hakekat'.Haji Majaji yaitu yg bisa melaksanakan pergi berjiarah lgsng ke Mekkah[Baetulloh] dan ke Madinah.Sedangkan haji Hakekat yaitu yg sdh mengetahui kepada Hakekatnya Baetulloh dan Rosululloh di dalam diri sendiri.karena Rosululloh itu tidak wafat, kalau wafat alam dunia ini juga tidak akan ada, karena telah terbukti bahwa Syech Syarief Hidayatulloh bisa bertemu dengan hakekatnya Rosululloh yaitu dengan jalan tarekat, jadi walaupun kita juga kalau ingin menjadi umat Rosululloh harus bisa mengetahui kepada hakekatnya Rosululloh yang disebut dengan johar awal, kita harus sampai ketemu dangan Tarekat peninggalan (warisan ) para wali tersebut.


MENERANGKAN UMAT ROSULULLOH


Kalau umat Rosululloh kalau menurut hak-haknya hanya ada empat yaitu :


1. Shohabat Abu Bakar
2. Shohabat Umar
3. Shohabat Usman
4.Shohabat Ali


Karena yg empat itu selalu bersama sama dengan Rosullulloh,baik siang maupun malam,yg dijadikan shohabat [ utusan ] oleh Rosullulloh,namun sekarang semuanya juga mengetahui ,bahwa shohabat yg empat itu sdh wafat semua Majajinya,tetapi hakekatnya tdk wafat ,ada di dlm badan manusia karena Rosullulloh juga hakekatnya ada di badan manusia,


1,Hakekatnya Abu Bakar nyatanya PENGLIHATAN,
2.Hakekatnya Umar nyatanya PENDENGARAN,
3,Hakekatnya Usman nyatanya PENGUCAP,
4, Hakekatnya Ali nyatanya PENCIUMAN.


Itu Penglihatan,Pendengaran,Pengucap dan Penciuman,sifatnya Goib ke empatnya,tanpa rupa,nah itulah Hakekatnya para shohabat Makanya shohabat yg empat itu hrs mengetahui kpd Hakekatnya Kang Jeng Nabi Mmhammad s,a,w,dan hrs sampai bisa menyatu dgn Rosullulloh dan hrs bisa merasa bersama sama siang dan malam,setiap-tiap sdh menjadi satu sama rasa tdk berpisahnya dgn Rosullulloh,makin akan tetap menjadi umatnya dan setiap-tiap sdh menjadi umatnya,tentu nanti akan disempurnakan didatangkan kpd Allah Yabg Maha Suci, yaitu tempat ASALNYA ,seumpama sejak skrg tdk mengetahui kpd Rosullulloh serta tdk merasa bersatunya,nantinya jg akan tetap berpisah saja,nyawa kita tdk salah lagi tentu kembali lg ke dunia,bergentayangan menjadi hantu,setan,siluman atau akan nitis menitis kembali kpd manusia atau hewan,setiap-tiap nyawa manusia kembali lagi ke dunia,tetap akan celaka masuk ke dlm api neraka,nanti pd hari Kiamatnya alam dunia ini, karena nyawa nyawa manusia yg bergentayangan,tegasnya yg tdk dpt kembali lagi ke asalnya yaitu Allah Ta;ala,menurut bahasa skrg sedang di Preventif,berada di alam Barjah,menanti-nanti landratan [ siksaan ] yang lebih besar pada Walyaomil Akhiri, yaitu hari kiamatnya alam dunia ini.




MENERANGKAN RUKUN IMAN YANG KE ENAM


Rukun iman yang ke enam yaitu : “Wal qodri khoerihi wa sarrihi minallohi ta'ala” Artinya : “Takdir baik dan buruk adalah merupakan kepastian dari Allah Ta'ala atau baik dan buruk berasal dari Allah Ta'ala”. Di bagian ini kita percaya jangan sampai keliru, harus difikirkan matang-matang dan harus benar-benar di renungkan secara mendalam, karena Allah Ta'ala bersifat Maha Suci, masa iya yang Maha Suci akan menyiksa atau mengganjar ( memberi pahala ) nanti di akherat kelak, jadi kalau begitu Allah Ta'ala menciptakan manusia tentu mengharapkan manfaat atau mengharapkan pamrih, karena kehendaknya mau menyiksa atau mengganjar, kalau demikian halnya tidak jadi sucinya Allah Ta'ala itu. Namun kita harus percaya pada dalil itu, kita harus percaya kepada adanya Surga dan Neraka, atau enak dan tidak enak, nanti di akherat, karena sekarang juga di dunia, kembangnya sudah terasa, ada enak dan tidak enak, tetapi itu Surga dan Neraka bukan dari Allah Ta'ala, tetapi tegasnya berasal dari pada hasil tekad, ucapan dan perbuatan kita sendiri selama hidup di dunia ini, sebab tadi Allah Ta'ala menciptakan manusia cukup sekali jadi, tidak di tuntut ( dicicil ) satu persatu, sudah KUN FAYAKUN, langsung sekaligus, cukup tidak ada kekurangan, tetapi memberi cukup itu, yaitu hanya memberikan perabotnya ( perkakas/alat-alat ) saja. Apakah perabot ( alat-alat ) dari Allah Ta'ala ? Yaitu anggota badan seperti : dua tangan, dua kaki, dua mata, dua telinga, hidung dan mulut, serta nafsu empat perkara. Yaitu nafsu Amarah, Loamah, Sawiah dan Mutmainah. Begini firman Allah Ta'ala “kalau engkau ingin ke Neraka tegasnya ingin ketidakenakan ( ketidaknikmatan ), silahkan engkau segera mengerjakan perbuatan dosa. Yaitu mengerjakan segala perbuatan buruk, karena sudah tersedia perabotannya dariku yaitu, ada nafsu Amarah, Loamah, dan Sawiah begitu pula kalau engkau ingin ke surga atau kenikmatan, silahkan saja berbuat baik”, Artinya mengerjakan amal perbuatan kebajikan-kebajikan, karena sudah tersedia pula perabotannya dariku yaitu, nafsu Mutmainah. Nah begitulah setegasnya, maka ada Surga dan Neraka, dunia begitu juga akherat, hasil tekad dan perbuatan kita selama di dunia, begitu pula hasilnya bukan untuk orang lain, tetapi untuk milik kita sendiri, sejak di dunia sampai ke akherat. Jadi oleh sebab itu, sekarang kita semuanya harus berhati-hati, di dalam menjalankan perabot-perabot dari Allah Ta'ala, harus memakai akal budi dan pemilih yang cukup, jangan terlalu banyak mempergunakan perabot Amarah, Loamah dan Sawiah, mustahil kalau tidak dipergunakan sama sekali, setidak-tidaknya jangan terlalu banyak, sekurang-kurangnya bisa seimbang dengan penggunaan perabot Mutmainah karena kita harus waspada bahwa semua hasil dari pada pekerjaan kita selama di dalam pengembaraan di alam dunia, akan menjadi masing-masing miliknya sendiri, tidak akan tertukar lagi. Bagaimanakah caranya atau akalnya supaya kita dapat memperbanyak menggunakan perabot Mutmainah ? Tidak ada lain, kecuali kita harus berlindung kepada Allah Ta'ala dan Rosululloh, tegasnya kita harus Ma'rifat, tentu akan bisa merasa bersama-sama selalu baik siang maupun malam dengan Allah dan Rosululloh, setiap-tiap sudah merasa tidak berpisahnya, Insya Allah biasa berbuat baik, Ibadahnya dibarengi dengan Syahnya, Negara kita juga sudah pasti akan aman, karena semua rakyatnya berkelakuan baik.


MENERANGKAN PASAL AL-QUR'AN Al-Qur'an itu terbagi dalam empat perkara :


1. Al Qur'anul Majid


2. Al Qur'anul Karim


3. Al Qur'anul Hakim


4. Al Qur'anul Adim


Al Qur'an yang empat perkara itu dijabarkan oleh salah seorang ulama begini


1. Al Qur'anul Majid Yaitu Al Qur'an yang ada hurufnya atau ada tulisannya yang umum dibaca oleh kaum islam se dunia.


2. Al Qur'anul Karim: Artinya Al Qur'an yang mulia, buktinya masih itu juga Al Qur'an yang ada tulisannya, karena itulah yang dimuliakan oleh kaum islam se dunia.


3. Al Qur'anul Hakim : Artinya Al Qur'an yang Agung, disebutkan barangnya masih itu juga, Al Qur'an yang suka dibaca, sebab itulah yang suka diagung-agungkan oleh kaum islam se dunia.


4. Al Qur'anul Adim : Artinya Al Qur'an yang Suci, dan yang kekal, ditunjuk masih itu juga buktinya, Al Qur'an yang ada tulisannya, karena itulah yang Suci dan Kekal hukumnya, dari dunia sampai ke akherat. Nah begitulah Al Qur'an yang empat perkara dijabarkannya oleh para ahli Syara', biar diborong semuanya dan walaupun semuanya ada empat, tetap saja barangnya masih itu-itu juga. Jadi kalau begitu Al Qur'an yang ada tulisannya dianggap Tapekong, karena jelas sekali Al Qur'an itu ( Al Qur'an yang ada tulisannya ) hasil buatan manusia, mengapa disebutkan sebagai Al Qur'an yang Mulia, yang Agung, yang Suci, yang Kekal, Padahal jelas sekali Al Qur'an yang ada tulisannya itu dapat ( bisa ) terkena rusak, jadi kalau orang Islam tetap mempunyai tekad seperti itu,jelas tidak ada bedanya dengan agama Cina, menyembahnya atau mempertuhankannya kepada barang yang baru, apalagi yang membuatnya juga yang baru. Oleh karena itu maka saudara-saudara kaum Islam semuanya, jangan sampai keliru, di bawah ini akan saya terangkan pasal Al Qur'an yang empat perkara itu :


1. Al Qur'anul Majid : Itu cocok benar dengan barangnya, yaitu Al Qur'anul Majid, artinya Al Qur'an yang ada tulisannya, karena terbukti ada hurufnya, yang umum suka di baca oleh semua kaum islam.


2. Al Qur'anul Karim : Artinya Al Qur'an yang MULIA, setegasnya yang namanya Al Qur'anul Karim itu buktinya TANGAN, berkat jari jemarinya, jadi setegasnya yang nulis adalah tangan dan jari jemari, karena jalan itu tulisan ( huruf-huruf Al Qur'an ) berasal dari tangan dan jari jemari yang menulis, jadi kalau begitu sebenarnya yang mulia itu adalah TANGAN BESERTA JARI JEMARI yang mula-mula menulis Al Qur'an itu, coba pikirkan siapakah yang mula-mula mengadakan Al Qur'an itu ? Masa iya tidak dapat di mengerti, itulah sebenarnya yang mulia.


3. Al Qur'anul Hakim Artinya Al Qur'an yang AGUNG, buktinya adalah PENGLIHATAN, karena tangan beserta jari jemarinya tidak akan bisa menulis kalau tidak ada penglihatan. Jadi setegasnya yang Agung adalah PENGLIHATANNYA, yang mula-mula mengadakan Al Qur'an itu.


4. Al Qur'anul Adim Artinya Al Qur'an yang SUCI dan KEKAL, yaitu buktinya HIDUP, karena Penglihatan, Tangan serta Jari Jemari tidak akan bisa menjadikan apa-apa kalau tidak ada Hidupnya, jadi setegasnya yang Suci dan yang Kekal adalah HIDUPNYA yang mula-mula mengadakan Al Qur'an itu. Oleh karena itu kita sekarang mengaji, kalau ingin sampai kepada sucinya dan kalau ingin sampai ke sempurna. Al Qur'an yang empat perkara itu harus dibaca dan dikaji semuanya, pertama-tama kita harus mau membaca Al Qur'anul Majid, yaitu AL QUR'AN MAJAJI, yang ada tulisannya/yang ada hurufnya, nah itu adalah bagian ILMU SAREAT, setelah dibaca harus terus dikaji, yaitu harus diartikan maksudnya, setelah dapat dimengerti maksudnya, segeralah cari dan kerjakan TAREKATNYA, supaya terasa, sebab AL QUR'ANUL MAJID itu adalah petunjuk jalan untuk mengetahui kepada Allah dan Rosululloh.


Jalannya tidak ada lain kecuali dengan Tarekat, yaitu dengan AL QUR'ANUL KARIM, artinya harus mau mengkaji, PEKERJAAN TANGAN ( segala pekerjaan yang dilakukan oleh tangan ) begitu pula jari jemari kita, yang sekiranya akan sampai kepada Allah dan Rosululloh, karena Allah Ta'ala telah memberi tangan dan jari jemari kepada manusia, bukan untuk sekedar dipakai menjadikan barang-barang dunia yang terkena rusak saja, tetapi harus dipakai pula untuk menjadikan jalan untuk mengetahiu kepada Allah dan Rosululloh, supaya tangan dan jari jemari kita menjadi mulia, karena ada dalilnya begini :


“Aso Biahum Fi adanihim minas-sowaiki hadarol mauti wallahu muhitun bilkafirin”. Artinya :”Kalau tangan dan jari jemari kamu tidak dipakai untuk mencari jalan mati tetap tangan dan jari jemari kamu martabatnya sebagai tangan dan jari jemari hewan, TETAP KAFIR dan akan masuk ke dalam NERAKA. Dari AL QUR'ANUL KARIM harus naik lagi kepada AL QUR'ANUL HAKIM yaitu bagian ILMU HAKEKAT, yaitu kita harus mau mengkaji pekerjaan penglihatan kita, yang sekiranya bakal HAKIM ( mengetahui ) kepada barang kekal, yaitu kepada hakekatnya ALLAH dan MUHAMMAD, karena Allah Ta'ala memberi tajamnya penglihatan kepada manusia, bukan hanya sekedar untuk dipakai melihat kepada barang-barang yang baru saja, yang bisa terkena rusak namun harus pula dipakai untuk melihat dan mengetahui HAKEKATNYA ALLAH dan ROSULULLOH disebut dengan AL QUR'ANUL ADIM yaitu Al Qur'an yang kekal HIDUP, bibit dari pada tujuh lapis bumi dan tujuh lapis langit beserta isinya. Nah dari sanalah kita juga asalnya, jadi setegasnya yang namanya Ma'rifat Kepada Allah, yaitu yang sudah mengetahui dibarengi dengan keyakinan kepada Hakekatnya ALLAH dan MUHAMMAD tegasnya yang disebut dengan JOHAR AWAL. Namun hati-hati jangan sampai keliru, menetapkan Johar Awal itu kepada terangnya sinar matahari yang dapat dilihat oleh mata kepala, kalau itu Johar Pirid namanya, bagian Swarga Loka ( Dewa ), tempatnya di Puncak Gunung Himalaya.Perkara Johar Awal yang sejati, yaitu yang disebut pula dengan Johar Latif tegasnya Go'ib, tidak bisa terlihat oleh mata kepala, sesuai dengan dalilnya yang berbunyi begini :


“Ru'yalullohi ta'ala fi-dunya bi-laenil qoibi” Artinya :”Melihat hakekatnya Allah Ta'ala di dunia dengan tajamnya penglihatan mata hati, tegasnya dengan HAKEKATNYA ROSULULLOH” .


Karena yang namanya orang tidak akan ada yang bisa Ma'rifat kesana karena orang hanya sekedar dipakai tempat untuk melihat kepada Rosululloh dan Allah Ta'ala. Setiap-tiap wujud kita sudah bisa dipakai sebagai tempat untuk melihat kepada Rosululloh dan Allah Ta'ala. Tentu tangan dan jari jemari kita akan bisa menceritakan bahwasanya sudah mengaku mengetahui kepada Allah Ta'ala, disebabkan sudah diberitahu oleh Rosululloh. Jadi kita ini hanya terbawa tahu, terbawa nikmat oleh Rosululloh di dunia sampai ke akherat, tidak akan salah lagi karena sudah tetap menjadi umatnya, sebab dari sekarang sudah merasa tidak berpisahnya dengan Rosululloh, dikarenakan siang malam wujud kita tetap dipakai oleh Rosululloh, untuk melihat kepada Allah Ta'ala. Tiap-tiap sudah merasa bersama-sama dengan yang Maha Suci, baik siang maupun malam Insya Allah tekad dan perbuatan kita lama-kelamaan akan terasa suci dan sudah tentu setan-setan tidak akan mau mendekati. Namun begitu juga kalau kita bisa Ma'rifat dibarengi dengan Tohidnya kalau tidak dengan Tohidnya tentu akan salah juga, walaupun sudah mempunyai Tarekatnya, karena tidak merasa takut, tidak merasa malu, tenang saja tekad dan perbuatannya tetap semena-mena, jadi kalau begitu Ma'rifatnya disebut dengan Ma'rifat Nikung ( menyeleweng ), tentu di dunia tidak akan mendapat Syafa'at dari Rosululloh, di dunianya tidak akan luput dari pada kesusahan, karena dibenci oleh Allah Ta'ala, atau tidak diridhoi oleh yang Maha Suci.


Seumpama lampu yang ditutupi dengan kaca yang kotor, sudah tentu keluarnya juga menjadi gelap, karena kalau kita ingin dekat dengan yang Maha Suci, kitanya juga harus suci, harus saling mensucikan, suci isinya, suci kulitnya, baru dunianya tidak akan luput dari segala kenikmatan, di akherat juga begitu. Oleh sebab itu kita harus waspada sekali, terutama bagi yang sudah mempunyai jalan kema'rifatan, tekad dan perbuatan buruk harus dijaga benar-benar,bukan hanya sekedar mengetahui saja, tetapi harus dibarengi dengan pengamalannya dan tekadnya harus baik, sebab kalau kita melakukan perbuatan maksiat, dan melanggar hukum syara', tentu kita akan cepat di hukum oleh yang Maha kuasa, yang lebih berat hukumannya di bandingkan dengan yang belum Ma'rifat, seperti di dunia juga seumpama orang kampung mencuri ayam hukumannya hanya sekedar didenda atau dipenjara ( dikurung ) selama seminggu, tetapi seumpama seorang Camat mencuri ayam, tentu akan lebih berat lagi hukumannnya, selain dari pada dicopot jabatannya, ditambah dengan dihukum dua sampai tiga kali lipat, dari pada si orang kampung tadi hukumannya, dikarenakan sudah mengetahui kepada Artikelnya, apalagi bagi yang sudah mengetahui kepada Allah Ta'ala, harus ingat kepada perjanjian Guru MURSID, ibadah bersama-sama, durhaka berpisah.


MENERANGKAN MARTABAT ALAM TUJUH ( Dengan Memakai Perumpamaan )


1. ALAM AHADIAT............................HURUP AL


2. ALAM WACHDAT..........................HURUP IAH..............=ALLAH


3. ALAM WACHIDIAT........................HURUP MU


4. ALAM ARWAH................................HURUP HAM


5. ALAM AJSAM .............................. ..HURUP MAD. JADI MUHAMMAD


6. ALAM MISAL................................... HURUP A


7. ALAM INSAN KAMIL..................... HURUP DAM..............JADI ADAM


Adanya alam dunia juga isinya hanya tujuh hari, hakekatnya itu dari pada alam yang disebut diatas, tegasnya alam yang tujuh itu adalah alam perjalanan Allah-Muhammad-Adam. Oleh sebab itu wajib diketahuinya oleh kita semua, kalau kita ingin menyusul asal muasalnya diri kita. Sebab kalau tidak diketahui dari sekarang jalan-jalannya dan barang-barangnya, tentu akan tersesat nantinya, tidak akan bisa kembali lagi ke asalnya, karena tidak ketemu lagi dengan jalannya waktu tadi, ketika kita turun dari alam akherat ke alam dunia. Sekarang martabat alam tujuh itu, akan saya terangkan serta memakai perumpamaan dengan dibuktikan oleh gambar, supaya mudah dimengertinya.




TAFSIRAN


LT. A : Yaitu ALAM AHADIAT, martabat Datnya Yang Maha Suci, dalilnya DAT LAESA KAMISLIHI, artinya Dat yang tidak ada perumpamaannya. Saking bagaimanakah makanya tidak dapat diumpamakan Apakah karena saking KUASANYA ?


Apakah karena saking AGUNGNYA ? Ataukah karena saking hanya SATU-SATUNYA Kalau saking KUASANYA, padahal pada waktu itu belum ada ciptaannya, karena yang namanya kuasa itu harus bukti dahulu yang diciptakannya, karena di alam Ahadiat itu, jangankan manusia, alam akherat atau alam dunia juga belum ada. Kalau karena saking AGUNGNYA, padahal pada waktu itu ( di alam ahadiat ) masih belum ada yang hina, sebab yang namanya Agung itu, sesudah ada yang hina. Kalau saking SATU-SATUNYA, karena belum ada duanya di jaman itu, sebab yang namanya satu itu, sesudah ada yang banyak. Kalau demikian bagaimanakah pengertiannya, supaya itu dalil DAT LAESA KAMISLIHI, jadi sesuai bunyinya ? Beginilah kalau seandainya setuju, makanya alam ahadiat disebut dengan Dalil DAT LAESA KAMISLIHI, artinya Dat yang tidak dapat diumpamakan, tegasnya yaitu karena saking sucinya, artinya bersih tidak ada sifatnya sama sekali, apalagi namanya, coba mau diumpamakan dengan apa, kalau tidak ada sifatnya ?


Karena disaksikan pula oleh Dalil bahwa yang Maha Suci itu, BILLA HAEFIN, artinya tidak ada warna tidak ada rupa, tidak merah, tidak hitam, tidak gelap, tidak terang, BILLA MAKANIN, artinya tidak ada arah tidak ada tempat, tidak di barat tidak di timur, tidak di utara tidak di selatan, tidak di atas tidak di bawah. Nah begitulah keterangannnya, makanya yang Maha Suci tidak boleh diumpamakan, apalagi di tempat-tempatkan atau di tunjuk-tunjuk, disana atau disini, karena terburu bukan sebab terhalang oleh bukti.


LT. B : Yaitu ALAM WACHDAT, martabat sifatnya yang Maha Suci, jadi didalam Alam Wachdat yang Dat Laesa itu menjadi Dat Sifat, rupanya terang benderang, yaitu yang disebut dengan JOHAR AWAL, Johar artinya CAHAYA, Awal artinya PERMULAAN. Jadi Johar Awal itulah yang PERMULAAN ( yang mula-mula ) diciptakan oleh Allah Ta'ala, sebelum diciptakannya bumi dan langit, apalagi manusia, Nah JOHAR AWAL itulah yang disebut HAKEKATNYA MUHAMMAD. Karena menurut Dalil, Muhammad adalah yang paling awal-awalnya diciptakan, sebab Johar Awal adalah Nur, tegasnya CAHAYA YANG MAHA SUCI ( NURULLOH ). Malah menurut para Wali disebutnya sebagai SEGARA HIRUP ( SAMUDERA KEHIDUPAN ) atau SEJATINING SYAHADAT, karena bersatunya Dat dengan Sifat, atau Allah Muhammad pada Hakekatnya.


LT. C : Yaitu ALAM WAHIDIAT, martabat Asmanya yang Maha Suci, kejadian dari pada JOHAR AWAL Alam Wachidiat tadi timbulah sinarnya menjadi cahaya empat perkara yaitu :


1.Naarun Cahaya Merah
2.Hawalun Cahaya Kuning
3.Maaun Cahaya Putih
4.Turobun Cahaya Hitam. Jadi cahaya yang empat perkara yang disebut dengan Nur Muhammad, sedangkan Muhammadnya adalah Johar Awal, kalau Nur Muhammad, Cahaya empat perkara disebutnya Hakekat Adam, yaitu Asmanya Yang Maha Suci.


1. Cahaya MERAH menjadi hakekatnya Lapad ALIP
2. Cahaya KUNING menjadi hakekatnya Lapad LAM AWAL
3. Cahaya PUTIH menjadi hakekatnya Lapad LAM AKHIR
4. Cahaya HITAM menjadi hakekatnya Lapad HO
5. JOHAR AWAL menjadi hakekatnya Lapad TASJID Sareatnya menjadi lapad ALLAH, jadi itu cahaya yang disebut atas, yang menjadikan bibit TUJUH LAPIS BUMI, TUJUH LAPIS LANGIT, beserta semua isinya, walaupun Agama juga masih berasal dari sana.


1. Adanya SYAHADAT yaitu dengan adanya JOHAR AWAL
2. Adanya SHOLAT yaitu dengan adanya Cahaya MERAH
3. Adanya ZAKAT yaitu dengan adanya Cahaya KUNING
4. Adanya PUASA yaitu dengan adanya Cahaya PUTIH
5. Adanya HAJI yaitu dengan adanya Cahaya HITAM


PELAKSANAAN SHOLAT JUGA ADA 5 WAKTU


1. Waktu SUBUH bagian Nabi ADAM
2. Waktu LOHOR bagian Nabi NUH
3. Waktu ASHAR bagian Nabi IBROHIM
4. Waktu MAGRIB bagian Nabi MUSA
5. Waktu ISYA bagian Nabi ISA


TATA CARA PELAKSANAAN SHOLAT JUGA ADA 5 PERKARA


1. Berdiri
2. Takbirotul Ikhrom
3. Ruku
4. Sujud
5. Duduk


SHOHABAT JUGA ADA EMPAT KELIMANYA KANG JEUNG NABI


1. Shohabat Abu Bakar
2. Shohabat 'Umar
3. Shohabat 'Usman
4. Shohabat 'Ali
5. Kang Jeng Nabi Rosululloh.


DI MEKKAH JUGA ADA EMPAT IMAM KELIMANYA BAETULLOH :


1. Imam Syafi'i
2. Imam Hanafi
3. Imam Hambali
4. Imam Maliki
5. Baetulloh Jadi jelas semuanya juga berasal dari Asmanya Allah, Hakekatnya Adam yaitu Nur Muhammad, cahaya empat perkara, kelimanya Johar Awal.


LT. D : Yaitu ALAM ARWAH, martabat Af'alnya yang Maha Suci, yaitu Af''alnya Allah Ta'ala menjadikan alam dunia ini. Nah beginilah kalau menurut ilmu akal dibuatnya alam dunia ini. Perumpamaannya kalau didalam gedung bioskop, yaitu tempat pemutaran film, Alam Wachdat yaitu Johar Awal bagaikan perumpamaan listriknya , kalau Nur Muhammad Alam wachdiat bagaikan kacanya ( lensanya ). Naarun perumpamaan Kaca Merah Hawaun perumpamaan Kaca Kuning Ma'un perumpamaan Kaca Putih Turobun perumpamaan Kaca Hitam Ketika kaca-kaca tersebut disorot/disinari oleh Johar Awal maka timbulah bayangannya: Dari kaca Merah menjadi Api Alam Dunia Dari kaca Kuning menjadi Angin Alam Dunia Dari kaca Putih menjadi Air alam Dunia Dari kaca Hitam menjadi Bumi Alam Dunia Begitu besar kekuasaannya Allah Ta'ala, sehingga jadilah alam dunia ini, yaitu yang disebut dengan Jagat Kabir, jadi setegasnya alam dunia ini kejadiannya dari pada Nur Muhammad.


LT. E : Yaitu ALAM AJSAM, martabatnya manusia, setelah terbentuknya alam dunia ini, Allah yang Maha Suci lalu melanjutkan lagi untuk menciptakan Adam Majaji, kemudian Allah memerintahkan kepada malaikat turun ke alam dunia, untuk mengambil sari-sari Api, Angin, Air dan Bumi. Setelah terkumpul sari-sari empat perkara itu, lalu diciptakanlah :


Sari Bumi menjadi Kulit dan Bulu Adam Sari Api menjadi Darah dan Daging Adam Sari Air Menjadi Urat dan Tulang Adam Sari Angin menjadi Otot dan Sum-sum Adam Dengan kekuasaannya Allah Ta'ala, maka jadilah Dalil Mim He Mim Dal, yaitu : Cahaya Hitam menjadi hakekatnya lapad Mim Awal Cahaya Putih menjadi hakekatnya lapad Ha Cahaya Kuning menjadi hakekatnya lapad Mim Akhir Cahaya Merah menjadi hakekatnya lapad Dal Johar Awal menjadi hakekatnya lapad Tasjid Sareatnya menjadi Lapad Muhammad, atau kebalikannya dari pada lapad Allah. Mim Awal Lapad Muhammad tegasnya Kepala He Lapad Muhammad tegasnya Dada Mim Akhir Lapad Muhammad tegasnya Pusar ( Pusat ) Dal Lapad Muhammad tegasnya Kaki.


Namun masih belum dapat bergerak, terbaring saja bagaikan sebuah boneka, kemudian dilanjutkan dengan membuat empat lubang, yaitu diberi mata, telinga, hidung dan mulut. Kemudian lubang-lubang itu dimasuki sinarnya Nur Muhammad, barulah Adam atau Jagat Sagir bisa bergerak. Jadi jelas sekali bahwa hidupnya manusia sareatnya berkat adanya cahaya, begitu pula sebaliknya matinya manusia disebabkan tidak adanya cahaya. Kalau sudah tidak ada cahayanya si Jasad atau Jagat Sagir sudah tidak mempunyai kekuatan lagi, terbukti dengan cepat membusuknya.


Begitu pula dengan Jagat Kabir atau dunia ini, makanya bisa kuat sebab diliputi oleh sinarnya Nur Muhammad jadi tidak salah lagi, nanti pada saat hari kiamatnya Jagat Kabir atau kiamatnya alam dunia ini, seperti juga manusia ( Jagat Sagir ), tentu diambil kembali cahayanya, yaitu matahari, bulan dan bintang-bintang. Tentu saja alam dunia ini akan rusak, kalau begitu apanya yang akan tersisa ? Dari Bumi tinggal gelapnya, Api tinggal panasnya, Air tinggal dinginnya, dan Angin tinggal hawanya ( suhunya ), dan jadilah semuanya itu menjadi Neraka, Siapakah yang akan mendiami Neraka itu ?


Tidak lain yang akan mendiaminya, kecuali Sang Idajil Laknatulloh bersama teman-temannya, yaitu setiap nyawa manusia yang tidak bisa kembali lagi kepada Allah Ta’ala, sebab ketika masih hidup di dunianya terkena oleh godaan setan, dikarenakan tidak beriman kepada Allah dan Rosululloh. Karena sesungguhnya Sang Idajil itu tadinya berasal dari pada Malaikat-malaikat kekasih Allah Ta’ala. Sebabnya dibenci oleh Allah Ta’ala, karena sebelum adanya Adam, diperintah oleh Allah untuk mendiami alam dunia dengan syarat hanya boleh menempati selama seribu tahun saja dan akhirnya setelah seribu tahun sang Idajil membangkang tidak mau kembali lagi ingin selamanya di dunia. Nah mulai sejak itulah Sang Idajil dibenci oleh Allah Ta’ala, dan tidak diperbolehkan kembali ke Surga. Dan nantinya akan ditetapkan sebagai penghuni Neraka, setelah hari kiamatnya alam dunia ini. Saking durhakanya sang Idajil, dia malah menyanggupi saja, namun dengan suatu permohonan kepada Allah Ta’ala supaya diijinkan untuk menggoda kepada anak cucu Adam, untuk dijadikan sebagai temannya di Neraka kelak, Allah Ta’ala mengijinkan, namun dengan syarat hanya bagi orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rosululloh.


Sekarang kita kembali lagi ke pasal adam yang sudah diterangkan di atas bahwa yang dicipta menjadi Adam Majaji adalah sari-sari Api, Angin, Air dan Bumi. Kalau saja yang membaca atau mendengarkan kitab ini, menyangka bahwa sari-sari Api, Angin, Air dan Bumi dikumpulkan menjadi satu lalu diperas seperti kita membuat Tepung Tapioka dari sari-sari Singkong, sesungguhnya bukanlah demikian, jadi yang disebut Api, Angin, Air dan Bumi itu adalah segala sesuatu yang tumbuh diatas tanah, misalnya tumbuh-tumbuhan yang besar ataupun yang kecil, karena jelas makanya bisa membesarnya tumbuh-tumbuhan tersebut disebabkan adanya empat perkara, pertama harus ada tanah ( Bumi ), kedua harus ada Angin, ketiga harus ada Air, dan ke empatnya harus ada Panas (Api ) barulah tanaman itu bisa tumbuh, dengan baik dan subur. Dikarenakan tumbuh-tumbuhan tersebut lama diam di tanah ( Bumi ) lama terkena Angin, lama pula terkena Air dan juga lama terkena Panas(api), maka sari-sari dari ke empat factor tersebut dihisap oleh tumbuhan, dan membesarlah tumbuhan tersebut serta berbuah, nah buah itulah merupakan wujud Adam.


Begitu pula kita semuanya berasal dari sana, hanya saja kalau Adam itu diciptakan langsung oleh Allah Ta’ala, maka setelah adanya Adam dan Siti Hawa atau ibu dan bapak kita, maka buah-buahan tersebut dimakan lebih dahulu, sehingga jadilah adanya Wadi Madi Mani dan Maningkem, begitu Wadi, Madi, Mani dan Maningkem contak ( disinari ) dengan Nur Muhammad, cahaya yang empat perkara maka jadilah akibatnya menjadi kental dan tumbuh menjadi bayi di dalam kandungan ibu, sedangkan kalau yang tidak jadi itu dikarenakan tidak dapat contak dengan sinarnya Nur Muhammad, tegasnya tidak dapat berjumpa dengan Nur ( Roch ) sebab Allah Ta’ala itu mempunyai sifat Wenang, wenang menjadikannya dan wenang pula tidak menjadikannya, sedangkan manusia itu tidak memiliki kekuasaan apa-apa, manusia hanya sekedar menjadi perantara untuk mengadakan tempat roch saja, yaitu segala sesuatu yang dimakan, karena apabila ibu bapak kita tidak memakan apa-apa, sudah tentu tidak akan mungkin ada air maninya.


Ketika bayi masih berada di dalam kandungan ibunya, bayi itu tidak mempunyai nyawa, baru ada hidupnya saja, yaitu yang disebut dengan Roch Suci, makanya tidak mempunyai rasa apa-apa, setelah lahir, keluar dari rahim ibunya, roch suci contak ( bertemu ) dengan hawa ( suhu ) alam dunia ini, yaitu hawanya dari pada Bumi, Api, Air dan Angin, kejadiannya bayi itu menjadi ada napasnya, atau sifatnya nyawa, Hakekatnya nyawa yaitu Rasa Jasmani. Pada waktu itu mata yang terbuka masih belum bisa melihat, telinga belum bisa mendengar, hidung belum bisa mencium ( membaui ), mulut juga belum bisa bicara, baru ada suaranya saja, setelah diberi makanan, yaitu sari-sari makanan yang terdiri dari air susu ibu atau apa saja, yang berasal dari pada sari-sari yang empat perkara, yaitu sari-sari Bumi, Api, Air dan Angin dan setelah sari-sari yang empat perkara itu disaring lagi, barulah timbul menjadi darah empat perkara, yang disebut dengan Roh Jasmani. Selanjutnya darah empat perkara tersebut menyerap ke seluruh tubuh bayi. Darah Hitam yang berasal dari Sari Bumi menyerap ke dalam kulit bayi, lalu melebarkan kulit bayi, udaranya keluar melalui mulut, reaksinya bisa bicara. Darah Merah yang berasal dari Sari Api menyerap ke dalam daging bayi, udaranya keluar melalui telinga, reaksinya bisa mendengar. Darah Putih yang berasal dari pada Sari Air menyerap ke dalam tulang lalu membesarkan dan menguatkan tulang bayi, udaranya keluar melalui mata, reaksinya bisa melihat.


Sedangkan Darah Kuning yang berasal dari pada sari Angin menyerap ke dalam sum-sum bayi, udaranya keluar melalui hidung, reaksinya bisa mencium. Setelah bayi tersebut menjadi lebar kulitnya, besar dagingnya, besar dan kuat tulangnya serta banyak sum-sumnya, maka keluar lagi hawanya, yaitu nafsu empat perkara, Nafsu Amarah, Laomah, Sawiah dan Mutmainah, buktinya yaitu segala keinginan yang baik dan yang buruk. Jadi jelas terbukti bahwa membesarnya jasmani, begitu pula tenaga, pikiran, akal serta pendengaran, pengucap, penciuman dan penglihatan tidak ada lain kecuali dengan pertolongan roch-roch Api, Angin, Air dan Bumi. Sekarang timbul suatu pertanyaan apakah sebabnya mereka semuanya mau menolong seperti itu ?


Tidak lain, makanya mereka menolong seperti itu dan begitupun segala kejadian berasal dari empat factor tersebut, supaya perabot-perabotan tersebut harus digunakan atau dipakai untuk fasilitas beribadah kepada Allah dan Rosululloh, dan harus dipakai mencari jalan untuk mengetahui kepada asal, yaitu Allah Ta’ala, supaya nanti mereka terbawa sempurna, tegasnya ikut terbawa kembali kepada Allah Ta’ala, karena hanya manusialah yang ketetapan Agama, hanya manusia pula yang ketetapan Ilmu, yang akan dapat menyempurnakan semua roch, seisi alam dunia ini. Karena semuanya juga masuk ke dalam tubuh manusia, baik roch-roch Bumi, Api, Air dan Angin, yang memang sudah sehari-harinya, begitu pula roch-roch hewan baik yang halal ataupun yang haram, yang bersih maupun yang najis, tidak terkecuali, semuanya masuk saja ke dalam tubuh manusia. Beginilah jalan-jalannya, misalnya jenis-jenis pepohonan kayu, memang benar sareatnya tidak dimakan oleh manusia, tetapi suka dipakai untuk menanak ( memasak ) nasi, yaitu sebagai kayu bakarnya, atau memasak apa saja sehingga rochnya masuk ke dalam nasi atau masakan, makanya bisa berbeda rasanya waktu masih berbentuk beras dengan sesudah menjadi nasi, begitu pula jenis-jenis hewan, baik yang haram ataupun yang najis, semuanya juga masuk saja, memang kalau hewannya tidak dimakan langsung oleh kita, tetapi kalau ada anjing atau babi mati di sungai tentu bangkainya akan dimakan oleh ikan, dan ikan itu dimakan oleh kita, sedangkan kalau binatang tadi mati di darat tentunya akan menjadi pupuk tumbuh-tumbuhan, misalnya pohon pisang, dan pisang itu sudah pasti akan masuk ke dalam perut manusia. Jadi jelas manusia itu adalah jembatan untuk menyebrang roch-roch seisi alam dunia untuk kembali lagi kepada Allah Ta’ala. Oleh sebab itu nyata sekali bahwa Allah ta’ala itu Maha Suci, tetapi tidak akan menyiksa ataupun mengganjar ( memberi pahala ). Setegasnya yang akan menyiksa adalah roch-roch dari segala macam yang sudah masuk ke dalam tubuh manusia, sebab tidak dibawa kembali kepada Allah, roch Api nantinya akan menjadi panasnya Neraka, roch Air nantinya akan menjadi dinginnya Neraka, roch Bumi akan menjadi gelapnya Neraka, begitu pula segala macam roch hewan akan mengantup, menusuk ataupun menggigit kepada nyawa manusia.


LT. F : Yaitu ALAM MISAL, martabat manusia yang di dunianya sudah Ma’rifat kepada asal wujudnya yaitu Segara Adam


( LT. C ) tadi, manusia tersebut ilmunya sudah sampai ke pangkat Misal artinya sudah mengetahui kepada asal dirinya, yaitu sifatnya Cahaya Merah, Kuning, Putih dan Hitam. Nanti pada waktu meninggal dunia akan masuk ke dalam surga, kekal di dalam kenikmatan yang tidak ada bandingannya dan kekal tidak ada putus-putsnya.


LT. G : Yaitu ALAM INSAN KAMIL, martabat kesempurnaan manusia, setiap-tiap manusia yang di dunianya sudah bisa Ma’rifat kepada sifatnya Allah Ta’ala yang disebut dengan Johar Awal, atau Alam wachdat


( LT. B ) jadi, ilmunya sudah sampai ke pangkat insan Kamil, artinya kembali sempurna nanti pada waktu meninggal dunia akan jatuh kepada pangkat Kamil Nukamil, artinya sempurnaning-sempurna, habis rasanya habis jasmaninya, menjadi Dat Laesa Kamislihi kembali seperti waktu tadi ketika kita belum turun ke alam dunia.




---TAMAT---






 JILID II


1. Ini adalah kelanjutan dari Jilid I, meneruskan Raden Muslimin dan Raden Muslimat yang sedang membahas perkara ilmu, disebabkan Raden Muslimat belum merasa puas, pertanyaannya belum selesai, bertanyanya masih tetap bersemangat, oleh kakaknya yang juga tidak dicegah, malah terus saja dijawab semampunya.


2. semenjak selesai sholat isya, hampir saja semalam suntuk, berhenti pada jam empat pagi, lalu mengambil air sembahyang, kemudian adik dan kakak sholat subuh berjamaah, setelah selesai sholat mereka kembali kerumah, makan minum berhadap-hadapan berdua.


3. Diceritakan Raden Muslimat kembali menghadap kakaknya, dengan sikap penuh hormat, wajahnya tertunduk serta takjim, dia berkata dengan bahasa yang sopan, semoga kanda tidak menjadi marah, karena dinda berbuat lancang untuk kembali bertanya, walaupun hati dinda merasa malu bukan kepalang.


4. Saking merasa penasarannya, oleh dinda belum terpikir sama sekali dalam hal pasal sembahyang, ibadah kepada Yang Maha Suci, apakah termasuk wajib atau fardu, lima waktu seharinya, yang sama-sama dilakukan oleh seluruh umat Islam.


5. Lalu kakaknya menjawab, dengan mengajukan pertanyaan pula kepada adiknya, coba renungkan di dalam mendirikan sholat, bagaimanakah cara membaca niatnya atau usollinya, bagaimanakah bunyinya, apakah wajib atau fardu yang mula-mula diniatkan, adiknya lalu berkata tentu saja disebutnya fardu.


6. Misalnya, usolli fardu isya, atau usolli fardu subhi, berkata kakaknya, tuhkan jelas fardu disebutnya, bukan usolli wajib subuh, tetap saja fardu yang disebut. Walaupun selanjutnya fardu saja namanya, berkata adiknya benar demikian disebutnya.


7. Namun apapula bedanya antara fardu dengan wajib, kata kakaknya tentu saja berbeda, sebutannya juga dua macam, dua tetapi harus menyatu, satukanlah sampai bersatu, beginilah keterangannya, wajib kalau di dalam bab ilmu, wajib itu adalah perintah Allah Ta’ala


8. Didalam Hadist sudah dikatakan, Wa’kama adul imani wajibul wajib, anjalama, begitulah menurut Dalil, semua ummat Allah, wajib harus mengerti, mengetahui kepada Iman, Yaitu iman sejati, sedangkan Iman itu adalah salah satu dari pada Nur-nya Allah.


9. Itu tandanya, kenyataan, kenyataan adalah aku, hakekat muhammadiyah, Johar Awal itu namanya, Sejati Syahadat lagi, atau segara hirup (samudra kehidupan), hidupya segala macam, yaitu isinya tujuh lapis bumi, tidak ada lain hanya dari sanalah asalnya


10. Dari hakekatnya Muhammad, yaitu utusan-Ku untuk menjadikan alam dunia, beserta seluruh isinya. Tetapi tidak terpisah denganku, dengan Muhammad tidak berjauhan, tepatnya sudah seadat, Aku dengan Muhammad pasti, tidak akan ada Aku kalau tidak ada Muhammad.


11. Begitupula sebaliknya, Muhammad juga tidak akan terbukti, kalau tidak ada Aku, seumpama panas dengan api, berpadu menjadi satu, tidak akan ada sifat nya kalau tidak ada panas, panasnya juga demikian, tidak akan ada apabila sifat apinya hilang.


12. Nah begitulah sebenarnya dinda, yang namanya wajib itu, sekalian ummat pasti wajib Ma’rifatnya, kepada Dzatnya Yang Maha Suci, yaitu yang disebut dengan Hakikat Muhammad, karena Muhammad itu dinda awal akhir diciptanya oleh Allah Ta’ala.


13. Perintahnya Allah Ta’ala kepada seluruh ummatnya bukan hanya kepada Kanjeng Nabi Muhammad Rosululloh saja, tetapi kepada seluruh makhluk, bagi setiap-tiap yang mempunyai agama, wajib harus melihat kepada sejatinya iman itu 14. Wajib sekali Ma’rifatnya kepada-Ku dengan penuh keyakinan, supaya semuanya bisa kembali kepada-Ku, karena kamu sekalian berasal dari-Ku, jalannya yaitu kamu harus mengetahui dahulu Dzatnya, yaitu utusan-Ku yang disebut dengan Hakekat Muhammad itu.


15. Kalau sudah yakin kepada Muhammad, kepada-Ku sudah pasti yakin, sebab Aku tidak berpisah, bagaikan gula dengan manisnya, air dengan dinginya lagi, ombak dengan air laut, begitulah perumpamaannya, camkanlah oleh dinda sampai benar-benar mengerti, aqrobnya (dekatnya) antara Allah dengan Muhammad.


16. Berkata adiknya, terima kasih sekali, perkara wajib dimengerti, tinggal itu masalah fardunya, perintahnya siapa lagi, kakaknya lalu menjawab, perkara fardu itu dinda perintahnya Kang Jeng Rosul, yaitu Kang Jeng Nabi Muhammad, memerintahkan ibadah mesti, sebab makhluk adalah hambanya Allah.


17. Diharuskan sekali tumarimanya (menerimakan) menjadi hamba Allah, makanya fardu menyembah-Nya, bedanya hamba dengan Allah, kalau kita tidak membuktikan, tidak beribadah kepada Yang Maha Agung, kalau begitu sama dengan mempersekutukan (menyamai) kepada Allah Yang Maha Suci, tidak ada atas dan tidak ada bawah jadinya papak (rata).


18. Jadi tidak tumarima, bahwa ini wujud jasmani adalah kemurahan dari Allah Ta’ala, makanya kita didunia harus menuruti kata-kata Nabi, harus, harus menjalankan rukun yang lima perkara, Syahadat sholatnya mesti dilakukan, jakat, puasa dan hajinya juga demikian.


19. Fardu harus dijalani, perintahnya Kang Jeng Nabi, tetapi harus dengan wajibnya, perintahnya Yang Maha Suci, ya seperti yang disebutkan tadi, dua-duanya harus dilaksanakan, supaya kita sempurna, selamat lahir dan bathin dan perintah keduanya dapat terpenuhi.


20. Berkata adiknya, aduh kanda, sungguh menyerap kedalam sanubari, segala apa yang telah kanda jelaskan itu tidak akan salah sudah pasti begitu, namun dinda ingin bertanya kembali, pasal wajib dan fardu lebih utama (penting) yang mana mestinya dikerjakan oleh manusia, lebih penting fardu apa wajib.


21. Berkata kakaknya, kalau dinda belum mengerti, tentu saja lebih utama wajib karena itu adalah perintah-Nya, langsung dari Allah Yang Maha Suci, bagi semua orang, bahwasannya semua harus paham kepada asal kamu sekalian, sebab kalau tidak mengetahui tentu tidak akan kembali lagi ke asal semula.


22.Apabila tidak bisa pulang ke asal kita yang sejati, sudah tentu Nyawa kita akan kembalinya kepada ciptaannya lagi, yaitu ciptaan Yang Maha Agung, baik Neraka atau Surga, adalah ciptaanya Allah Ta’ala, kalau begitu tidak dapat memenuhi lapad Dalil yang suka disebut


23. Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rojiun. Bahasa Indonesianya begini “sesungguhnya kita ini semua asal dari Allah Ta’ala dan harus kembali lagi mesti kepada Allah Ta’ala, jadi jelas bukan surga, karena surga adalah merupakan jalan turun ketika kita mau ke alam dunia.


24. Yaitu kenikmatan Ibu Bapak tadi, surga nyatanya nikmat itulah dari pada rasanya syahadat, seadatnya waktu tadi, ketika Ibu dan Bapak ketemu rasa.


25. Kan jelas itu adalah surga, jalan tadi ketika akan lahir ke alam dunia, makanya kalau tekad kanda tidak akan kesana kembalinya, surga itu hanya akan dipakai sebagai jalan saja, jalan kembali kepada Allah Ta’ala yaitu segara hirup, hidup Allah yang kekal, yang tidak terkena rusak.


26. Tadi makanya Ibu Bapak bisa merasakan nikmat dikarenakan ada hidupnya yaitu Dzatnya Allah Ta’ala, maka kanda ingin kembali hanya kepada hidup, karena nyata sedemikian sirnanya, waktu sebelum kita lahir, tidak ada rasa enak atau tidak enak juga salah.


27. Kata adiknya, bagaimanakah perkara surga itu, dibagian manakah mengalaminya, kakaknya menjawab lagi, yaitu pada sakaratul maut, mestinya kita harus menerima seribu kenikmatan, kenikmatan seperti ibu bapak tadi, karena tadinya juga kita datangnya dari kenikmatan.


28. Berkata adiknya, pantas saja wajib ma’rifat kepada Allah Ta’ala, wajib itu yang paling penting, fardu itu mengikuti dari belakang, pantas saja di dalam fardu masih ada berlaku pengecualian, kalau orang tidak mampu, tidak wenang pergi haji, dengan pengecualian tidak harus berjiarah ke mekah


29. Begitupula zakat, hanya wajib bagi yang sudah cukup nisabnya, kalau belum cukup nisabnya tidak diharuskan walaupun di dalam sholat juga, bagi perempuan yang sedang datang bulan (haid), menurut Hadist diwenangkan (dibolehkan ) untuk tidak melaksanakan ibadah sholat


30. Didalam perkara wajib, tidak ada pengecualian lagi, tetap saja diharuskan bagi semuanya, untuk mengetahui kepada Dzatnya Allah Ta’ala, barang siapa yang tidak mengetahui tentu tidak akan bisa kembali kepada asal muasalnya semula, tidak bisa kembali kesejatinya dan tidak bisa pulang kepada asal-muasalnya diri sendiri.


31. Berkata lagi Raden Muslimat kepada kakaknya, perihal yang baru kanda jelaskan. Alhamdulillah sudah dapat dinda mengerti, namun masih ada lagi yang belum bisa dipahami, dinda ingin bertanya kembali kepada kanda, karena ingin segera mengerti, mohon kanda jelaskan tentang perkara sholat, apakah tidak ada wajibnya lagi, hanya fardu saja, tidak memakai wajib


32. Berkata kakaknya, kalau dinda belum mengerti, baiklah akan kanda terangkan, bahwa dalam segala hal juga wajib itu sudah tentu ada, apalagi di dalam perkara Agama, Ibadah kepada Yang Maha Agung, pasal sholat juga sudah tentu ada, malah wajibnya ada empat, pertama berdiri yang utama, kedua ruku’ jangan sembarangan


33. Ketiga sujud, ke empat duduk sudah pasti, segitu wajibnya, sedangkan kalah fardunya yaitu membaca segala yang perlu (membaca bacaan-bacaan sholat) seperti surat Al-Fatihah, membaca Atahiyat begitu juga, selain itu apa saja yang lumrah.


34. Nah itulah namanya fardhu, namun yang lebih kuat adalah wajib, fardu seumpama bumbu, sedang wajib seumpama daging. Bumbu kalau tidak ada daging tentu tidak akan ada gunanya atau tidak terpakai, sudah pasti mubajir, tidak akan dapat dimakan, masih untung kalau ada daging tanpa bumbu.


35. Masih dapat dimasak dan dimakan, tidak sampai mubajir, walaupun rasanya agak kurang enak, tetapi masih ada manfaatnya bagi diri kita, akan menjadikan diri kita kuat tidak lesu dan lapar dan akan terasa segar badan kita, begitulah perumpamaannya dinda, makanya kata kanda tadi wajib itu lebih kuat.


36. Begitulah dalam perkara sholat kalau tidak memakai wajib akan menjadi batal, tidak ada gunanya. Coba begini akan kanda jelaskan, seumpama dinda membaca usholli, lalu membaca Al-Fatihah yang bagus sampai dengan selesai membaca Attahiyat dan terus mengucapkan salam, namun pada saat dinda membaca semua itu


37. dinda lakukan sambil tidur-tiduran, berbaring saja ditengah rumah, bagaimanakan menurut orang yang melihatnya, apakah bisa dikatakan dinda sedang melaksanakan sholat, yaitu sholat lima waktu. Jawab adiknya tentu saja tidak akan mengatakan sholat kepada dinda, kata kakaknya jadi jelas sareatnya batal.


38. Coba dinda melaksanakan wajibnya dengan benar, berdiri dan ruku’ nya jelas, begitu juga sujud serta duduknya terlihat dan rakaatnya benar, kalaupun didalam hati dinda berdendang lagu pucung, namun kalau menurut yang melihat tetap tidak akan salah lagi disebutnya, bahwa dinda itu sedang melaksanakan sholat.


39. Benar kata adiknya. Dinda sekarang sudah dapat mengerti pasal wajib dan fardunya, namun masih ada sedikit yang ingin ditanyakan, apakah sebabnya di dalam sholat lima waktu ada wajibnya empat perkara, bagaimanakan pula asalnya dinda ingin tahu, tentu ada asalnya


40. Kakaknya cepat menjawab, begini asalnya itu dinda, pasal sembahyang itu wajibnya empat perkara, yaitu untuk memulyakan Allah Ta’ala, mendirikan asma Yang Maha Agung, yakni huruf lafad, berdirinya huruf alif, kedua ruku’ nyatanya huruf lam awal


41. sujud nyatanya sebagai huruf Lam akhir, duduk nyatanya sebagai huruf He tidak salah lagi, sedangkan takbirotul ikhrom nyatanya huruf Tasjid, jadi semua itu jelas Alip Lam Lam He sudah pasti, lapad daripada asma Allah, tidak akan samar justru yakin sekali. Kata adiknya, terima kasih kanda, sudah dapat dinda mengerti.


42. Namun Asmanya Allah itu yaitu Alip Lam Lam He tadi, dari manakah asal usulnya, karena lafad tadi itu setelahnya ada di dunia atau di alam lahir sesudah alam dunia ini nyata adanya, bagaimanakan asal dari Qodimnya, dinda ingin tahu dari manakah tadinya


43. Kakaknya lalu menjawab, dinda hal itu sangat penting sekali, kenapa dinda bertanya jadi keterusan, terus saja dinda memburu, kalau bagi kanda agak risau takut menyebutnya, karena hal ini merupakan rahasia besar, tidak boleh sembarang dinda, tadinya juga guru berpesan harus sangat hati-hati, jangan sembarangan.


44. Namun barangkali memang sudah tiba waktunya, dan sudah ada ijin dari Allah Yang Maha Suci, supaya manusia jangan terlalu lengah dan betah tinggal diam diakhir jaman ini, tenang saja asma yang harus dikaji, Kitab Al-Quran terus dibaca sedangkan isinya atau maksudnya tidak mau dicari, dan tidak mau menghayati Dalil, apalagi mau merasakan dan menerapkannya ke dalam diri pribadi.


45. tetap saja mengajinya keluar, dirinya diagul-agulkan, serta berlomba-lomba memperbagus ibadah, tata cara menyembah kepada Yang Maha Suci, lagunya juga diperbagus lagi, lagam dari negeri Mesir yang ditiru, namun walaupun demikian kepada Dzat yang disembahnya tetap saja tidak ketemu, tidak dapat memenuhi Dalil Al-Quran yang disebut.


46. Wa’bud Robbaka Ya’tiyakal yaqin, yang didalam bahasa Indonesianya begini bunyinya, kalau engkau menyembah kepada Allah Ta’ala, harus sampai dengan Aenal yaqin, harus sampai jelas mengetahui kepada Yang Maha Agung, jangan hannya dikira-kira, dibayang-bayangkan oleh hati bahwa Allah Ta’ala adanya diatas Arasy.


47. Mengapa kita tidak mengingat Dalil AL-Quran juga pada ayat-ayat yang lainnya, yaitu yang berbunyi Wanachnu Aqrobu Ilaihi Min Hablil Waried, di dalam bahasa Indonesinya berarti, bahwa Allah Yang Maha Suci, ternyata aqrob sekali (dekat sekali) dengan wujud kita, bahkan sudah tidak ada antaranya lagi, bagaikan urat leher dengan leher kita, malah lebih dekat Allah dengan kita, oleh sebab itu kita semua harus berfikir, apakah yang paling aqrob dengan wujud kita ?


48. Siang dan malam tidak pernah berpisah, Raden Muslimat berkata, dinda juga belum mengetahui aqrobnya dengan Yang Maha Agung, kalau memang benar ada dalam diri setiap makhluk, sudah tentu akan banyak sekali Yang Maha Agung, berjajar ada disetiap orang, jawab kakaknya, duhai dinda, berhati-hatilah jangan sampai keliru tekad hati dinda.


49. Tadi sudah dikatakan bahwa Allah Ta’ala itu Dzat Laesa Kamislihi, sedangkan yang aqrobnya dengan kita adalah hannya kekuasaannya Allah Ta’ala, apakah itu kata adiknya, apakah kekuasaan Yang Maha Agung yang dekat dengan diri kita, jawab kakaknya Hidup kita, itulah Kuasanya Allah Ta’ala, yaitu hakekatnya Muhammad.




D A N G D A N G G U L A


50. Itu adalah Utusan Allah Ta’ala, makanya kita cari, sifat Hidup kita, supaya bisa kembali lagi ke Hidup, Hidup Allah Yang Kekal sudah pasti, yang tidak akan terkena oleh rusak, Dzatnya Yang Maha Agung, namanya Hakulloh itu, tempat kembalinya setiap manusia yang bisa Ma’rifat ke sejatining kesempurnaan


51. Kata adiknya, terima kasih kanda, sudah dapat dinda mengerti, pasal nyatanya Hakulloh itu, tinggal satu lagi belum dimengerti, yang disebut dengan Hakul Adam, apakah nyatanya yang bukti. Kata kakaknya, inilah alam dunia nyatanya sudah pasti, maka dari itu ingatlah dinda, harus sampai ketemu Hakullohnya Yang Maha Suci.


52. Sebab kalau tidak tahu, tidak dapat Ma’rifat kepada Datnya Yang Maha Suci, tentu tidak akan bisa kembali lagi ke Hakulloh, dan sudah tentu akan kembali lagi saja kepada Hakul Adam, yaitu kembali ke alam dunia, karena masih terkurung oleh alam dunia ini, sudah pasti akan bergentayangan, masuk ke sarang Siluman, kepada hantu atau alam ipri atau sejenis Jin lainnya, atau bisa juga nitis menitis kembali.


53. Kepada manusia atau kepada hewan, menjadi babi atau buaya, menjadi harimau atau kera tergantung dari pada ilmunya atau pengetahuannya selama didunia, mungkin juga dinda pernah mendengar orang yang pernah menganut ilmu harimau matinya akan menjadi harimau, orang yang manganut ilmu babi (babi ngepet atau nyegik) matinya akan menjadi babi, begitu juga bagi yang menganut ilmu buaya matinya akan menjadi buaya, kan sudah nyata sekali.


54. Kalau masuk kedalam manusia (nyurup, misalnya orang yang kesurupan), tubuhnya gemetar sambil meminta-minta, misalnya minta kopi manis yang kental, atau minta cerutu, tergantung daripada kesukaannya selama di dunia ketika dia masih hidup, nah kan jelas sekali bahwasannya tidak bisa kembali ke asalnya, tetap saja di alam dunia, disebabkan tidak dapat menemukan jalannya.


55. Kalau ketemu jalannya sudah tentu akan sempurna, karena sudah tetap di dalam Haknya Allah Ta’ala, yaitu Datnya Yang Maha Suci. Adiknya lalu berkata, dinda sangat percaya bahwa orang tidak dapat Ma’rifat kepada Datnya Yang Maha Agung, pantas kalau tidak bisa kembali ke asalnya, buktinya juga sudah ada yakin pula, barangkali semuanya juga sudah mengetahui.


56. Yang mendiami Gunung Gede sudah nyata, Rajanya suka disebut orang, yang hobbynya pada panggang ikan lele, kalau ada musibah disuatu kampung, banyak orang terkena penyakit, suka cepat-cepat membuat sesajen (persembahan) dengan membuat nasi putih dan panggang ikan lele, kemudian ditujukannya kepada Embah Dalem yang bersemayam di Gunung Gede Cipanas.


57. Padahal Embah Dalem tadi, menurut cerita asalnya adalah manusia biasa, malah pernah menjabat sebagai seorang Bupati, namanya juga terkenal, disebutnya dengan nama Timbanganten, tetapi kenapa sekarang buktinya ada di gunung, menjadi Rajanya kaum siluman, serta rakyatnya berujuta-juta orang, biasa seperti negara saja layaknya.


58. Jadi tentu saja rakyatnya juga asalnya pasti adalah nyawa-nyawa manusia yang tidak dapat kembali kepada asalnya dahulu, ya tentu saja akan masuk ke sana ke negaranya siluman, yang berada di atas gunung, menjadi pembantu atau ponggawa, atau pun menjadi rakyatnya, seperti waktu dia masih hidup di alam lahir (dunia), tetap berada di bawah perintah.


59. Makanya dinda harus sampai mengerti, begitulah kejadiannya orang-orang yang meninggal dunia, kebanyakan arahnya kesana, menjadi para pembantu Raja kaum siluman, di dunia, sambil menunggu-nunggu, menunggu hari kiamatnya dunia yaitu pada Yaomil akhiri, rusaknya seluruh alam dunia ini.


60. Setelah rusaknya alam dunia ini, akan menjadi segala Neraka, neraka api dan gelap, gelap berasal dari pada bumi pasti, dan menjadi neraka air yang sangat dingin, angin juga begitu, jadi setiap yang ada, yang masih terkurung oleh langit dan bumi, tetap berada di dalam neraka.


61. Coba bayangkan, kita akan dapat lari kemana, selebarnya alam dunia ini berubah menjadi api semuanya serta kekal sudah tentu dan sudah tidak bisa mati lagi, walaupun di dalam neraka, tetap tidak akan wafat, hanya tetap di dalam rasa tidak enak, kekal selamanya tidak tercampur lagi oleh rasa enak.


62. Sebab alam dunia ini pasti ditetapkan sebagai penjara, buat menghukum Idajil yang dilaknat oleh Allah Ta’ala, Idajil laknatulloh yang melanggar perintahnya yang merasa betah tinggal di alam dunia, tidak mau lagi kembali kepada Tuhan Yang Maha Suci, ya tentu saja akan tetap di alam dunia.


63. Begitulah kalau nyawa manusia yang masih di alam dunia, yang nyata tidak mau kembali kepada Allah Yang Maha Agung, dan menuruti tekad Idajil, sudah tentu akan menjadi golongannya, seperti Idajil dahulu, akan menjadi rakyatnya Idajil Laknatulloh, sebagai teman di neraka.


64. Makanya wajib sampai ketemu, harus sampai Ma’rifat kepada Datnya Allah Ta’ala, sebagai bekal keimanan sebelum meninggal dunia, sebab tadi juga begitu, hanya Iman yang diterima oleh Yang Maha Kuasa, Eling (ingat)nya dengan sunguh-sungguh berdasarkan Aenal yaqin, bukan eling hanya sekedar ucapan, yaitu dengan mengucap Asmanya Allah, menyebut Allahu Akbar sudah merasa cukup.


65. Sebab di dalam sakaratul maut, sudah tidak akan bisa lagi menyebutnya, jangankan bisa bicara, segalanya juga sudah ditutup, pintu dunia sudah di kunci, tinggal sesak nafas yang teramat sangat, serasa seribu tahun, pintu akhirat tidak terbuka, sebab tadi kuncinya tidak ketemu, akhirnya terlunta-lunta tidak tahu jalan.


66. Tentunya tidak bisa timbul, apalagi masuk juga tidak bisa, pintu alam dunia sudah tertutup, sedangkan pintu akhirat tidak terlihat, tetap saja tidak bisa masuk, dikarenakan saking merasa sakitnya, terpaksa roch jasmaninya menjadi alam lagi, yaitu alam antara, kalau menurut Hadis disebutnya Alam Barjah (alam antara).


67. Dari dunia dia sudah berangkat, ke akherat masih belum sampai, adiknya lalu berkata, benar, sungguh dinda sangat percaya, ya begitulah tidak akan salah lagi, makanya pakai sekarat dikarenakan tidak ketemu, pintu akhirat tidak terbuka, buktinya pada waktu mau mati, matanya melotot sambil melirik ke sana ke mari seperti orang yang sedang mencari jalan.


68. Namun bagi dinda masih belum terpikir, apa yang kanda katakan tadi, bahwa yang menjadi alam antara itu, asalnya dari pada Roch jasmani, apakah kenyataannya di dalam sekujur tubuh kita, dinda masih belum tahu apakah yang disebut dengan Roch jasmani itu, kakaknya lalu menjawab, kalau dinda belum tahu, Roch Jasmani itu kenyataannya


69. adalah sifatnya darah, yaitu yang menjadi Alam Barjah, kan tadinya juga darah itu berasal dari pada sari-sari Api, Angin, Air dan Bumi, buktinya adalah makanan, segala makanan yang ditelan atau dimakan oleh kita siang maupun malam, sebenarnya memang sari-sari alam dunia.


70. Buktinya kalau orang yang meninggal dunia sudah tentu tidak ada darahnya, karena darahnya itu sudah berubah menjadi alamnya lagi, yaitu yang disebut dengan alam antara, atau biasa disebut dengan nama Alam Barjah, coba saja dinda perhatikan bila ada orang yang matinya terpaksa, misalnya orang yang dibunuh atau orang yang tertabrak mobil, darahnya jatuh disitu.


71. setannya atau hantunya tidak akan salah lagi tentu akan memperlihatkan diri ditempat itu, nah itu sudah nyata (aen), darah sudah tentu akan kembali lagi, berubah menjadi alam go’ib, makanya tidak dapat terlihat karena terhalangi oleh alamnya yang lain, begitu pula nyawanya akan nitis menitis kembali, atau mengabdi kepada siluman atau jin.


72. Itulah contohnya bagi orang yang matinya terpaksa, yang tidak dapat mengenal kepada asalnya, yaitu waktu masih di alam Qodim (alam kelanggengan atau alam kekekalan), yaitu kenyataan alam Nur, menurut Hadis Nur Muhammad adalah Hekekatnya Adam, bibitnya alam dunia, makanya tidak bisa kembali lagi, karena tidak mengetahui jalannya, akhirnya hanya bisa kembali lagi ke alam dunia saja.


73. Seisi alam dunia ini, Api, Angin, Air dan Bumi nantinya akan berubah menjadi ketidakenakan (kesengsaraan), barangkali semuanya juga sudah sama-sama mengetahui, Api rasanya panas tentu, Air rasanya dingin pasti, sedangkan Bumi rasanya gelap, dan jadilah Neraka, padahal tadi kita mengetahui bahwa bibitnya yaitu Nur Muhammad, tidak ada dingin dan tidak ada panas.


74. Raden Muslimat terus berkata kembali, segala perkataan kanda yang barusan diucapkan, terima kasih sudah dapat dinda mengerti, sekarang dinda mempunyai pertanyaan lagi, pasal Hakulloh dan Hakul Adam yang tadi kanda terangkan, dinda masih merasa bimbang, apa kenyataannya dibadan kita, apa hakikatnya dibadan kita pribadi oleh dinda belum dapat dipahami.


75. Kata kakaknya, kalau belum mengerti, Haknya Allah tetap Hidup kita, sedangkan Haknya Adam sudah tentu yaitu Rasa dan Nafsu, disebut Nyawa. Kata adiknya, apakah berbeda antara Nyawa dengan Hidup; jawab kakaknya tentu saja berbeda, malah sifatnya juga berbeda, sebab namanya juga dua.


76. Kalau sifatnya hidup itu dinda ialah sifatnya cahaya, sedangkan nyawa itu sifatnya darah sudah tentu, datangnya juga belakangan, barangkali oleh dinda juga terasa, waktu masih dikandung ibunda, hidupnya kan sudah ada, makanya di dalam perut sudah dapat bergerak, pertanda ada hidupnya.


77. malah pada saat lahir ke alam dunia masih belum ada nyawanya, makanya tidak ada rasa apalagi napsu, tidak ada pendengaran, tidak ada penglihatan, begitu juga belum ada penciumannya sama sekali, sebab makanya bisa begitu, ketika masih di dalam Hakulloh, Hidup Allah yang teramat suci, bersih tanpa ada kotorannya.


78. lama kelamaan itu bayi setelah diberi makanan apa saja yang berasal dari sari-sari alam dunia, mula-mula rasa timbul, ada rasa enak begitu juga rasa tidak enak, mata juga timbul penglihatannya, telinga juga timbul pendengarannya dan sudah pasti mulut juga bisa berbicara.


79. lama kelamaan pula timbul lagi, dari rasa timbul keinginan, ingin ini ingin itu, itulah yang disebut napsu. Pada saat itu sudah pasti hidup disertai nyawa, dua perkara sudah menyatu, tadinya sebelum ada rasa, hanya ada hidup saja yaitu hidup sejati, Roch suci disebutnya.


80. Setelah tercampur dengan darah, yaitu yang berasal dari pada sari-sari makanan yang ditelan mulut kita, Roch bumi, api, angin, Air serta segala macam roch hewan semuanya masuk, maka hidup suci itu lama kelamaan dilapisi (tertutup) oleh sifat darah yang teramat kotornya.


81. sehingga menimbulkan napsu tiga macam, yaitu Nafsu Amarah, Loamah dan Sawiah. Ketiga napsu-napsu itu menariknya ke arah alam dunia, kemauannya hanya segala kesenangan dunia, ingin kenyang makan, ingin mengumbar hawa napsu, segala keinginan, senang berjudi, senang berbuat maksiat, berjina, mencuri dan membesar-besarkan napsu amarah.


82. Jadi napsu yang tiga perkara itu menjadi tempat bersarangnya setan-setan dan Iblis Laknatulloh, disitulah tempat bersemayamnya, makanya sangat besar sekali tenaganya, dibandingkan napsu Mutmainnah, yaitu napsu yang suci yang sering sekali terkalahkan karena tidak kuat dan kalah banyak, buktinya jarang sekali orang yang beriman yang benar-benar menjalankan perintah Nabi, apalagi perintahnya Allah Ta’ala.


83. Raden Muslimat lalu berkata, betul sekali napsu mutmainnah itu napsu yang suka menarik kepada kebaikan, bagaimanakah caranya supaya selalu bisa menang, supaya jangan terlalu sering dikalahkan, kata kakaknya tidak ada akal lagi selain berlindung kepada Datnya Allah Ta’ala, makanya kita wajib Ma’rifat, supaya kuat selamanya.


84. Menjadikan diri kita Iman selamanya, selama siang dan malam sebab tidak merasa berpisah dengan Allah Yang Maha Suci, sudah Wahuwa ma’akum, selalu bersama-sama siang dan malam, kalau sudah bisa demikian niscaya tidak akan dapat tergoda oleh napsu yang jelek tadi, sebab merasa malu dan merasa takut kepada yang selalu memperhatikan, yaitu Dat yang meliputi wujud kita.


85. Lama kelamaan setan-setan akan menyingkir, tidak mau menganggu lagi, karena merasa takut sudah pasti, rasanya panas sudah tentu kalau berdekatan dengan orang yang beriman, itulah gunanya kalau orang mencari ilmunya sampai tuntas, jadi bawaannya selalu selamat, lahir bathin tidak akan mendapatkan bala (musibah atau kesusahan), karena bersih perbuatannya.


86. Raden Muslimat lalu berkata lagi, pasal itu sudah dapat dipahami, dapat dimengerti dan dirasakan, sekarang kita kembali kepada pertanyaan dinda yang terdahulu yang tadi belum kanda jawab, yaitu dalam pasal huruf Lapad Allah, Alip Lam Lam He dari mana asalnya, makanya ada lapad Allah itu.


87. Kata kakaknya, duhai, betul kanda sampai terlupa, benar saja pasal itu belum terjawab, kanda mohon maaf, saking merasa khusu’ menerangkan Datnya Yang Maha Suci, yang teramat pentingnya, dan bab sakaratulmaut itu. Baiklah sekarang akan kanda jelaskan supaya dinda dapat mengerti, beginilah pasalnya


88. Makanya ada hurup dalil, hurup Allah yang empat macam itu, Alip Lam Lam He, yaitu yang disebut dengan Asma Yang Maha Suci, awalnya itu sudah pasti berasal dari Dat Sifat Allah Ta’ala. Dat artinya kenyataan, Sifat itu rupa (warna) tidak salah lagi, Johar Awal disebutnya.


89. Terang benderang sifat sudah pasti, dari terang timbul kenyataan, timbul pula cahaya empat kelihatan, yang disebut Nur Muhammad, bibitnya alam dunia ini. Pertama namanya Naarun (cahaya merah), Kedua Hawaun, (cahaya kuning),


90. Ketiga Maun, (cahaya putih warnanya), ke empat Turobun tidak salah lagi cahaya yang hitam mulus, tuh jelas ada empat rupa, kelimanya terangnya, menjadi lapad Tasjid. Cahaya yang empat tadi menjadi lapad Alip Lam Lam He, begitulah dinda asalnya lapad Allah Ta’ala itu.


91. sebab itulah bibit (cikal bakal) bagi yang hirup dialam dunia ini, yaitu tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi beserta segala isinya, menurut Hadis juga, semua makhluq yang ada di alam dunia ini semuanya juga berasal dari Allah, lumrahnya begitu, nah sebenarnya berasal dari sana, daripada Nur yang empat perkara, kelimanya johar awal.


92. Tidak berpisah Datnya Yang Maha Suci dengan Sifatnya, begitu pula Asmanya, sudah menyatu tiada antara/ jarak lagi, sudah seadat yang tiga itu tidak bercerai berai lagi, sesungguhnya Allah dan Muhammad serta Adam sudah menyatu, Ahadiat dengan Wahdat, Ketiganya Wahidiat itu adalah Dat Sifat dan Asma


93. Tinggal yang ke empatnya lagi yang disebut Af’alnya Allah Ta’ala, inilah buktinya alam dunia yang nyata, dengan segala isinya yang menjadi bibitnya adalah yang disebut dengan Nur Muhammad, cahaya empat perkara, kelimanya Johar Awal, yaitu Hakekat Muhammad.


94. Adanya api alam dunia ini berasal dari sorotnya Naarun tidak salah, cahaya merah sifatnya, kedua adanya angin berasal dari sorotnya Hawaun, cahaya kuning rupanya, sedangkan yang ketiganya adanya air itu berasal dari sinarnya Maun cahaya putih namanya, ke empat bumi nyata


95. sudah pasti berasal dari pada sinarnya Turobun, cahaya yang hitam warnanya, kelimanya matahari, begitulah buktinya Asma Yang Maha Suci, tidak berbeda dengan Qadimnya, tetap saja lima hurup, sebab segitulah bibitnya, walaupun rukun yang lima perkara, asalnya juga dari sana.


96. Waktu juga ada lima, tidak keluarga dari Asmanya Allah Ta’ala, di Mekkah juga ada Imam yang empat, kelimanya Baitulloh, begitu pula junjungan (panutan) kita semuanya Kang Jeng Nabi Muhammad Rosululloh, shohabatnya juga ada empat, kelimanya dengan diri pribadi, lapad Allah semuanya.


97. Kata adiknya, sekarang dinda megerti, pantas saja kitab Al-Quran sudah menerangkan bahwa tujuh lapis langit tujuh lapis bumi beserta seluruh isinya diliputi oleh Yang Maha Agung , sekarang baru jelas, ternyata diliputi oleh Asmanya begitu, asal Asma dari pada cahaya, Nur Muhammad utusan Yang Maha Suci, dinda sangat gembira sekali.


98. Kata kakaknya makanya kita wajib Ma’rifat kepada asal kita, yaitu yang barusan sudah diterangkan, supaya tidak tersesat, kembali lagi ke alam dunia, karena alam dunia ini hannyalah bayangannya Dat Yang Maha Suci, tentunya akan menjadi Neraka. Coba saja perhatikan di alam dunia juga sudah nyata, bahwa bayangan itu menjadi neraka.


99. Seumpama bayangan matahari dihalangi oleh suatu kaca (cermin/lensa) bayangannya sudah pasti akan menjadi nyala api, yang bersifat panas tidak salah lagi, sehingga akan merusak kepada diri kita, bahkan bisa membakar diri kita sampai hangus, padahal dari bibitnya panas matahari itu tidak mencelakakan, malah kalau didekati.


100. Seumpama kita mendaki ke puncak gunung yang tinggi ternyata rasanya semakin dingin, semakin dekat semakin terasa enak, itu sebenarnya adalah suatu tanda, memberi perumpamaan kepada manusia supaya pikiran jangan menjauhi kepada Datnya Allah Ta’ala, yang bersinar mencorong bagaikan matahari yang sedang terbit, matahari alam akherat.


101. Kata adiknya, sungguh semuanya dapat dinda mengerti, namun ada sedikit yang masih samar (belum jelas) yaitu pasal kaca/ cermin tadi belum dapat dinda mengerti, apakah nyatanya itu, yang ada di alam lahir, kakaknya terus menjawab, kalau dinda belum mengerti, ya inilah buktinya wujud jasmani, yang menghalangi kepada Datnya Allah Ta’ala.


102. Sumsum tulang daging dan kulit yang menjadikan hijabnya kepada Allah Ta’ala. Di dalam Hadis sudah diterangkan, lapadnya begini La Hijabaka Illa Wujudika Pafnil Anil Wujud, Takun wasilan, maksudnya kira-kira begini, bahwasannya Allah Yang Maha Suci, tidak ada yang menjadi hijab (penghalang).


103. Selain dari pada wujud kamu pasti, yang menjadi penghalang kepada Allah, menjadi hijab kepada Allah, kalau kamu sungguh-sungguh ingin mengetahui adanya Aku bongkarlah dahulu wujudnya, sampai tidak mempunyai bentuk lagi, jangan mempunyai rasa ada, rasa ada wujud serta bumi alam atau alam dunia, karena Aku Napi-Isbat.




A S M A R A N D A N A


104. Kata adiknya sukar sekali pada bagian ini, bagaimanakah caranya (akalnya), supaya bisa menghilangkan jasad kita, apalagi merasa hilang alam dunia, dinda merasa bingung sekali, tidak dapat tercapai oleh akal dinda.


105. dan tidak dapat dimengerti oleh pikiran, kecuali bila di dalam keadaan tidur pulas, barulah di sana dinda bisa merasa tidak punya wujud, apalagi alam dunia, namun tetap saja tidak ketemu dengan Datnya Yang Maha Agung, dan tidak ada satupun penemuan.


106. Kata kakaknya tidak akan ada penemuan kalau di dalam tidur, karena pada waktu tidur kita lupa, hilang ilmu hilang rasa, malah tidak iman sama sekali, walaupun wujud juga tidak teringat, karena bukan begitu jalannya.


107. Padalah kalau ngilmu ( menuntut ilmu) itu harus dalam keadaan sadar, karena kalau dalam keadaan tidur itu tidak ada Tarekatnya, sedangkan menurut patokan jalan Ma’rifat harus melalui jalan Tarekat.


108. Walaupun bisa melihat, kalau tidak memakai Tarekat berarti tidak syah pengetahuannya, seumpama lapad Muhammad, yaitu Mim He Mim Dal tidak memakai Tasjid, lapad tidak menjadi lapad Muhammad.


109. Begitulah perumpamaanya dinda, kenyataannya Tasjid Tarekat atau kunci pencorong, pembuka pintu akherat dan penutup pintu alam dunia, barulah bisa tersusul kepada Datnya Allah Ta’ala.


110. Tetapi harus bisa mati sebelum wafat, sesuai dengan hadisnya yang berbunyi, Antal maotu qoblal maotu, nah dalil itulah sebagai saksinya, kalau ngilmu belum bisa begitu, belum bisa diterima oleh Allah Ta’ala


111. Kalau sudah ketemu Tasjidnya, Marathan Wahidatan, begitulah kata dalilnya, tegasnya terbuka seketika, sudah sampai kepada asalnya Al-Quranul ‘Adim, tersusul bibitnya segala rupa atau segala perkara.


112. Adiknya lalu berkata, kanda terima kasih atas petunjuk kanda, dinda baru bisa mengerti, sekarang tidak akan merasa ragu-ragu lagi apa yang sudah kanda jelaskan, namun ada lagi yang ingin ditanyakan yaitu perkara lapad Muhammad


113. Apa kenyataan di dalam diri kita, di dalam wujud manusia, dinda masih merasa asing tidak paham sama sekali, semoga kanda mau menerangkan, jangan kepalang tanggung mengajarkan pada dinda, habis kepada siapa lagi dinda dapat bertanya, selain kepada kanda.


114. Jawab kakaknya baiklah dinda, kanda akan menerangkan pasal lapad Muhammad, lapad Muhammad adalah rupanya wujud manusia, Mim awal nyatanya kepala kita, He nyatanya dada manusia, Mim akhir adalah pusar (pusat) manusia,


115. sedangkan Dal adalah kaki manusia itu sudah pasti. Nah begitulah kenyataannya.


116. Kata kakaknya sambil tersenyum, pasti Tasjid itu sudah pasti ada, di dalam diri kita, sareatnya maupun hakekatnya, namun kanda tidak bisa mengatakannya, sebab itu adalah rahasia Guru, harus berhadapan langsung dengan beliau.




117. Kata adiknya apakah sebabnya menjadi rahasia. Jawab kakaknya, tentu saja tidak boleh sembarangan membicarakan masalah (pasal) ini, karena sudah memasuki Bab Ilmu, bukan perkara Agama.


118. Benar kalau di dalam perkara Agama tidak boleh ada rahasia, harus diceritakan semuanya, sebab itu adalah Agama, untuk kepentingan bersama, buat bekal beribadah kepada Yang Maha Agung, semuanya harus mengetahui.


119. Syarat sahnya menyembah kepada Allah, tentang batal haram dan makruhnya sudah fardu semua, sebagai petunjuk jalan, jalan kepada Ma’rifat pelaksanaannya harus begitu, harus menuruti perintah Al-Quran.


120. Membereskan jalan Agama, yaitu agama Sareat, ucapan perbuatan yang nyata, yang terlihat oleh semuanya, yang harus dijalani, perintahnya Kang Jeng Rosul, rukun Islam yang lima perkara.


121. Kalau Hakekat Tarekat dan Ma’rifat itu dinda adalah bagian Ilmu, gunanya untuk keyakinannya masing-masing sebagai kepercayaan begitu, kepada Dat yang disembahnya.


122. Jadi sudah keluar dari garis, bukan wewenang manusia lagi untuk menghukumi atau menghakimi, apalagi sareat, baik salahnya atau benarnya, kecuali hanya Allah yang mengetahui, Allah yang akan menghukum nanti di akherat.


123. Tidak ada gunanya orang atau manusia ikut-ikutan menghukumi, Sareat kepada Hakekat, terserah kepada Allah Ta’ala, karena kalau Sareat itu fungsinya hanya sebagai untuk membenarkan atau mengatur perbuatan , peraturan-peraturan amal ibadah.


124. Padahal kalau iman itu ada dua perkara, pertama kepada Allah yaitu Eling (sadar atau ingat) kepada Allah, kepada Dat dan Sifatnya, tetapi syahnya eling itu harus dengan Ma’rifat lebih dahulu.


125. maksudnya harus ketemu, sebab bagaimana bisa iman (percaya) kalau bertemu saja belum, seperti kita sekarang ini, bagaimana bisa ingat kepada rupanya mekkah Baetulloh begitu kalau belum Ma’rifat.


126. hanya sekedar baru kenal Asma atau namanya saja, belum terlihat oleh mata, hatinya tidak mau lupa, walaupun dibayang-bayangkan, tetapi berbeda dengan buktinya yang disana, jelas tidak ada manfaatnya.


127. tetapi awas jangan sampai salah mengerti perkara mengetahui kepada Allah, bukan seperti kita melihat tanah Mekkah yang dapat dilihat oleh mata kepala yang nyata, kepada Allah cara “melihatnya” bukan begitu, ada Hadisnya yang menerangkan begini


128. Ru’yatullohi Fiddun-ya Bi’aenilqolbi, artinya melihat Dat Allah Ta’ala di dunia tidak boleh salah, harus dengan tajamnya penglihatan mata hati.


129. Perkara Iman kepada Allah dinda sudah dapat mengerti, kata adiknya, sekarang tinggal Iman yang keduanya, mohon kanda jelaskan, Iman kepada siapakah itu, dinda sama sekali belum mengetahui. Kakaknya menjawab


130. Kalau Iman yang satu lagi yaitu Iman kepada yang keduanya, adalah bagian Ahli Sareat, Iman itu sudah tentu, Iman kepada perintahnya Allah Yang Maha Kuasa, yaitu harus menjalankan rukun yang lima perkara, yang disebut dengan rukun Islam.


131. Kan buktinya sudah nyata, yang sedemikian suhudnya (sungguh-sungguh), sebagai tanda eling (ingat) kepada perintahnya, harus mau beribadah, buktinya saling berlomba dalam kesungguhan, ketika masih dalam keadaan sehat wal afiat


132. Namun ketika sedang sakit parah, ketika sedang ada halangan, wujud tidak bisa menjalankan (mengerjakan) dan tidak bisa mendirikan sholat, kalau begitu tidak Iman namanya, sebab tidak ada ciri-cirinya atau tandanya.


133. Tidak Iman kepada perintah Allah Ta’ala, apalagi Iman kepada Allah Ta’ala, kalau begitu mau eling kepada siapa, mau eling (ingat) kepada perintah-NYA, sudah tidak mampu bangun, mau eling kepada Allah Ta’ala, justru belum mengetahui jalannya.


134. Kalau begitu bisa jadi akan sia-sia, karena matinya tidak membawa Iman, akibatnya tentu akan menjadi merasa gelap saja, perasaannya jadi linglung, bingung tak tahu arah, dan sudah pasti jasad dan nyawanya jadi terabaikan, karena tidak bisa kembali ke asal.


135. Makanya kita harus tetap Iman kepada dua-duanya, keduanya harus dikerjakan, pertama Iman Kepada Allah yaitu Dat Sifatnya yang tidak dibatasi dengan waktu, eling (ingat) saja selamanya.


136. Sambil berjalan sambil diam, ingat saja tidak pernah putus-putusnya ketika sedang sehat atau ketika sedang sakit, ketika sedang sakit apalagi selamanya tidak akan putus walaupun sampai mau meninggal dunia, sudah Wahua Ma’akum, siang dan malam selalu bersama-sama.


137. Yang kedua Iman kepada perintah-Nya, kerjakan sholat lima waktu ketika sedang sehat wal’afiat, ketika wujud kita tidak ada halangan, selagi masih bisa berdiri, jalanilah selalu bersama-sama.


138. Adiknya bertanya kepada kakaknya, bagaimanakan kalau sudah tidak kuat, badannya sudah rusak semua (sakit parah), sudah tidak ada daya dan upaya atau sudah tidak dapat berkutik lagi, kata kakaknya, tetap tidak akan putus, Imannya sudah pasti terus, yaitu Iman kepada yang memerintahkannya.


139. Asal sudah Ma’rifat Jati, pasti tidak akan samar dan tidak akan khilaf/ lupa karena sudah tidak dengan prakteknya lagi, walaupun badannya rusak tidak berdaya, karena tidak harus dengan Ruku’, Sujud, malah tidak dengan lisan sama sekali.


140. sebab sudah menyatu, jalannya dari Tarekat, tidak merasa jauh dengan Dat-Nya, walaupun sampai sekarang tidak merasa berpisah, baik dalam keadaan diam, berjalan, duduk berdiri atau berbaring sekalipun, tetap saja selalu bersama-sama.


141. Adiknya berkata dengan manis, akan dinda perhatikan sekali segala petunjuk kanda, karena dapat dimengerti dan dipercaya, manusia memang harus begitu barulah bisa tersusul, bisa kembali lagi kepada asalnya.


142. Namun sekarang ada lagi yang dinda tanyakan kepada kanda, dinda masih merasa gelap, karena Hadis sudah menyebutkan bahwa dalil Al-Quran itu adalah firman-Nya (perkataannya) Yang Maha Agung, disebutnya Kalamulloh.


143. Barang siapa orang yang memungkiri atau mengingkari dan tidak mau percaya kepada Al-Quran, bahwa itu adalah Kalamulloh , di sebutnya sebagai Kufur atau Kafir, tetapi ada lagi kitab yang menerangkan Allah Yang Maha Agung berfirmannya


144. tidak dengan huruf dan tanpa suara lagi, padahal kenyataannya di dalam Al-Quran memakai huruf yang jelas, dalam hal ini dinda sangat merasa sukar sekali menerimanya, belum tetap pikiran dinda, dan hati dinda masih penuh dengan keraguan.


145. Takut dinda disebut kafir, namun kalau mau percaya bagaimana bisa percayanya karena belum terasa, sebab segala pengakuan itu harus dengan syahnya, seumpama mengatakan pisang, baik sepet (kesad/getir) nya ataupun manisnya.


146. Harus sudah dimakan tentunya, barulah bisa syah pengakuannya, tidak akan Taqlid (ikut-ikutan) dan tidak akan berbohong kalau mau menceritakan rasanya, baik sepet atau manisnya, dalam menceritakan rasa pisang tidak akan merasa ragu-ragu lagi.


147. dan lagi pula menurut Hadis, Al-Quran itu buatan para shohabat, Sayyidina Usman yang menulis, mencatat kata-kata Kang Jeng Rosul, malah bahasanya juga bahasa Arab.


148. Padahal jelas Kang Jeng Nabi Muhammad, disebutnya pangkat Nabi, tetapi kenapa kalau Nabi yang lain, misalnya Nabi Isa membuat Kitab Injil, kenapa tidak disebut Dalil Kalamulloh (Firman Allah)


149. Ditetapkan saja sebagai Hadis, perkara yang baru, begitu juga dengan Kitab Jabur dan Taurat, tetap saja Hadis disebutnya, nah bagaimanakah bedanya, padahal sama-sama berpangkat Rosul, utusan Allah Ta’ala


150. Kakaknya menjawa sambil tersenyum manis. Begini dinda kalau belum mengerti, pasal Dalil Al-Quran itu harus mantap keyakinan kita bahwa itu adalah benar-benar Firman-Nya (perkataannya Allah Ta’ala) walaupun ada hurufnya.


151. Coba perhatikan oleh dinda, setiap ayat Al-Quran itu menyebutkan apa, ternyata Al-Quran itu menceritakan atau memberitakan kepada kita dari awalnya sebelum ada alam dunia, yaitu dari Johar Awal.


152. Kemudian kepada Nurnya Kang Jeng Nabi, yaitu Nur Muhammad, bibit semua yang hidup, terus sampai kejadiannya, sampai pula kepada terjadinya alam dunia ini dan menjadi makhluk, mula-mula Nabi Adam.


153. kemudian Siti Hawa, keduanya sebagai bibit untuk menurunkan manusia, terus turun sampai kepada para Nabi semuanya, beritanya diceritakan semua, semuanya ada di dalam Al-Quran, tidak ada yang terlewatkan sampai kepada hari Kiamat.


154. Diucapkan oleh Nabi, semuanya tidak ada yang terlewat, dari Awal sampai Akhir diceritakan, padahal Nabi Muhammad itu tidak pernah ada gurunya, yang mengajarkan kepadanya, yaitu yang mengajar seperti golongan manusia biasa.


155. Tetapi kenapa Nabi Muhammad kok segalanya bisa mengerti dan mengetahui, jangankan yang sudah terlihat, walaupun yang belum terlihat juga yaitu hari Kiamatnya dunia, beliau sudah dapat mengatakannya, bahwa akan begitulah jadinya.


156. padahal Kang Jeng Nabi tidak ada yang memberitahukan, kecuali dengan terlihatnya hati, langsung saja bisa mengatakan, mengatakan seadanya, ayat-ayat yang disebut, yang ada di dalam Al-Quran.


157. Jadi Firmanya Allah Ta’ala benar tanpa memakai suara apalagi memakai huruf karena Firmannya Allah Ta’la langsung kepada Al-Qur’anul’adimnya, kepada Qodimnya Kang Jeng Nabi, yaitu kedalam hatinya.


158. Memberi terang hatinya Kang Jeng Nabi Muhammad, sehingga tiba-tiba saja beliau merasa terbuka hatinya dan dapat mengetahui apa saja, segala perkara sudah diketahui baik lahir maupun bathin sudah terpahami, terang benderang meliputi.


159. Nah begitulah berfirmannya Allah Ta’ala, makanya tanpa suara apalagi memakai huruf, hanya sekedar memberi terang, kan jelas bahwa terang itu tanpa suara tanpa hurup, tetapi Kang Jeng Nabi Rosululloh


160. walaupun langsung bisa mengerti, terus diucapkan sekali, kepada shohabat yang empat, mengucapkanya dengan bahasa Arab, terus dicatat oleh Sayyidina Usman semua ucapan Nabi, dan jadilah Kitab Al-Quran.


161. Nama Al-Qur'anul Majid hasil menurunkan dari Al-Qur'anul Adim, yang tanpa huruf tanpa suara, dan tidak tertulis tidak terucapkan, tanpa arah tanpa tempat. nah begitulah sebabnya


162. Adiknya tersenyum manis, sambil menitikan air matanya saking dapat merasakannya yang tidak terhingga, karena teramat terasanya, sudah menyerap ke dalam hati sanubari malah sampai ketulang sumsumnya.


163. Sambil berkata pula, dinda ingin bertanya kembali, mengapa kalau Nabi yang lain, misalnya seperti Nabi Isa membuat Injil tidak disebut sebagai dalil Firmannya Allah Ta'ala atau Kalamulloh.


164. tetap saja disebut sebagai Hadis, perkataan yang baru, padahal Nabi Isa juga sama-sama sebagai Utusan Ilahi, kenapa bisa dibeda-bedakan, malah beliau datangnya lebih dahulu dibandingkan Nabi kita.


165. Jawab kakaknya, betul dinda keduanya memang sama-sama sebagai utusan Allah, tetapi begini perbedaannya, makanya tidak sebut sebagai dalil firman Allah Ta'ala atau Kalamulloh, sebab Injil, Taurat atau Jabur hanya menceritakan sesudah akhirnya saja.


166. Sejarah dirinya pasti, yang sudah dialami oleh dirinya sendiri, tidak sama dengan Al-Qur'an yang isinya menceritakan Wal Awwalu kepada Wal Akhiru sampai kepada akhirnya sama sekali.


167. Siapa yang memberi tahu, hannya dari Allah Ta'ala saja, jadi beliau (Kang Jeng Nabi Muhammad) langsung dari Allah Ta'ala, tidak bertanya lagi kepada manusia lain, sebab manusia itu tidak akan mampu menceritakan yang demikian itu, bukankah manusia itu tidak daya dan upaya ?


168. Berkata lagi adiknya, Alhammdulillah, terima kasih kanda, dinda diberi kesempatan untuk mengerti, dengan perantaraan kanda, sekarang dinda tidak akan rasa ragu-ragu lagi, walaupun seumur hidup tidak akan berubah tekad hati dinda


169. Namun sekarang ada lagi yang perlu ditanyakan yang empat, pertama namanya Taurat, kedua Kitab Jabur, Kitab Injil ketiganya


170. ke empat Kita Al-Qur'an namanya, apakah kenyataannya di dalam sekujur tubuh kita, dinda sangat ingin mengetahui Hakekatnya di dalam diri kita, Kitab Hadis yang tiga, Dalil Al-Qur'an yang keempatnya, apa kenyataannya.


171. Kalau bahasa Indonesia Hadis adalah yang baru, kalau Dalil itu artinya adalah yang lama sudah tentu, nah itulah apakah kenyataannya di dalam diri kita, dinda ingin sekali mengetahui barangnya, jangan hannya sekedar nama saja.




K I N A N T I


172. Kakaknya cepat menjawab, beginilah dinda kalau belum mengerti, pasal kitab yang empat ada dalam diri kita, sekarang akan kanda jelaskan, dengarkan baik-baik oleh dinda.


173. Pertama Kitab Taurat, kenyataannya di dalam diri kita adalah pendegaran kita, kedua Kitab Jabur adalah pengecap kita pribadi, Injil nyatanya penglihatan, sedangkan Al-Qur'an yang disebut Dalil itu, kenyataannya adalah penciuman kita


174. Sifatnya nafas sudah pasti, yaitu sifat hidup kita, nah itulah nyatanya Al-Qur'an yang tadi disebut Dalil, yang paling dahulu (yang lama) adanya semenjak kita baru lahir.


175. sedangkan yang tiga itu yaitu yang disebut Hadis, yang belakangan datangnya yang pertama pendengaran, kedua penglihatan dan ketiga pengecap, begitu tidak salah lagi.


176 Mungkin dinda dapat dipahami, ketika baru lahirdari rahim ibu, mata tidak dapat melihat, telinga tidak dapat mendengar, mulut juga tidak bisa bicara


177. kalau nafas sudah jalan terus,namun lama kelamaan setelah diberi makanan dan minuman sari-sari makanan yang berasal dari sari-sari Api, Angin, Air dan Bumi


178. Buktinya yaitu semua yang ada di alam dunia ini, segala macam makanan, lama kelamaan mata bisa melihat, telinga bisa mendegar dan mulut juga bisa berbicara


179. Begitu pula pada saat mau meninggal dunia, yang mula-mula hilang adalah pendengarannya dan penglihatannya, kemudian ucapannya, yaitu segala yang baru nafasnya tetap saja timbul


180. Makanya Al-Qur'an disebut sebagai Awal-Akhir, awalnya yang paling dahulu, paling dahulu adanya pasti, akhirnya juga tidak salah, paling belakangan hilangnya.


181. Adiknya lalu menjawab, terima kasih kanda kalau begitu bisa dimengerti kenyataanya di badan kita, justru sangat 'aenal yaqin, terasa tiada terhingga, tidak akan terlupa selama hayat masih dikandung badan


182. Namun Maaf, tidak baik jadinya kalau tidak dikatakan, masih ada yang belum dinda ketahui, Pasal tadi Allah Ta'ala kata Hadis mempunyai sifat Ganiyun, yang artinya Allah Ta'ala itu maha kaya, tidak membutuhkan apa-apa.


183. Apakah benar begitu kanda, bahwa Allah Ta'ala yang Maha Suci tidak membutuhkan apa-apa, kakaknya menjawab dengan manis, kalau menurut kanda ada, kebutuhan bagi Yang Maha Suci.


184. Namun kebutuhan Yang Maha Suci bukan membutuhkan kepada yang mengaji, tidak juga membutuhkan yang beribadah, karena sumuanya adalah kepunyaan Allah Ta'ala dan juga Allah Ta'ala tidak membutuhkan para Ulama, serta tidak membutuhkan kepada yang mengaji


185. Adiknya lalu menukas, kalau begitu Allah Ta'ala tidak bisa dikatakan Maha Kaya kalau masih ada yang dibutuhkan atau pamrih, wah kanda ini ada-ada saja suka murtad, kalau begitu apakah kebutuhannya Allah Ta'ala


186. Kakanya menjawab dengan tersenyum manis, memang benar menurut Dalil tadi Allah Ta'ala tidak membutuhkan apa-apa, namun kanda suka memperhatikan dan memeriksa, sareatnya yang nyata, yang terasa dan terbukti


187. Kata adiknya, kalau begitu apakah kebutuhannya Yang Maha Suci kanda, kakaknya lalu menjawab, kalau menurut kanda yang jelas dan yakin dibutuhkan Allah Ta'ala tidak banyak hanya satu saja (semacam)


188. Hanya butuhnya pada Wujud, tidak butuh apa-apa lagi, kan buktinya di alam dunia ini, tidak henti-hentinya yang muncul atau lahir, orang-orang pada beranak pinak, pohon-pohon saling bertumbuhan (jadi)


189. Saling bermunculan saling bertebaran, tumbuh disana sini, hampir penuh bumi ini, binatang-binatang juga beranak, walaupun banyak yang dipotong, tetapi tidak berkurang yang datang, itu menandakan butuhnya Allah Ta'ala


190. Adiknya sampai terbahak, tertawa lepas saking dapat mengertinya, jelas sekali dengan buktinya, lalu berkata dengan suara manis, aduh kanda perkataan itu sangat jelas sekali dan yakin.


191. Sekarang dinda ingin menanyakan lagi, suatu hal yang belum dapat dimengerti, mohon kanda jelaskan supaya dinda bisa mengerti, jangan membuat bimbang hati dinda.


192. Pasal pada pangkat makhluk yang namanya Hawadis, apakah yang menjadi sebab sehingga harus mengalami kematian, harus saja menemui mati, tidak boleh tidak.


193. malah dalam Dalilnya yang menyebutkan begini, Kullu nafsin da ikotul mauta, bahasa Indonesianya Dalil itu bahwa semua makhluk hidup harus mengalami mati.


194. Nah apa sebabnya begitu, Allah sudah memberikan janji, bagaimana sebab-sebabnya kehendak Yang Maha Kuasa sehingga memberi ketetapan bahwa semuanya harus mati.


195. Apakah maksudnya Yang Maha Agung, dinda ingin segera mengerti, dalam hal ini sebab-sebabnya, karena tentunya tidak akan sia-sia, setiap-tiap ada kehendak, sudah pasti ada sebabnya


196. Kakaknya lalu menjawab, mungkin begini kehendaknya Allah Ta'ala, seumpama orang tidak mati (wafat) sudah tentu penuh nian isi bumi ini, sesak tidak ada lagi tempat, nah begitulah sebabnya dinda.


197. Adiknya cepat menjawab kepada kakaknya sambil tertawa, kalau hanya begitu sebabnya niscaya Allah Ta'ala bukan Dat Yang Maha Kuasa, rasanya mustahil sekali


198. Apa salahnya Allah Ta'ala berkehendak memperlebar alam dunia ini, membuat seribu kali lipat lebih besar dari alam dunia ini, sudah pasti akan jadi seketika.


199. Kakaknya tersenyum simpul sambil berkata, kalau itu jangan dipikirkan karena begitulah Kehendaknya Allah Ta'ala, betul kata adiknya, walaupun kehendaknya Allah Ta'ala tidak mungkin pamrih.


200. Mungkin ada sebabnya tentu, tidak akan sia-sia Yang Maha Kuasa, setiap-tiap berkendak tentu ada sebabnya yang penting, coba segera kanda jelaskan, dinda sudah terlalu bingung


201. Kata kakaknya, kalau dinda benar-benar ngotot ingin tahu, perkara mengapa makanya Allah Ta'ala menghendaki mati, kepada semua yang baru (Hawadis), walau alam dunia sekalipun


202. Itu adalah suatu tanda perbedaannya Yang Maha Agung dengan Hawadis, kalau Hawadis tidak rusak, kekal tidak berubah-ubah, kalau begitu menyamakan nama-Nya, sama dengan Yang Maha Suci.


203. Menurut Dalilnya juga demikian, Allah itu bersifat Baqo, artinya kekal tidak pernah terkena rusak, begitu juga tidak pernah mati, itu suatu pertanda perbedaannya antara makhluk dengan Yang Maha Suci


204. Jelasnya adalah begini tanda perbedaan antara seluruh makhluk dengan penciptanya, yaitu Allah Ta'ala, Tuhan Yang Maha Kuasa, dan tidak ada satupun yang boleh menyamainya (mempersekutukannya), begitulah rahasia Allah Ta'ala makanya semua makhluk yang ada di alam dunia ini, dan yang hidup di atas muka bumi ini, harus mengalami kematian (wafat)


205. Kata adiknya, kalau begitu dapat dimengerti oleh dinda, ada lagi yang belum dinda mengerti, bahwasannya umur manusia berbeda-beda, tidak ada yang sama


206. ada yang masih bayi sudah meninggal dunia, ada yang sudah remaja, atau ada pula yang sudah menjadi kakek-kakek baru meninggal dunia, bermacam-macam usianya manusia, apakah sebabnya bisa demikian ?


207. Apakah memang merupakan kehendaknya Yang Maha Kuasa, mengapa harus membeda-bedakan, seperti yang pilih kasih saja, padahal Allah Ta'ala itu Maha Pengasih kepada seluruh ummatnya sama.


208. Rohman-Rohim yang Maha Agung, Maha Pemurah (Pengasih) dan Maha Penyayang kepada semuanya, apa buktinya Maha Pemurah dan apa buktinya Maha Penyayang yang merata bagi semua ummatnya, jangan seperti yang pilih kasih saja.


209. Kakaknya lalu menjawab, perkara Maha Pemurah Allah Ta'ala yang merata bagi seluruh ummatnya, bagi segala makhluk yang hidup di alam dunia ini yaitu Allah Ta'ala sudah menyediakan lima macam, pertama Api, kedua Angin,


210. ketiga Bumi, dan ke empat Air, kelimanya Matahari, itulah bukti Maha Pemurahnya Allah Ta'ala kepada semua makhluknya, cukup dengan lima perkara tersebut, coba bayangkan kalau saja tidak ada salah satunya.


211. Seumpama tidak ada air, bagaimanakan kira-kira menurut dinda apakah kita bisa hidup? jawab adiknya tidak bisa, segalanya juga tidak akan jadi (tumbuh)


212. Tumbuh-tumbuhan tidak tidak akan bisa hidup, binatang-binatangpun begitu, apa lagi binatang-binatang yang kecil, tidak akan ada yang bisa hidup, pada hal baru semacam saja, benar dinda dapat merasakannya.


213. tinggal Maha Penyayangnya Allah Ta'ala, apakah kenyataannya yang yakin, yang jelas, dan merata kepada semuanya, yang sama tidak pilih kasih, tidak dibeda-bedakan lagi bagi seluruh makhluk yang hidup di alam dunia dunia ini.


214. Kata kakaknya kalau dinda belum paham, Maha Penyayangnya Allah Ta'ala, yaitu memberi hidup kepada semuanya, walaupun semut, nyamuk, kutu-kutu dan bakteri sekalipun, sama tidak ada bedanya, semuanya sama-sama diberi hidup, semuanya bisa bergerak


215. sampai ke akherat begitu, Allah tetap saja maha Penyayang, kata adiknya sangat mengherankann sekali padahal banyak orang yang mati, kalau yang mati itu sudah tentu tidak ada hidupnya


216. Kakaknya cepat menjawab, dinda jangan sampai keliru, karena yang namanya Hidup itu bersifat Bago sudah pasti, kekal tidak pernah rusak dan tidak pernah mati (tidak akan terkena mati)


217. kalau hidup itu rusak, Allah Ta'ala juga tentunya ikut rusak, kata adiknya dinda masih terasa heran, karena yang mati itu tidak bisa bergerak tandanya sudah tidak ada hidupnya 218. Kakaknya menjawab lagi, dinda jangan terlalu bodoh, lain perkara kalau yang hilang, yang mati itu raganya, yaitu badan jasmaninya, hidupnya tetap pasti.


219. Kurungannya saja wafat, yaitu pembungkus roch jasmani, roch jasmani itu nyatanya yaitu nyawa sudah pasti, sedangkan nyawa itu adalah rasa, yang berasal dari alam lahir (alam dunia)


220. tetapi rasa juga makanya bisa hidup disebabkan oleh Datnya Allah Ta'la. Makanya hidup itu tidak berubah, walaupun sudah disebut wafat (mati), karena menghidupkan rasa, dari lahir sampai bathin


221. yang rusak itu hannya wujudnya, ya inilah wujud jasmani, sedangkan rasanya tetap masih ada, seperti sekarang juga, mempunyai rasa enak dan tidak enak hanya saja alamnya berganti lagi


222. Nah begitulah sebabnya makanya makhluk umurnya tidak sama bukan kehendaknya Allah Ta'ala, panjang atau pendeknya umur seseorang tergantung daripada kuat tidaknya tempat tadi, hasil buatan daripada Ibu Bapak kita


223. Buatan Ibu Bapak yaitu yang namanya Wadi dan Madi, Mani serta Maningkem, nah itulah yang kurang kuat, makanya sudah cepat mati.


224. Tempatnya (wadahnya) hidup, yang kurang kuat dinda, yang namanya mani itu, kalau dinda ingin tahu mani itu asalnya dari pada sari-sari darah,


225. kalau darah Ibu Bapak pada waktu keluar tadi darahnya sedang tidak sehat, sedang terkena penyakit, sudah tentu maninya juga tidak sehat, tercampur oleh penyakit


226. kalau sudah begitu nanti tentunya, walaupun bisa jadi (tumbuh), akibatnya gampang sekali bobroknya (mudah rusak), umurnya juga tidak akan lama, seumpama pohon kayu sudah keropos tadinya.


227. Kata adiknya, terima kasih kanda, dinda bisa megerti, dikarenakan keterangan kanda yang sangat jelas jelas itu, pantas saja orang-orang barat, misalnya orang Belanda, sedemikian rajinnya dalam merawat diri


228. Darah harus jalan lancar, sekarang dinda mengerti, ternyata takut menular kepada anak keturunannya, dan tidak diperbolehkan memasuki jenjang perkawinan dalam usia yang relatif muda.


229. Sekarang dinda ingin mengajukan lagi suatu pertanyaan, menurutkan perkataan kanda tadi yaitu Wadi, Madi Mani dan Maningkem dari manakah asalnya


230. dari manakah asalnya yang nyata, dan dari apakah terjadinya, atau kenyataannya di dalam diri kita pribadi, mohon kanda terangkan dengan jelas, yang terasa dan terbukti


231. Kakaknya lalu menjawab, Wadi itu berasal dari pada sari Api, jadinya di dalam diri kita sebagai daging, Madi tidak salah lagi asalnya dari Angin, didalam diri kita nyatanya menjadi sumsum


232. sedangkan mani adalah sari Air, di dalam diri kita nyatanya menjadi tulang, maningkem berasal dari pada sari bumi, di dalam diri kita nyatanya kulit kita. nah begitulah dinda keterangannya


233. Adiknya berkata sambil tersenyum, ada lagi yang belum dinda pahami, bahwa Hadis sudah mengatakan, orang yang beriman (Iman) pasti akan mendapat ganjaran (pahala) di akherat, dijemput oleh bidadari.


234. Banyaknya yaitu empat puluh orang, dan sangat cantik-cantik sekali, pada bagian ini dinda merasa masih bingung, belum tatap keyakinan dinda, bahwasannya bidadari itu


235. Bidadari perumpamaan saja, tidak pernah dinda dengar, bidadari yang laki-laki untuk menjemput kaum wanita, kaum wanita yang beriman, yang beribadah kepada Allah Ta'ala


236. Padahal kaum wanita juga sudah tentu banyak yang menjalankan agama, dibandingkan dengan kaum laki-laki sama banyaknya (seimbang), kadangkala lebih banyak kaum wanitanya, tetapi kenapa tidak pernah terdengar, bahwa kaum wanita juga dijemput oleh bidadari.


237. Kakaknya lalu menjawab, pasal bidadari itu benar sekali tentu ada, tetapi itu adalah Musanip, Siloka (perumpamaan) atau gambaran dari pada kenikmatan, ganjaran (pahala) dari Allah Yang Maha Suci


238. oleh kita harus dapat diketahui, pikirkanlah harus sampai bisa mengerti, harus ditelusuri lebih dahulu dari awalnya kalau ingin mengerti tentang bidadari itu, bahwa bidadari itu adalah merupakan, wajah (tampang) seorang wanita yang sangat cantik jelita


239. sedangkan wanita itu adalah sudah pasti sebagai kenyataan dari sifat kesenangan hati, sebagai gambaran dari pada keindahan, segala kenikmatan, kebirahian hati, rasa sayang dan rasa cinta, selama hidup di dunia,


240. benar juga menurut Hadis jumlahnya masing-masing empat puluh bagi setiap manusia, itu hannya sebagai perlambang saja dinda, kalau sesungguhnya hanya empat saja,


241. karena nolnya terbang melayang, kosong tidak ada isinya. beginilah dinda maksudnya, maksudnya sebenarnya dari pada bidadari yang empat itu, pertama kenikmatan mulut, kedua kenikmatan telinga,


242. bidadari yang ketiga, kegembiraan (kenikmatan) mata, sedangkan bidadari yang ke empatnya yaitu kenikmatan hidung dinda, kan dari pada yang empat itu sama -sama timbul kenikmatan


243. Kata adiknya, bagaimanakah makanya dikatakan dijemput oleh bidadari, kata kakaknya, kan nyata, seumpama mulut didatangi (disuapi) ikan ayam atau kuah sayur dan masakan-masakah yang enak


244. terasanya tentu enak, malah suka ingin tambah lagi, ketagihan oleh rasanya benar kata adiknya, dapat dinda mengerti kalau begitu, kaum wanita atau kaum lak-laki, sama-sama menerima (mendapatkan)


245. ganjaran dari Yang Maha Agung, benar tidak pilih kasih, sekarang bidadari yang keduanya, mohon kanda terangkan lagi, supaya dapat dimengerti sekali yaitu bidadari dari pada telinga


246.Kata kakaknya, dari pendengaran kita masa iya tidak terpikir, mungkin dinda suka menemui dan mendengarkan suara suling, alat-alat musik atau lagu apa saja yang enak-enak


247. kan nikmat rasanya bagi yang mendengarkan, enak menurut rasanya telinga, begitu pula dari mata, kalau dinda melihat apa saja keanehan-keanehan, baik berupa barang atau benda, atau juga wajah-wajah wanita yang cantik jelita


248. sudah tentu akan merasa senang sekali, saking merasa nikmatnya melihat, begitu pula dari bidadari yang ke empat, dari pada hidung dinda tentu juga akan timbul rasa nikmat, apabila dinda mencium atau membaui minyak atau sejenis bunga-bunga atau apa saja yang wangi


249. sudah tentu terciumnya terasa nikmat, serasa menyelinap ke dalam hati, saking merasakan nikmatnya, kadangkala bisa menimbulkan napsu birahi, kata adiknya terima kasih kanda, sekarang dinda dapat mengerti.




P A N G K U R


250.Namun dinda tidak akan kepalang tanggung, masih banyak lagi yang perlu ditanyakan kepada kanda, semoga kanda tidak menjadi marah, begitu pula janganlah merasa bosan untuk menjawab, karena siapa lagi yang akan memberi nasehat atau petunjuk kepada dinda, selain daripada kanda pribadi, saudara dinda satu-satunya.


251. berkata kakaknya, Insya Allah kanda tidak akan pernah merasa bosan untuk memberi petunjuk kepada dinda, apalagi harus merasa kecewa atau marah, malah dengan senang hati dan ikhlas kanda rela membantu dinda dalam mendalami tahuid-tauhidnya ilmu, walau salah atau benarnya juga, sudah tentu akan kanda jawab dengan sepenuh hati, lagi pula kapan lagikah waktunya untuk mendiskusikan perkara ilmu.


252. selain dari pada waktu sekarang, apalagi hidup kita masih dikehendaki oleh Allah Yang Maha Kuasa, bergegaslah (cepat-cepat) sampai tuntas takut keburu wafat, carilah ilmu sampai benar-benar dapat kita mengerti, sampai jelas, jangan sampai tersisa rasa bimbang, sehingga kita benar-benar dapat mengetahui isinya (dalamnya)


253. kata adiknya, terima kasih sekali kanda atas segala kasih sayang yang kanda curahkan kepada diri dinda, baiklah sekarang dinda masih ada rasa bimbang yang belum terjawab, bahwasannya tadi dikatakan ada nama empat perkara, pertama Maha Agung, keduanya Maha Mulya, ketiganya Maha Suci


254. ke empatnya Maha Tinggi, apakah yang empat perkara itu sudah ada kenyataannya yang jelas, atau hannya sekedar nama saja, kalau ada mohon kanda jelaskan kenyataannya yang ada di badan kita, terangkan satu persatu supaya lebih jelas


255. yang sebenarnya dan yang dapat dirasakan, maksud dari pada Maha Agung, Maha Mulya, Maha Suci, dan Maha Tinggi, dinda ingin mengetahui artinya yang jelas dan nyata, bukan hannya sekedar nama belaka, tidak ada hasilnya kalau belum mengerti, selamanya tidak akan bisa menjadikan ilmu, kalau hannya sekedar menghafal Asma saja, tidak berhasil kalau tidak dengan buktinya.


256. Kakaknya terus menjawab, tentu saja ada buktinya dinda, perkara Maha Agung, kenyataannya di badan kita, kalau tidak salah nyatanya Pengucap tentu, kata adiknya bagaimana sebabnya, harus diterangkan lagi.


257. Kata kakaknya, kan nyata, walaupun tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi yang sedemikian luasnya, diucapkan semuanya, itu pertanda saking Maha Agungnya.


258. kata adiknya benar sekali, sekarang dinda baru tahu dan baru mengerti, apa yang disebut dengan Maha Agung, tinggal yang keduanya yaitu Maha Tinggi, apa kenyataannya di dalam diri kita pribadi


259. Kakaknya lalu menjawab, Maha Tinggi nyatanya Penglihatan sudah pasti, itulah yang paling tinggi, buktinya langit yang sedemikian tingginya, yang tingginya tanpa batas, oleh Penglihatan kita mudah terkejar


260. Kalau saja tidak terhalangi, diatasnya langit juga sudah tentu akan tercapai/terlihat oleh tajamnya penglihatan, dikarenakan saking tingginya. kata adiknya, duhai, benar sekali, sudah dapat dinda pahami, ternyata ada kenyataannya, baru sekarang ketemu buktinya.


261. Sekarang ketiganya, Maha Mulya mohon kanda terangkan lagi, jangan tanggung-tanggung mengasihi dinda, untuk membeberkan semuanya sejelas-jelasnya, supaya dinda cepat mengerti


262. Kakaknya tersenyum manis mendengarkan kata-kata adiknya yang sedemikian semangatnya sambil terus melanjutkan penjelasannya, Maha Mulya itu kenyataannya adalah pendegaran kita, kada adiknya belum paham, bagaimana pula Mulyanya, dinda belum mengerti, kata kakaknya, apakah dinda pernah mendengar orang yang sakit pendengarannya, atau orang yang menyebut sakit pendengaran, ada juga yang menyebut/bilang sakit telinganya atau sakit kupingnya


263. Mulya saja sebelumnya, pendengaran itu selamanya tidak pernah sakit, adiknya terus menjawab, benar kalau pendengarannya, jelas Mulya adanya, karena tidak pernah ada yang menyebut sakit pendengarannya, sekarang terbukti apa yang kanda jelaskan tadi


264. Tinggal satu lagi yaitu Maha Suci, yang manakah itu kanda, kata kakaknya nyatanya ialah penciuman dinda, nafas yang di dalam hidung, itulah yang paling suci, terbukti nafas itu tidak pernah bulukan (berjamur), walaupun tidak pernah di cuci, nafas tetap saja bersih.


265. kata adiknya, pasal itu sekarang sudah dapat dinda pahami, tinggal ini yang disebut enam Rasul, nomor satu Nabi Adam, diberi pangkatnya Adam Khalifatulloh, kedua Nabi Nuh, pangkatnya Habibulloh


266. kalau Rasul yang ketiga yaitu Nabi Ibarohim, pangkatnya Khalilulloh, yang ke empat Nabi Musa, pangkatnya Musa Kalamulloh, ke lima Nabi Isa, pangkatnya Ruhulloh


267. sedangkan yang ke enam yaitu Kang Jeng Nabi Muhammad, pangkatnya adalah Muhammad Rosululloh, namun kesemuanya itu pada jaman sekarang ini sudah wafat, semuanya sirna, jadi barangkali pada jaman sekarang ini Allah Yang Mahah Agung sudah tidak ada lagi utusannya, karena semuanya sudah lestari (tiada)


268. Kakaknya cepat menjawab, masa iya sudah tidak ada utusannya Allah, padahal rosul itu tidak mati, semuanya juga masih ada (nyata), malahan terus sampai hari Akhir, sampa Kiamat sekalipun tidak akan berubah Utusan Allah Ta'ala itu


269. Sebab kalau tidak ada utusan, tentu tidak akan ada alam dunia ini, malahan alam dunia ini bisa hancur lebir yaitu Kiamat, makanya dinda berhati-hatilah jangan sampai keliru, yang wafat itu adalah Majajinya, yaitu jasmani.


270. Yang tidak berbeda dengan kita, yang serupa dengan wujud dinda juga, punya kepala, dada, pusar, kaki, nyatanya, Mim He Mim Dal, nah Hawadisnya itulah yang mati, sedang rosulnya tetap tidak wafat, kekal tidak akan berubah


271. Hakekatnya rosul terus berjalan (ada), malah sekarang sudah berkumpul di badan dinda, yang enam rosul sudah menyatu, kumpul pada hidupnya, kan hidup itu sudah pasti ada, sifatnya ada di badan kita, yang masih hidup didunia ini.


272. Adiknya lalu menjawab, kalau begitu apakah hakekatnya di dalam diri kita, dan buktinya bahwa para rosul itu ada pada diri kita, dinda sangat ingin mengerti, mohon kanda jelaskan, oleh kakaknya langsung di jawab, begini dinda kalau masih belum mengerti tentang hakekatnya para Nabi


273.Pasal Nabi Adam itu yaitu Adam Khalifatulloh, tegasnya Khalifatulloh itu adalah wakil Allah Ta'ala, di dalam dunia ini sebagai bibit (cikal bakal) untuk menurunkan manusia. buktinya semua manusia asalnya dari pada keturunan Nabi Adam dan Siti Hawa


274.Kata adiknya, betul sekali pasal Adam sudah dapat dinda pahami, yaitu sebagai bibit manusia sesungguhnya, namun apa kenyataannya Adam di dalam diri kita, jawab kakanya, kan nyata ini bangunan tubuh dinda


275.dari atas kepala sampai ujung kaki, yaitu wujud dinda, seutuhnya, itulah kenyataannya Adam, Irodatnya Allah Yang Maha Kuasa, untuk menurunkan manusia, sebab tidak salah lagi


276. membuat (menciptakan) manusia harus dengan manusia, membuat domba harus dengan domba, membuat kera harus dengan kera, begitulah kekuasaannya Allah Irodatnya Yang Maha Agung, cukup hanya sekali menciptakan, tetapi dengan sekali cukup


277.Berkata lagi adiknya, terima kasih kanda, pasal Adam sudah dapat dinda mengerti, kenyataannya yaitu wujud, sekarang yang keduanya Hakekatnya Nuh Habibulloh, apakah kenyataannya di dalam diri kita, kata kakaknya kalau belum mengerti


278. Kenyataannya adalah pendengaran kita, yaitu Nuh Habibulloh, kalau yang ketiganya yaitu Ibrahim Khalilulloh hakekatnya yaitu penglihatan kita tentu, yaitu tajamnya penglihatan kita, begitulah kenyataannya dinda


279. kalau Musa Kalamulloh hekekatnya adalah pengucap dinda, sedangkan Isa Ruhulloh hakekatnya adalah Penciuman kita, sedangkan kalau hekekatnya Muhammad Rosululloh yaitu rasanya wujud kita, begitulah tidak salah lagi


280. Penghulu para rosul semuanya, terbukti bahwa pendengaran, penglihatan, penciuman dan pengucap, semuanya masuk ke dalam rasa, walaupun wujud ini yang menanggung tidak ada lain kecuali oleh rasa, makanya bisa berdiri, dan bergerak


281.Sedangkan rasa juga makanya bisa kuat dikarenakan ada yang menguatkannya lagi yaitu nyatanya hidup, hidup menyerap ke dalam rasa, rasa menyerap ke dalam wujud, wujud menyerap keinginan pada napsu yang empat perkara


282.Adiknya sampai bergetar tubuhnya, saling merasa nikmat tertawa. duhai kanda, beribu-ribu terima kasih dinda haturkan, dinda merasa sangat beruntung sekali diberi petunjuk yang sedemikian pentingnya oleh kanda, petunjuk yang sebenarnya tanpa khianat/bohong dan sejelas-jelasnya lagi, tanpa ada yang disembunyikan.


283. Sunguh-sungguh terus terang, tidak ada barang yang ditutup-tutupi, tidak dirahasia-rahasiakan, diterangkan sejelas-jelasnya, padahal umumnya orang lain walaupun sudah menjadi 'Ulama, kalau ditanya tentang perkara yang penting.


284. Katanya, kalau itu nak, tidak boleh diterangkan, tabu bisa berakibat murtad, karena hal itu adalah merupakan ilmunya para Wali, kalau bagi kita ini tidak boleh atau tidak akan bisa kesusul/tercapai, malah akan berakibat murtad, karena itu adalah ilmu laduni.


285. Sekarang oleh dinda sudah terpikir, makanya itu 'Ulama atau Kyai bisa berkata seperti itu, ternyata oleh dirinya sendiri belum kesusul/ tercapai, akhirnya menakut-nakuti bisa murtad jangan ingin bertanya begitu, takut di benci Allah Ta'ala, sebab itu adalah ilmu Wali


286. padahal sudah termasyhur sekali bahwa hanya ilmu para Wali yang akan diterima oleh Allah Ta'ala, sebab bisa Ma'rifat yaitu kepada Sejatining Hidup atau sejatining syahadat, yaitu Dat Sifat Yang Maha Suci


287. Kata kakaknya betul sekali, memang begitulah adanya suka menolak (menampik) ilmu Wali yang pasti sempurna, dikarenakan Wali suka bertapa sampai bertahun-tahun, menurut sangkaannya (dugaannya) kita juga harus menjalani tapa seperti para Wali waktu tadi


288. Pikiran seperti itu adalah keliru, tentu saja tadinya para Wali tapanya bertahun-tahun karena seumpama sedang membuka atau membabad hutan rimba belantara yang penuh dengan semak-semak belukar yang ditumbuhi onak dan duri, dan segala pepohonan yang besarnya tidak terkira.


289. yang dihuni oleh Harimau, Badak, Gajah serta bebagai macam Ular berbisa, sudah tentu akan terasa berat sekali, tetapi karena dikerjakan terus menerus tidak ada henti-hentinya, lama kelamaan hutan rimba belantara yang sedemikian lebatnya menjadi terang sampai bersih tanpa ada tersisa


290. Begitulah dinda perumpamaannya para Wali dalam mengejar Tarekat Jati, dengan tapa bertahun-tahun, saking ingin Ma'rifatnya yaitu Ma'rifat kepada sejatining Hirup, kan kalau sudah bersih dan hutannya sudah dibabad dan sudah ditebang


291. ya tanahnya buat kita, harus diterimakan warisan dari para Wali itu, dan kita hannya sekedar mencangkul tidak seberapa sukarnya, tidak seperti jaman para Wali tadi yang membuka atau membabad hutannya dahulu, kalau hannya sekedar mencangkul tanahnya tidak terlalu repot, toh hasilnya pun tetap saja sama dengan para Wali tadi.


292. sebab para Wali semuanya makanya mau bertapa dengan sunguh-sungguh dan berani bertaruh dengan nyawanya, dalam mencari sejatining hidup, yaitu dengan jalan Tarekat itu, tidak ada lain yang mereka tuju, bukan hannya untuk kepentingan kesempurnaan pribadinya saja.


293. Tetapi saking inginnya dan bersemangatnya dalam membela umat-umat yang datang belakangan, dikarenakan saking merasa sayangnya, dan Allah Ta'ala memberikan pangkat Wali-Wali Qutub itu disebabkan Wali-Wali itu saking sayangnya kepada umat-umatnya Allah Ta'ala


294. Jadi pada masa sekarang ini, umat-umat yang ingin mencapai kesempurnaan dirinya tidak akan mengalami lagi seperti jaman dahulu atau jaman para Wali, yang melaksanakan tapanya sampai bertahun-tahun, karena sekarang sudah gampang dan enteng seperti telah diumpamakan di atas, kita hannya sekedar tinggal mencangkul saja, tidak akan sukar lagi seperti tadi.


295. sebab ada limpahan berkah dari Keramatnya para Wali, makanya harus dikejar dan dicari Tarekatnya, sebab Tarekat itu tidak mungkin dibawa mati, tentunya masih ada di dunia bagi umat-umat Kang Jeng Nabi


296. Raden Muslimat menjawab, terima kasih kanda semuanya itu dinda terima dengan sepenuh hati, dan akan dinda ingat-ingat selalu dalam hati sanubari namun masih ada lagi kebingungan yaitu tentang syarat syahnya mengucapkan dua kalimah syahadat, apakah cukup dengan ucapan saja sudah cukup menjadi Islam sejati


297. Kakaknya cepat menjawab, jadi saja dinda, namun belum utama (sempurna) belum menjadi Islam sesungguhnya, baru Islam pada kaumnya (lingkungan) saja, kalau hannya sekedar bisa membacanya saja karena membaca itu adalah fardunya, sedangkan wajibnya harus mengerti


298. kan sudah ada rukunnya dalam membaca dua kalimah syahadat yaitu, pertama kita harus menetapkan Datnya Allah Ta'ala, kedua kita harus menetapkan dahulu Sifatnya Allah Ta'ala, ketiga harus menetapkan dahulu Asmanya Allah Ta'ala


299. sedangkan yang ke empatnya harus merasa jelas (kenal) dahulu kepada Rosululloh, nah begitulah rukunnya membaca dua kalimah syahadat, barulah kita bisa syah membacanya kalau sudah memenuhi rukunnya tentu, makanya wajib ketemu kepada Datnya Yang Maha Suci


300. Bagaimana bisa menetapkannya apabila belum Ma'rifat yang sejati, kepada Datnya Allah Ta'ala, begitu pula kepada SIfatnya, sebab tidak boleh hannya dengan ucapan saja, syahnya harus ketemu dahulu, biar sejalan atau nyata dan 'aenal yaqin


301. Menurut bahasa Indonesianya, dua kalimah syahadat itu artinya begini, Sesungguhnya aku bersaksi bahwa tidak ada lagi Tuhan yang wajib disembah, selain dari pada Allah Ta'ala


302. selanjutnya, Dan aku bersaksi bahwa Kang Jeng Nabi Muhammad itu adalah Utusannya Allah Ta'ala, jelas sekali bahwa Indonesianya begitu, kok sudah berani mengatakan "aku bersaksi" atau "aku menyaksikan" padahal dinda mengetahui kalau menjadi saksi itu harus bagaimana


303. Sedangkan syahnya saksi itu adalah harus mengetahui dengan 'aenal yaqin, harus jelas (mengenal) kepada yang diutus, apalagi kepada yang mengutusnya, harus yakin jangan sekedar kata orang lain, coba katakan kapankah dinda berjumpa dengan Nabi Muhammad


304. Dan mengutus apalagi Allah Ta'ala kepada Kang Jeng Nabi Muhammad, adiknya lalu menjawab, dinda belum pernah berjumpa dengan Nabi, apalagi dengan Yang Maha Agung, kata kakaknya kalau begitu gagal pengakuan dinda tadi


305. Kan tadi sudah mengaku menyaksikan ketika sedang membaca dua kalimah syahadat, kalau demikian saksi palsu namanya, tentu akan mendapat hukuman berat, apalah dinda tidak takut kepada hukuman, sedangkan di dunia saja sudah terbukti bahwa saksi palsu mendapat hukuman kurungan (penjara) selama 3 tahun sudah pasti


306. Kata adiknya, aduh kanda ternyata ingin Islam saja sukarnya bukan main, dinda kira hanya sekedar dengan rukun saja, menjalankan rukun Islam yang lima perkara, ternyata sedemikian itu kalau dibongkar isinya, baru dengan syahadat saja satu


307. sudah sedemikian sulitnya, pantas saja dikejarnya oleh para Wali harus dengan bertahun-tahun, malah dengan taruhan nyawa dan raga kalau ingin mencapai kepada sejatining Ashadu, jadi kalau kita sekarang di taqdirkan bisa menemukan atau mendapatkan P U C U N G


308. Sungguh seribu kali untung, berkat maha pengasihnya Allah Ta'ala, kita bisa menerima limpahan berkah keramatnya para Wali yang dahulu


309. Semua kesukaran dan segala ringtangannya sudah ditempuh pada jaman dahulu oleh para Wali, kita sekarang tinggal enaknya (gampang), ternyata makanya para wali sedemikia gigihnya, dikarenakan saking merasa sayangnya kepada umat.


310. Pantas saja kalau diberi ganjaran oleh Allah Yang Maha Agung, diberi pangkat para Wali semuanya, karena hatinya sangat menyanyangi umat semuanya


311. Supaya jangan sampai banyak umat yang terjerumus ke dalam Neraka, menjadi teman Idajil, begitulah isi hati para Wali semuanya


312.Kata Kakaknya, benar begitu dinda, maksudnya para Wali untuk membela umatnya semuanya, namun sayang kebanyakan manusia suka salah menerima (salah paham)


313.Menganggap salah kepada ilmu Wali, malah banyak yang mencegah kalau ingin mencarinya, bahwa katanya, kita tidak perlu mengetahui, ilmu para Wali bukan untuk bahan kajian kita


314. Sebenarnya ucapan seperti itu adalah racun, mengajak celaka, membawa ke sasar (tersesat) kepada yang bodoh, mencegah supaya tidak mencarinya


315.Padahal apa salahnya kalau berterus terang saja, bahwasannya belum ketemu oleh saya, atau belum tercapai oleh saya, jangan suka menakut-nakuti bisa murtad


316. Raden Muslimat lalu berkata kepada Kakaknya, terima kasih kanda, sudah terpahami perihal syahnya syahadat, namun ada lagi yang masih belum dipahami oleh dinda


317. Pasal rukun Iman yang enam perkara itu, belum dapat dinda pahami, yaitu yang pertama, Amantubillahi, yang kedua Wamalaikati,


318. yang ketiganya Wakutubihi, yang keempat Warusulihi, yang kelimanya disebut dengan


319. Walyaumil akhiri, dan yang ke enamnya Wa Qodri Khaerihi wa sarrihi minallohi ta'ala


320. kata kakaknya benar dinda itu demikian, kalau bahasa Indonesianya Amantubillahi, yaitu aku yakin dan percaya kepada Allah Ta'ala


321. Apakah dinda benar-benar percaya dengan sungguh-sungguh kepada Allah Ta'ala, jawab adiknya tentu saja dinda percaya dengan tidak merasa ragu-ragu lagi


322. Kata kakaknya terima kasih kalau dinda sudah percaya namun kanda ingin bertanya, makanya dinda bisa percaya begitu, percaya kepada apanya, jawab adiknya, percaya kepada adanya


323. Kata kakaknya kalau begitu dimanakah sekarang Ada-Nya, menjawab adiknya, makanya dinda percaya disebabkan karena ada bumi dan langit beserta segala isinya


324. Sebab semua ini adalah ciptaan Yang Maha Agung, setiap-tiap ada ciptaannya sudah tentu sekali ada yang menciptakannya


325. Kata kakaknya apakah hanya segitu saja dinda, tidak ada kelanjutannya lagi kalau begitu seperti orang yang ngaco saja, anak kecil juga sudah punya paham seperti yang begitu


326. Sadarlah dinda masa iya sudah dewasa begini, pahamnya masih itu-itu saja, tidak ada rangkapnya lagi, jangan terlalu kosong sekali, cobalah teliti dan terapkan di dalam diri sekujur, di dalam diri kita ini


327. Kalau dinda masih seperti itu juga, jangan-jangan adanya Allah Ta'ala itu diluar dari pada langit yang terlihat oleh mata kita ini


328. Pantas saja suka menunjuk-nunjuk ke atas langit, adanya Allah Ta'ala itu, karena menurut pendapatnya, alam dunia ini diciptakannya seperti manusia menciptakan (membuat) sesuatu benda.


329. Kalau begitu dengan kita jadi saling berjauhan, padahal Allah Ta'ala itu suatu ciptaannya (satu Af'alnya), untuk apa ada dalil di dalam Al-Qur'an yang menyebutkan begini.


330. Yaitu dalil, Wanahnu Aqrobu ilaehi min hablil waried, yang sudah jelas dan yang bahasa Indonesianya kira-kira begini


331. Allah Ta'ala mengaku sudah tidak berjauhan, sudah tidak ada antaranya lagi aku dengan kamu sekalian, walaupun diumpakan dengan urat leher kamu sendiri


332. masih ada antaranya (jaraknya), sedangkan perkara Aku sudah tidak ada antaranya lagi, begitulah menurut dalil Al-Qur'annya


333. kata adiknya, duh kanda bagaimanakah yang sebenarnya, tentang syahnya percaya kepada Allah Ta'ala, jelas sekali paham yang tadi itu salah


334. Benar sekali, suka mempunyai tekad seperti itu, baranggapan bahwa adanya Allah Ta'ala diatas langit yang ke tujuh, apalagi dengan wujud kita terasa sangat berjauhan


335. namun ternyata menurut dalilnya begitu, dekat sekali tanpa jarak dengan wujud kita sendiri, atau wujud manusia ini, silahkan kanda segera terangkan supaya dinda cepat mengerti


336. Kata kakaknya, begini dinda kalau belum mengerti, coba perhatikan keadaan wujud kita, telusuri dahlu dari pada Datnya Allah Ta'ala


337. kalau Dat itu adalah Nurulloh, bahasa Indonesianya Cahaya, Cahaya Allah Yang Maha Suci, sedangkan cahaya itu adalah hidup manusia


338. harus begini kita mengartikan Rukun Iman yang disebut tadi, yang pertama yaitu Amantubillahi


339. Setegasnya aku percaya kepada hidupku sendiri, kepada hidupnya wujudku ini, makanya hidup itu pertanda adanya Allah Ta'ala


340. Walaupun tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi ini bisa ada, disebabkan karena adanya hidup yang berada di dalam wujud manusia


341. kalau tidak ada manusia niscaya luput, siapa yang mau menyebut adanya alam dunia, baru tidur saja sudah tidak ada alam dunia


342. Jelas sekali alam dunia ini tentunya diliputi oleh hidupnya Allah Ta'ala, sudah pasti, sifatnya hidup yaitu Datnya Allah Ta'ala


343. kata Adiknya, duh kanda beribu-ribu terima kasih dinda haturkan sungguh sangat dapat dimengerti, kalau demikian rukun iman itu akan terasa mantap tidak akan berantakan


344. tidak akan lagi menjauhkan terhadap Allah Ta'ala, sekarang terasa makanya dikatakan aqrob/ dekat dengan wujud kita, semakin bertambah malu saja siang malam selalu bersama-sama


345. Tinggal itu rukun Iman yang ke dua yang lumrah disebut dan diketahui oleh semuanya yaitu wamala ikatuhu


346. Bahasa Indonesianya aku percaya dengan sesungguhnya kepada malaikatnya Allah, kata kakaknya dinda bagaimana percayanya


347. Kata adiknya begini kanda kalau setuju dengan hati kanda, bahwa malaikat itu ada, sebagai utusannya Allah Ta'ala


348. yang tadinya mendatangkan (menyampaikan) ayat-ayat Al-Quran kepada Nabi Muhammad, Utusan Allah Yang Maha Suci, ketika beliau masih hidup di kota mekkah


349. Kata kakaknya, kalau paham dinda demikian, mungkin sekarang sudah tidak ada malaikat, sebab Kang Jeng Nabi Muhammad juga sudah wafat


350. Jadi kalau begitu sekarang Allah Ta'ala sudah tidak mengutus, sudah tidak perlu takut lagi dan tidak perlu khawatir lagi berbuat dosa, karena para malaikat sedang libur panjang (pere), Raden Muslimat tersenyum karena merasa malu.


351. Dengan wajah tertunduk dan tersipu, Raden Muslimat berkata lagi kepada kakaknya, betul kalau demikian para malaikat tidak punya pekerjaan, bagaimanakah yang sebenarnya supaya bisa percaya


352. Silahkan kanda, dinda mohon petunjuk, bagaimanakah caranya supaya bisa Iman kepada para malaikatnya Allah Ta'ala, paham yang tadi itu terasa salah oleh dinda


353. Kata kakaknya, karena dinda mengaji seperti itu, mengaji seperti anak kecil saja, padahal tadi menurut kanda, kalau mengaji jangan suka terlepas dari pada diri kita sendiri (sekujur badan)


354. segeralah kutak-katik dan telusuri sekujur badan kita supaya cepat Iman, harus jelas dan nyata serta tahu barangnya, harus cepat-cepat lagi jangan sampai keburu wafat


355. menyesal sekali kalau keburu wafat, mengajinya belum tamat, karena terhambat oleh membaca saja, baca tulis tulisan kitab Al-Qur'an


356. tidak dikaji isi dan maksud Al-Qur'annya karena hanya dibaca saja, dihapalkan bahasanya sedangkan isinya tidak dihiraukan, hanya sekedar bisa membaca dan membahasa Indonesiakan


357.Dikarenakan sudah membahasa Indonesiakan sudah merasa cukup, terlebih lagi mempunyai rasa ingin masuk surga, padahal dirinya belum mengetahui, dalil apa yang bisa menjadikan Iman


358. Menjadikan Iman kepada Allah Yang Maha Agung, ketika sedang sekarat, Dalil apa yang bisa memberi pertolongan untuk menyempurnakan nyawa


359. Sebab tidak Iman seseorang kepada Yang Maha Agung, kalau hanya dengan tekad, apalagi hanya sekedar dengan lisan saja, dapatnya Iman hanya bila sudah Ma'rifat


360. Kata adiknya, benar kanda begitu, umumnya manusia hanya sekedar membaca saja, bukan mengaji karena mengaji itu tidak terasa 361.Silahkan kanda perihal yang tadi segera jelaskan, yaitu perkara rukun Iman yang kedua, Wamalaikatuhu, hati dinda ingin cepat-cepat terang.


362. Kata kakaknya, baiklah, begini kalau dinda belum paham, telusuri lebih dahulu perkara malaikat itu, kan tadi hanya sebagai utusan Allah Ta'ala


363. Kalau Allah itu Sifatnya Hidup, jadi kalau begitu malaikat kenyataannya adalah semua "GERAK", baik gerak hati, begitu pula gerak dari pada jasad kita.


364. Kan jelas gerak itu adalah utusan tentu, hidup yang memerintahnya, walaupun gerak bulu selembar atau selembar rambut saja, yang memanjangkan semuanya juga malaikat


365. Makanya menurut Hadis juga jumlahnya beribu-ribu Malaikat, tidak berjirim (terlihat) seperti manusia


366. dan tidak pernah makan minum siang maupun malam, begitu juga tidak pernah tidur, mungkin oleh dinda juga terasa, walaupun sedang tidur juga bertambah panjangnya bulu atau rambut kita jalan terus


367.Itulah kenyataannya Malaikat, tidak terlepas dari badan kita, siang malam juga bekerja, ya mandornya (pengawasnya) adalah malaikat yang empat


368. Gerak penglihatan, gerak mulut, gerak pendengaran dan gerak penciuman, itulah para pengawasnya yang bernama Jibril, Mikail itu.


369. yang ketiganya disebut Isrofil dan yang ke empatnya Ijroil namanya, kata adiknya dapat dimengerti kalau begitu


370. Pantas saja melaikat itu termasyhur, tanpa rupa tanpa warna, bukan laki-laki bukan pula perempuan, jelas sekali gerak itu tanpa warna tanpa rupa


371. Bukan laki-laki bukan pula perempuan, kalau begitu tidak salah apa yang dikatakan dan diceritakan oleh Hadis, kitab itu tukang memberi khabar


372. Tinggal rukun Iman yang ketiganya itu, mohon kanda jelaskan tentang Wakutubihi, harus percaya kepada kitab-kitabnya Allah Ta'ala


373. Kata kakaknya coba dahulu katakan paham dinda, yang sudah dapat dinda mengerti, bagaimana tadi percayanya, kepada kitab-kitab Allah Ta'ala itu 374. Raden Muslimat lalu menjawab kapada kakaknya, tadi dinda percayanya kepada tulisa ayat-ayat Al-Qur'an saja, hanya segitu rangkapannya


375. Kata kakaknya itu juga benar begitu, percaya kepada tulisan ayat-ayat Al-Qur'an, namun harus dirangkap lagi kepada itu tulisan-tulisan wujud kita pribadi


376. Jadi begini kalau dinda belum paham, harus percaya kepada tulisan-tulisan diri sendiri, baik kaya atau miskinnya, harus mau menerima


377. Yaitu tulisan wujud kita yang sesungguhnya, kalau sudah begitu kita akan bisa bersabar, tidak akan aral (mengeluh) kalau sedang tertimpa kesusahan atau kekurangan


378. Raden Muslimat menjawab sambil tersenyum, bagaimana kalau kita jatuh di penjara, tetap juga tulisan dari pada Allah Ta'ala


379. Kata kakaknya, kalau kita mendapat hukuman, ada dua pasal, dihukum disebabkan mencuri atau membunuh


380. jadi tulisan-tulisan yang dihukum itu, tulisan yang berawal dari setan daripada napsu wujud kita, padahal tahu kalau mencuri itu akibatnya suka dipenjara 381. Kalau tulisan dari Allah Ta'ala bukan begitu, kalau kita kebetulan kecelakaan yang tidak disengaja, itu benar tulisan dari pada Allah D A N G D A N G G U L A


382. Raden Muslimat berkata kepada kakaknya, sudah dapat dimengerti oleh dinda pasal rukun Iman yang ke tiga itu, tinggal rukun Iman yang ke empatnya, Warusulihi, tegasnya harus percaya kepada utusan-utusan Allah Ta'ala, kalau menurut paham dinda tadi kepada para Nabi


383. Para Nabi yang dahulu, kata kakaknya itu juga tidak salah, kalau Majajinya itu benar, tetapi karena semuanya sudah wafat, sudah kembali ke Rohmatulloh, tinggal kita percayanya kembali kepada wujud, kepada hakekatnya badan, yang menjadi utusan hidup pribadi, jadi harus begini tekad kita


384. Sesungguhnya aku sudah benar-benar percaya, kepada Rasa wujud pribadiku ini, rasa penglihatan, rasa pendengaran, rasa mulut, rasa penciuman, coba dinda rasakan bagaimana tidak bisa percaya kepada rasa wujud, kalau mulut kita makan garam, tentu saja kata rasa mulut asin, tidak mungkin akan mengatakan pedas


385. Begitu pula kalau pada telinga terdengar suara petir (geledek), kata rasa pendengaran bahwa barusan itu suara petir, tidak pernah tertukar lagi, tetap saja tidak akan khianat, tidak mungkin akan mengatakan suara bedug atau suara gamelan, tadinya juga para Rosul itu sudah terkenal, tidak pernah berbohong dan tidak pernah berkhianat


386. Begitu pula rasa penglihatan, kalau melihat cahaya terang, tidak akan menyebut melihat cahaya gelap, tetap mengaku terang tentunya, begitu pula dengan penciuman, seumpama mencium minyak, baik yang wangi atau yang bau, tidak akan pernah bertukar baunya, begitulah dinda, masa iya tidak dapat dimengerti, tentu oleh dinda juga terasa


387. Kata adiknya, benar dapat dinda mengerti bahwa rosul itu tidak pernah berbohong dan berkhianat, tetapi mengapa masih banyak orang yang suka berbohong, dinda merasa bingung, tetap saja tidak terpikir, dari manakah timbulnya, kakaknya menjawab, yang bohong yaitu manusianya, timbulnya dari bibir, pengucap manusia itu


388. Kan jelas seumpama dinda mau membeli sejenis minyak, baik di warung atau di toko, sebelum ditawar tentu dicium lebih dahulu oleh dinda, setelah terpikir, tersaksi oleh rosul, bahwa memang minyak ini yang dimaksud, karena wangi inilah yang dicari, kemudian menanyakan harganya


389. Kata yang dagang harganya seringgit, dikarenakan harganya ingin murah, lalu ucapannya berbohong, tidak mau ah, harganya terlalu mahal, minyaknya juga tidak wangi, padahal menurut Rasa tetap mengaku wangi dan memang minyak inilah yang sedang dicari, tetapi dikarenakan ingin murah, yang dipamrih itu akalnya manusia


390. Radeh Muslimat berkata kepada kakaknya, benar sekali pasal Warusulihi sekarang dapat dipahami oleh dinda, beribu terima kasih kanda, dinda diberi kesempatan untuk mengerti, tinggal rukun Iman yang kelima, yaitu Walyaumil akhiri, mohon kanda terangkan dengan jelas pada pasal mengimaninya


391. Kata kakaknya, coba saja lebih dahulu ceritakan paham dinda sendiri, bagaimana mengimaninya, adiknya lalu menjawab, begini percayanya menurut paham dinda, dinda sangat percaya sekali bahwa alam dunia ini akan rusak binasa nantinya sudah tentu, yaitu menjumpai hari akhir atau mengalami Kiamat, hanya begitulah paham dinda


392. Kata kakaknya benar saja begitu juga dinda tidak salah, sudah percaya akanya Kiamat, namun itu terlalu jauh, Kiamatnya Jagat Kabir ini, agaknya kita semuanya tidak mungkin mengalami, begitu juga anak-cucu kita, jadi sekarang dinda harus kembali melirik kepada Jagat Sagir, yaitu kiamatnya diri kita sendiri


393. Harus dipikirkan bahwa Jagat Sagir ini, jasad kita sendiri yang akan mengalami lebih dahulu hari akhir, yaitu pasti akan mati, itulah yang harus dipikirkan, jadi rukun Iman yang ke lima sebenarnya begitu, kita harus percaya bahwa wujud ini akan mengalami mati/wafat, yaitu yang disebut dengan Kiamat Kecil


394. Kalau orang sudah begitu mengimaninya, tentunya akan banyak mempunyai rasa takut, mungkin akan bersunguh-sungguh dalam Ibadah, akan cepat-cepat pula dalam mencari ilmu supaya cepat tercapai sampai kepada Ma'rifatnya kepada Allah Yang Maha Agung, karena takut keburu mati, yaitu mengalami hari akhir, takut nantinya masuk ke dalam Neraka


395. Pasti kalau sudah begitu mengimaninya seperti itu, akan menjaga dirinya terhadap perbuatan yang buruk, juga tidak akan mengumbar hawa napsu, tentunya akan mempunyai pilihan, yang buruk tidak akan dikerjakan, adiknya menjawab, duh kanda sungguh benar sekali apa yang kanda terangkan, sekarang sudah terpikir oleh dinda, bahwa harus begitu mengimaninya


396.Rukun Iman yang begini dikajinya, biasanya hanya sekedar dibaca, semuanya juga sama-sama mengetahui, hapal nama-namanya semua pasti, sedangkan Imannya tidak terpikir, tidak dirasakan isinya, akibatnya Imannya jadi kesana ke mari, ke utara ke selatan tidak tentu arahnya, rukun Iman ya rukun Iman, sedangkan manusianya tetap saja tenang beriman kepada uang, dan mengumbar hawa napsu


397. Kata kakaknya, benar begitu dinda biasanya rukun Iman itu dikajinya, begitulah diimankannya, jangan cuma sekedar hapalnya saja, bahasanya dipakai untuk menggunjing orang, padahal sesungguhnya rukun iman itu bibitnya rahayu (sejahtera), selamat dunia sampai ke akherat, di dunianya tidak akan terkena hukum penjara, karena perbuatan buruk selalu dijaga


398.Negara juga tentu akan aman, kalau semuanya mengerti kepada rukun iman, serta isinya dapat dimengerti dan dirasakan dengan sungguh-sungguh, ternyata makanya Allah Ta'ala mengadakan rukun Iman, yaitu supaya dapat dijadikan sebagai Pagar (batas) terhadap hawa napsu, napsu-napsu buruk manusia, supaya jangan terlalu diumbar napsunya, dan perbuatan buruk harus dicegah


399. Kata adiknya, tinggal satu lagi yaitu rukun Iman yang ke enam, untung ala dan untung becik, atau takdir buruk dan baik adalah merupakan kepastian dari Allah Ta'ala, menjawab, kan diatas tadi sudah kanda jelaskan


400. Tetap Allah Ta'ala berbuat suci, sedangkan buruknya berasal dari setan dan Idajil, tadi juga kan sudah diceritakan, kata adiknya, oh iya benar, dinda juga sudah mengerti, namun bagaimanakah caranya mengartikan rukun iman yang ke enam itu, karena begitulah bahasa Indonesianya, kata kakaknya, beginilah kalau dinda belum paham untuk mengimani rukun iman yang ke enamnya


401. Kita harus percaya dengan sungguh-sungguh bahwa setiap-tiap orang yang selama hidupnya di dunia tidak mau beribadah, tidak mau mencari ilmu dan tidak mau berbakti kepada Yang Maha Suci, kita harus tetap percaya bahwa orang yang demikian itu, pada waktu nantinya sesudah meninggal dunia, nyawanya akan terjerumus ke dalam untung ala pasti


402. akan masuk ke dalam Api Neraka, yang kekal tidak ada batasnya, diam di dalam Neraka dan mendapat siksaan kubur, begitu pula pasti akan mengalami siksaan pada saat sekaratnya, artinya beruntung oleh siksaan belaka, sama sekali tidak ada kenikmatan


403. Sebaliknya kita harus percaya, setiap-tiap orang yang selama hidupnya di dunia, mau melaksanakan amal ibadah, bersungguh-sungguh (suhud) di dalam mencari ilmu, baik Sareat, Tarekat, Hakekat maupun Ma'rifatnya, semuanya sudah tersusul (tercapai), maka kita harus percaya bahwa orang itu akan mendapat untuk becik, yaitu kaya dengan kenikmatan


404. Seumpama orang sudah mengerti kepada arti rukun Iman itu, masa iya tidak akan baik budi pekertinya, sebab akan merasa takut sudah pasti, tentunya akan selalu berhati-hati dalam menjaga perilakunya, takut mendapat hukuman, baik di dunia maupun di akherat, takut jatuh ke dalam untung ala tadi, yaitu kaya dengan ketidaknikmatan (kesusahan)


405. Kata adiknya, duh kanda dapat dimengerti sekali, pasal rukun Iman itu, ya begitulah harus mengimaninya, sekarang sudah menjadi ilmu bagi dinda, tentu akan Eling (ingat/sadar) siang dan malam kepada Allah, tentu akan menambah kesungguhan dalam beribadah, berbakti kepada Yang Maha Agung, sebab sudah ada pokoknya, keyakinan di dalam diri dinda, percaya akan begitu akibatnya


406. Namun sekarang ingin bertanya kembali karena masih ada yang belum dapat dinda pahami, bahwasannya Amal itu ada empat perkara, pertama amal Jariah, kedua Sadrah, ketiga amal Sholeh, ke empat disebut dengan amal Ma'ruf, nah begitulah namanya amal empat perkara itu


407. Mohon dinda diberi pengertian, supaya beres tolong kanda jelaskan satu persatu. Kata kakaknya, kalau belum mengerti pasal amal itu sudah tentu ada dua perkara, yaitu fardunya dan ada wajibnya, kalau yang fardu, yaitu fardu bagi manusia, seperti apa kata Hadis, mungkin dinda juga sudah mengetahui


408. Sebagaimana menurut Hadis mesti dijalani apabila kita kuat dalam menghajatkannya (melaksanakannya) mempunyai barang yang cukup serta harus ikhlas hatinya, sedangkan yang keduanya yaitu amal wajib, yaitu wajibnya kepada Allah Ta'ala, manusia harus menjalani, tidak boleh tidak, karena disebutnya juga wajib


409. Raden Muslimat lalu bertanya kembali, yang bagaimanakah kepada Allah Ta'ala, dinda belum mengerti sama sekali, kakaknya cepat menjawab, beginilah amal kepada Allah Ta'ala, yaitu yang pertama amal Jariah, kedua amal Sadrah, ketiga amal Sholeh, semua diterapkannya pada waktu mengerjakan sholat lima waktu, yaitu pada waktu sembahyang (sholat).


410. Sebab pada waktu sembahyang itulah bagian yang tiga perkara, pertama namanya Kosdu, keduan namanya Ta'road, yang ketiga namanya Ta'jin, kalau Kosdu bagiannya sudah tentu yaitu bagian pekerjaan badan, jadi pada bagian ini, kita harus mengerti bahwa wujud kita ini.


411. sedang menjadi Jariahnya Allah Ta'ala, harus menurut kepada kehendaknya Allah, wujud kita ini sedang dipakai, ketiak sedang berdiri itu menjadi huruf Alip, itu jelas, Ruku' menjadi huruf Lam Awal. sujud sudah tentu menjadi huruf Lam Akhir nyatanya, sedangkan duduk itu sebagai huruf He tidak salah lagi, jelas sekali menjadi lafad Allah.


412. Makanya kita harus sungguh-sungguh dinda, dalam menjalani waktu yang lima itu, karena sedang berjariah kepada Allah Yang Maha Suci, kan ketika kita sedang begini saja, badan jasmani ini, mungkin oleh dinda juga terasa, badan kita ini sedang jariah kepada napsu, mengabdi kepada keinginan, kesana kemari dengan taruhan rusak diri, untuk mengejar hal yang bersifat keduniaan (duniawian)


413. Kata adiknya amal Jariah sudah dimengerti, tinggal itu amal Sadrah dimanakan diterapkannya, kakaknya lalu menjawab, amal Sadrah itu diterapkannya pada waktu pekerjaan Lisan, jadi pada waktu kita sedang membaca kalimah atau membaca bacaan-bacaan sholat yang lumrah, yaitu pada waktu sholat itu, kita harus menjadi puji semuanya


414. jangan mengaku atau menganggap puji itu milik kita dinda, tadi juga puji itu semuanya milik Allah, makanya sadrahkan (pasrahkan) saja kembali kepada Allah Yang Maha Agung, karena sesungguhnya manusia itu tidak ada daya dan upaya, jangan suka mengaku-ngaku, disebabkan kita sudah sholat (sembahyang) lalu kita merasa Ujub akan diterima oleh Allah Ta'ala dan akan masuk surga


415. Ketiganya yaitu amal Sholeh dinda, adalah pekerjaan hati, pekerjaan hati itu sesungguhnya hati kita harus sholeh artinya hati kita harus bersih pada waktu sembahyang, hati kita harus tulus ikhlas dan jangan sampai mempunyai tekad jual-beli dengan Allah Yang Maha Kuasa, haruslah Lillahita'ala


416. Jangan mempunyai tekad seperti ini, makanya dinda mau mendirikan sholat yang lima waktu, supaya nantinya menjadi ganjaran (pahala), diberi upah oleh Allah Ta'ala bisa masuk surga nantinya kalau sudah meninggal dunia, jangan begitu dinda, karena di dalam ushallinya juga ditutup dengan dalil yang berbunyi Lillahi ta'ala


417. Bahasa Indonesianya dalil itu adalah harus bersih, tulus dan ikhlas hati, jangan sampai ada keinginan (pamrih), tetapi mengerjakan harus bersungguh-sungguh dengan hati yang bersih, bersih tanpa pamrih, hannya sekedar mengabdi saja, begitulah caranya beribadah kepada Allah, berbeda dengan ibadah kepada manusia, yang masih memandang kepada upahnya


418. Raden Muslimat berkata dengan wajah manis, duhai kanda beribu terima kasih dinda haturkan karena kanda telah memberikan pengertian yang begitu penting dan tidak ternilai harganya, sekarang marilah kita beristirahat dulu, berhenti dulu, barangkali nanti kalau masih ada masalah yang belum dapat dinda mengerti, mudah-mudahan kenda mau menjawabnya.




A S M A R A N D A N A


419. Diceritakan pada keseokan harinya Raden Muslimat bersama kakaknya, setelah selesai mendirikan sholat lohor, terus keduanya makan siang bersama-sama karena memang sudah waktunya, setelah makan siang selesai Raden Muslimat


420. berkata kepada kakaknya, begini kanda, sebetulnya dinda ingin bertanya kembali, yaitu tentang alam dunia dan manusia, manakah yang lebih dahulu ada, alam dunia dahulu atau manusia yang lebih dahulu.


421. kakaknya tersenyum manis sambil berkata, kenapa dinda ini seperti orang yang mimpi saja, kan sudah dijelaskan bahwa Kang Jeng Nabi Adam itu, diciptakan dengan kehendaknya Allah Ta'ala, berasal dari sari-sari Api dan Bumi


422. Sari Air serta sari Angin, itu pertanda lebih dahulu alam dunia adanya, mengapa dinda masih heran, padahal alam dunia ini adalah alam pembuangan, malah alam dunia ini merupakan tempat pembuangan yang paling kotor


423. Adiknya berkata lagi, dinda merasa heran sekali mengapa alam dunia ini disebut dengan tempat pembuangan yang paling kotor, apakah sebabnya, oleh dinda belum dapat dipahami, mohon kanda terangkan dengan jelas


424. Kakaknya berkata lagi, begini kalau dinda masih belum mengerti, makanya alam dunia ini disebut kotor, menurut Hadis sudah dijelaskan bahwa Nabi Adam turunnya ke alam dunia ini karena diusir oleh Allah Ta'ala dari Surga, dan dibuang ke alam dunia


425. Dipaksa tidak boleh menetap di dalam surga oleh Allah Ta'ala, pendeknya mendapat murka dari Allah Ta'ala, dari surga diusir-usir sebab mempunyai dosa yaitu memetik titipan Allah Ta'ala, bahkan suatu hal yang merupakan larangan dari Allah Ta'ala


426. Namanya juga alam Dohir, Dohir itu artinya Durhaka, Dohir itu nyatanya penjara, malah selain Nabi Adam dan Siti Hawa, adapula yang lainnya, yang sama-sama dimurkai oleh Allah, yaitu seekor ular naga


427. Itu juga dibuang, ular naga penjaga pintu gerbang, berdosa memasukan setan ke dalam surga, yang menggoda Adam dan Hawa, ular naga yang sudah di usir itu, lalu dibuat sebagai pondamen alam dunia


428. Dengan kekuasaannya Yang Maha Suci, Ular Naga itu lalu dibuat sebagai penguat alam dunia, dijadikan sebagai pondamen melingkari alam dunia, menjadi penguat Jagad Raya, buntut masuk ke dalam mulutnya serta diamnya selalu berpindah-pindah posisi


429. Kepala tidak pernah diam, begitulah kehendaknya Allah Ta'ala walaupun dibuat sebagai pondamen, kepalanya tetap bisa bergerak berubah tempat, tergantung dari pada arahnya, kalau kepalanya disebelah selatan hanya tiga bulan saja lamanya


430. Setelah tiga bulan lamanya, lalu pindah lagi kesebelah barat, lamanya juga sama tiga bulan saja, tidak pernah kurang atau lebih, disebelah barat ini lamanya cuma tiga bulan, kalau sudah tiga bulan


431. Kepalanya bergeser lagi, dari sebelah barat terus pindah lagi, bergeser kembali ke arah utara, juga tiga bulan lamanya, lalau pindah lagi ke timur, lamanya juga segitu tetap saja tiga bulan


432. Setiap tiga bulan sekali kepalanya berpindah tempat, selamanya begitu saja, sudah setahun jumpa gelang, dari bekasnya ke bekasnya lagi, malah sekarang sudah termashur, ada nama yang sebut Kala


433. Tegasnya kala itu dinda, yaitu senjatanya ular naga, yang disebut dengan Kala Gede atau Jatigarang, serta badannya ular tadi setiap-tiap tahun menciutkan alam dunia


434. Sebab buntut ular tadi masuk kedalam mulutnya semakin lama menjadi semakin dalam, agaknya alam dunia ini sudah tentu menciutnya, karena pondamennya atau bentengnya mengerut, sebab ular naga badannya semakin pendek


435. Adiknya menjawab dengan manis, itu benar sekali kanda, perkara Jagat Kabir sudah pasti mengerutnya dikarenakan saking lamanya, menurut pikiran dinda juga begitu, tentu sekali tidak akan salah


436. Dibandingkan dengan Jagad Sagir, yaitu jagad wujud kita, kalau orang sudah tua semakin keriput, semakin lemah pulan badannya, jelas sekali semakin kendor dan keriput kulitnya


437. Jagad Kabir dan Jagad Sagir tentu tidak akan jauh berbeda, sebab ular naga itu nyatanya pikiran kita, yang sudah jelas nyata, bahwa pikiran kita juga begitu, kalau sudah tua umurnya.


438. Kalau sudah menciut pikiran, raganya (badannya) tentu akan peot atau mengerut, berbeda ketika masih muda, otot besi urat kawat, serta tenaganya besar, namun kalau sudah tua, urat kendor kulitnya juga menggelayut


439. tenaganya juga hampir menghilang, menciutlah segala perkara, menciut pula penglihatannya, menciut pendengaran, menciut pula segala rasa, ucapan serta nafas juga menciut, buktinya suka terengah-engah walaupun hannya berjalan jarak dekat.


440. Kata kakaknya, ada lagi yang di buang dari surga, yaitu Batu Putih dari surga, itu juga mendapat murka dari Allah Ta'ala, dikeluarkannya dari surga, kakrena dipakai duduk oleh Siti Hawa sambil berdandan


441. Dengan kehendaknya Allah Ta'ala, batu itu dijatuhkan ke alam dunia, tidak salah lagi menurut cerita jatuhnya tepat di kota Mekkah, malah buktinya sampai sekarang di Mekkah ada Batu yang dinamakan dengan Hajar Aswad


442. Namun menjadi berubah warna, Hajar Aswad itu tidak putih warnanya, tetapi berubah warnanya menjadi Hitam, sebab permohonannya Batu itu kepada Allah Ta'ala supaya mendapat siksaan di dunia saja


443. Makanya berubah warnanya, Hitam itu adalah tandanya siksaan, begitulah menurut Riwayat Hadis, ada lagi suatu pohon namanya Kayu Cendana, itu juga mendapat murka dari Allah Ta'ala


444. Terus dikeluarkan juga dari surga, karena dipakai tempat berhenti oleh Siti Hawa, dijatuhkan ke hutan belantara, yiatu hutan belantara alam dunia ini, ada lagi suatu pohon yang namanya Kayu Guru, itu juga Kayu surga.


445. itu juga mendapat hukuman dari Allah Ta'ala, karena kulit pohon itu dipakai menutupi aurat oleh Siti Hawa, dipakai sebagai cawat, itu juga kemudian diusir dan dibuang ke alam dunia.


446. Nabi Adam jatuhnya ke bumi, tepatnya di tanah Hindustan, jatuh di dalam hutan belantara, Gunung Surandil namanya, sedangkan Siti Hawa jatuhnya ke Jeddah di tepi laut, yang sedemikian saling berjauhannya


447. Ditambah lagi tanpa seorangpun teman, karena belum ada manusia, masih berupa pategalan belaka, belum ada pohon-pohonan, panasnya tidak terkira, dalam keadaan telanjang tanpa pakaian, tanpa baju tanpa kain


448. Siti Hawa menangis menjerit-jerit, nelangsa tiada terkira, malihat laut yang berwarna biru, dan pategalan yang kering kerontang, tiada tempat untuk berteduh, menangis tersedu-sedu dengan hati yang penuh duka cita, penuh rasa takut yang tidak terhingga


449. Wahai Tuhan Yang Maha Kuasa, kekasih dimana adanya, Siti Hawa berjalan tak tentu arah, mengikuti saja setiap langkah kaki, sambil menyambat-nyambat, wahai Allah tolonglah hamba, dimanakan adanya kakanda Nabi Adam


450. Kenapa tega nian membiarkan hamba seorang diri, hamba mohon dicabut nyawa saja, daripada hamba dibuat seperti ini, tersedu-sedu tangisnya Siti Hawa, suara pecah, matanya bengkak, hampir terpejam matanya.


451. Disebabkan menangis siang dan malam, teringat sewaktu masih disurga, tidak terkira nikmatnya, nikmat saja selamanya, tanpa ada kesusahan, siang dan malam nikmat saja, lain halnya dengan sekarang di alam dunia


452. halnya kepedihan belaka, duka lara selamanya, tubuhnya capai dan lelah bekas berjalan tanpa tujuan, sudah bertahun-tahun lamanya, mencari Nabi Adam sang kekasih, siang dan malam tersusuk-susuk, mengikuti kemana kaki malangkah


453. Kita hentikan dahulu perjalanan Siti Hawa yang sedang prihatin, yang sudah jauh dari tanah Jeddah, sekarang yang akan diceritakann adalah Kang Jeng Nabiyulloh Adam, yang jatuh ketanah Hindustan, menangisnya sampai menggukguk, dikarenakan saking teringatnya kepada isterinya


454. Aduh, aduh Hawa Siti, duh dinda, dimanakan dinda berada, apakah dinda masih hidup atau sudah wafat, Wahai Tuhan Yang Maha Kuasa, semoga Tuhan Yang Maha Agung mengampuni dosa-dosa hamba


455. Wahai Allah Robbul alaamin hamba pasrahkan segala duka, mohon diampunkan segala dosa, segala kesalahan semoga Allah mengampuni, ketika Nabi Adam sedang menyebut-nyebut seperti itu, datanglah malaikat Jibril


456. Malaikat Jibril memberi nasehat kepada Nabi Adam, begini katanya, harus tobat kami sambil membaca do'a ini, dalil firman Allah Ta'ala "Robbana dolamna ampusana Wain lam tagfirlana dunubana, lana qunanna minal khosirin" begitulah firman Allah Ta'ala, selanjutnya Kang Jeng Nabi Adam


458. Menuruti kata-kata Malaikat Jibril, Nabi Adam membaca ayat tersebut, siang dan malam tidak pernah berhenti, lamanya membaca ayat dan tidak pernah terputus-putus, selama seratus tahun, begitulah menurut salah satu hikayat


459. Ketika membacanya sudah sampai seratus tahun lamanya, diampuni dosa-dosanya, dan tidak berapa lama kemudian Nabi Adam berjumpa dengan Siti Hawa, bertemunya yaitu tepatnya di Gunung Arafah.


460. Sampai sekarang juga, di Mekkah juga masih ada Arafah, itulah sasangkalanya, bertemunya antara Nabi Adam dan Siti Hawa, itu begitu aritnya, makanya dunia ini jelas nyata, di sebut sebagai tempat pembuangan


461.Oleh sebab itu yakinlah bahwa cerita -cerita Hadis itu benar adanya, tidak akan salah, perkataan para Aulia. Nah begitulah dinda, kalau-kalau dinda belum paham


462. Ternyata sampai sekarang, bagi yang berjiarah ke Mekkah, yang pergi Haji semuanya seumpama belum ke Arafah, walaupun sudah ke Madinah, tetap belum jadi hajinya, jadi hajinya itu setelah berkumpul di padang Arafah


463. Begitulah Sareatnya haji, namun kalau menurut ilmu Hakekat, Jasmani dan Rohani juga harus menyatu jangan sampai terpisah-pisah, satukan supaya tidak saling bertentangan, agar bisa pantas kembali kepada kesucian


464. Kata adiknya, dapat dimengerti perkara haji sudah dinda pahami, baik Sareatnya maupun Hakekatnya, sekarang mohon kanda jelaskan pasal tadi menurut kanda bahwa alam dunia ini disebut sebagai tempat pembuangan


465. Sebab begitulah asalnya tadi, makanya Nabi Adam turun ke alam dunia karena dibuang, kalau begitu kita juga mungkin di buang, karena nyatanya kita ini juga berada di alam dunia, kata kakaknya, memang benar sekali


466. Maka dari itu sungguh semua orang yang hidup di atas dunia ini, kanda berani bertaruh pasti tidak ada yang merdeka, jangankan tingkatan seperi kita ini, walaupun seorang Ratu sekalipun juga tidak akan terlepas dari pada kesusahan


467. Karena nyatanya memang sedang dipenjara, diam di dalam penjaranya Allah Ta'ala, ya inilah alam dunia nyatanya, makanya siapa orangnya yagn mengembara di alam dunia ini bisa diam di dalam enak terus menerus, walaupun pada seorang Raja sekalipun


468. Tidak pernah terlepas dari kesusahan, karena kenyataannya memang ada di dalam penjara, siapapun tidak ada yang merasa enak atau merasa betah berada di dalam pembuangan, walaupun dicukupi segala sesuatunya tanpa kekurangan


469. Tentu tidak akan terpisah dari pada keprihatinan, yang datang silih berganti dengan segala kesusahannya, oleh semuanya tentu sudah dapat dimengerti baik oleh si miskin maupun si kaya, baik yang pangkatnya tinggi ataupun pegawai rendahan, tidak akan pernah luput dari rasa bingung, hanya saling bersangka-sangka (menduga-duga).


470. Menurut dugaan si miskin kepada si kaya menyebut enak, padahal sama saja kaya dengan barang duniawi (kaya dengan harta) tetapi kaya pula dengan kesusahan, yang miskin juga sama, kalau si miskin tidak punya apa-apa, miskin pula dari kesusahan.


471. Yang miskin sudah jelas hanya semacam saja kesusahannya, yaitu oleh makanan saja, bagaiaman besok atau lusa apakah akan dapat makan bagi anak dan isterinya, kalau sudah merasa tercukupi untuk esok hari, cukup untuk membeli beras


472. sudah merasa senang hatinya, sudah tidak ada pikiran lagi, tidurnyapun bisa pulas, ingat-ingat ketika bangun pada keesokan harinya, saking merasa enak tidurnya, namun bagaimana halnya dengan orang kaya yang serba kecukupan, apakah bisa tidur pulas seperti itu


473. Nah begitulah dinda, makanya dinda ini sebagai tempat pembuangan tidak salah lagi, mungkin oleh dinda juga terasa, coba dinda bandingkan dengan ketika sebalum turun ke dunia, apakah dinda merasakan kesusahan


474. Maka dari itu dinda, kita wajib harus bertobat, selama masih di dalam penjara, supaya tidak keterusan ktia menjadi orang buangan, supaya kita diampuni dosa-dosanya oleh Allah Yang Maha Agung dan bisa terlepas dari pada hukuman


475. bisa kembali lagi kepada asalnya semula, ke asal Purwawiwitan, asalnya juga tidak apa-apa, tidak mempunyai apa-apa sama sekali, tidak ada rasa apa-apa sekalipun, apalagi mempunyai wujud, justru nyatanya La Haula


476. Kanda sangat merasa takut sekali, takut nantinya setelah wafat tidak diterima oleh Yang Maha Kuasa, tetap di dalam pembuangan, kembali lagi ke dunia, bergentayangan kesana kemari sampai hari Kiamatnya dunia ini.


477. Jadi tetap saja berada di dalam kesusahan, diam di dalam Neraka, siang malam tidak ada putus-putusnya, disebabkan terlalu banyak keinginan, ingin makan ingin minum, semuanya menjadi kesusahan.


478. Dan juga akan menghadapi lagi hari akhir, yaitu hari Kiamat yang sudah pasti, Landratan Allah Ta'ala, dikarenakan masih berada di dunia, sudah tentu akan dihukum, sebab salah tempat kembalinya


479. Adiknya berkata lagi kepada kakaknya, duh kanda, dinda percaya sekali pada semua penjelasan kanda tadi, bahwasannya manusia akan begitu jadinya, pada akhirnya pasti


480. Sekarang dinda mempunyai pertanyaan lagi, bahwa menurut cerita Hadis, Jagad ini ada dua macam, yaitu Jagad Sagir dan Jagad Kabir, Jagad Sagir adalah wujud kita, sedangkan Jagad Kabir nyata alam dunia


481.Keadaannya begitu, tidak ada bedanya, dan sudah tentu sama, nah oleh sebab itu dinda mohon petunjuk kanda bagaimanakah sebabnya makanya bisa sama antara Jagad Sagir dan Jagad Kabir


482. Kata kakaknya benar begitu dinda, Hadis tidak akan salah lagi, beginilah kalau dinda belum mengetahui, coba dengarkan dan perhatikan baik-baik oleh dinda, kanda akan segera jelaskan, bahwa di dalam alam dunia ini isinya sudah pasti


483. Tentu ada siang dengan malam, di dalam diri kita juga terbukti, mungkin oleh dinda juga terasa, ada tidur ada bangun, kalau bangun perbandingannya dengan siang, dan kalau tidur perbandingannya dengan malam


484. Kata adiknya sudah dapat dipahami, sekarang sudah dimengerti, tinggal hari yang tujuh itu apa kenyataannya di dalam diri kita, jawab kakaknya itulah lubang-lubang yang ada diatas itu.


485. Nyatanya yaitu dua lubang hidung dinda, dua mata dan dua telinga, kan jumlahnya sudah enam, yang ketujuhnya yaiu lubang mulut dinda, nah itulah kenyataannya hari yang ketujuh, tidak salah lagi


486. Kata adiknya betul terasa sekali oleh dinda, namun mana yang disebut dengan pasaran yang lima, yang melekat di dalam diri kita, mohon kanda jelaskan, dinda ingin segera mengerti


487. Jawab kakaknya pasal pasaran (dawuh-bhs sunda) yang lima itu, nyatanya yang jelas adalah isi dari pada yang tujuh tadi, ke satu pendengarannya kuping (telinga), keduanya penglihatannya mata, ketiga pengucapnya mulut sudah pasti


488. Ke empatnya penciumannya hidung, yang kelima adalah rasanya pasti, tuh kan sudah cukup lima, jelaslah terbukti, apalagi yang menjadi kebimbangan dinda silahkan segera tanyakan 489. Adiknya lalu berkata, tinggal bulan belum dapat dimengerti, ada bulan dua belas di dalam dunia ini, apa kenyataannya di dalam diri kita, oleh dinda belum terpikir


490. Kata kakaknya kalau belum mengerti pasal bulan yang dua belas itu kenyataannya di dalam diri kita, silahkan dinda hitung persendian tangan yang dua ada berapa jumlahnya


491. Cobalah dinda hitung persendian tangan pasti ada tiga jumlahnya setiap sebelah tangan, kalau dua tangan pasti jumlahnya ada enam semuanya, lalu adiknya bertanya


492. kepada kakaknya berkata, kok baru ada enam jumlahnya, manakah yang separuhnya lagi, jawab kakaknya kan bukti, ini persendian dua kaki, ada enam lagi sudah pasti


493. Kata adiknya benar ada dua belas jumlahnya, persendian yang di atas dan yang dibawah, duhai, mengapa bisa cocok sekali, tinggal yang di dalam bulan apa buktinya yang pasti


494. Di dalam bulan sudah tentu ada tiga puluh hari, apakah itu kenyataannya yang yakin di dalam diri kita, menjawab kakaknya, begini dinda kalau belum mengerti


495. Kenyataannya yaitu persendian-persendian yang kecil, persendian jari-jemari dinda, coba silahkan dinda hitung sendiri, tiga puluh jumlahnya pasti, yang ada di kedua tangan dan jari jemari kaki juga sama saja


496.Sama saja tiga puluh jumlahnya, kenyataannya siang dan malam, kalau tangan bagian siang, sedangkan kaki bagian malam, makanya di dalam satu bulan ada tiga puluh malam


497. Siangnya juga segitu, jumlahnya tiga puluh siang, juga adiknya cepat menjawab, aduh kanda, kenapa bisa tepat sekali, pantas saja menurut kitab tidak ada bedanya sedikitpun


498. Tinggal tahun belum disebutkan, semuanya ada delapan, sewindu itu apa kenyataannya yang terbukti, yang ada dalam diri kita, mohon segera kanda jelaskan


499. Jawab kakaknya pasti tahun yang ada delapan jumlahnya yaitu diantaranya dua persendian tangan ada dua jumlahnya, kalau dua tangan tentu jumlahnya ada empat


500. Di bawah juga segitu, ada dua betis dan dua paha, tuh kan jadi empat jumlahnya, dengan empat yang diatas, dijumlahkan menjadi delapan itulah kenyataannya tahun dinda


501. Jadi namanya sewindu itu dinda artinya secukupnya bagunan diri kita, cukup tidak kurang tidak lebih, semua anggota badan kita,tidak ada kekurangannya lagi.


502. Kata adiknya, aduh kanda, kok ada kenyataannya semua di dalam diri kita keadaan alam dunia sudah berkumpul di dalam Jagad Sagir, namun ada yang terlewatkan oleh kanda tidak dijelaskan


503. Di dalam alam dunia ada Matahari dan Bulan dan bintang-bintang yang beribu-ribu jumlahnya, dan ada pula Hawa (suhu), Hawa panas (api), Hawa dingin (air)


504. Hawa Angin dan Hawa bumi begitu juga, apa kenyataannya yang yakin di sekujur badan kita, jawab kakaknya kenyataannya Hawa yang empat perkara adalah napsu kita sudah pasti


505. Napsu Amarah, Loamah, Sawiah dan Mutmainnah, itu tidak akan salah lagi, kenyataannya dibadan kita, betul kata adiknya


506. Oleh dinda sudah dapat dimengerti, sudah tercatat di dalam hati sanubari, tinggal Matahari dan Bulan apakah kenyataannya di dalam diri kita, jawab kakaknya itulah Hidup kita, namun kalau itu dinda


507. sudah memasuki ilmu Hakekat, tidak boleh diumpama-umpamakan atau di banding-bandingkan dan di buktikan pada badan kita, karena itu sifatnya go'ib, baru bisa nyata dan jelas yaitu dengan jalan Tarekat dinda


508. Untuk menyatakan sifatnya hidup, tidak boleh dilihat oleh tajamnya penglihatan mata kepala, tetapi harus dengan tajamnya penglihatan mata bathin (mata hati), karena kalau pandangan penglihatan mata kepala hanya untuk melihat Johar Pirid (cahaya yang nyata)


509. Cahaya terang alam dunia, yaitu Bulan dan Matahari alam dohir (alam nyata/alam dunia) yang menguatkan alam dunia ini, serta yang menghidupi seluruh isi bumi ini, seperti pohon-pohonan misalnya


510. Hawa Bumi Angin Air dan Api tidak akan dapat berjalan pasti, pohon-pohonan juga tidak akan tumbuh, tidak akan ada hasil dunia, mungkin manusia juga bisa mati, kalau saja tidak ada matahari


511. Tuh kan sudah jelas, hidupnya Jagad Kabir ini dikarenakan adanya Bintang, Bulan dan Matahari yang pertama, begitu juga badan kita yaitu Jagad Sagir ini


512. Tidak mungkin kalau tidak ada yang mengatur, yang menghidupkan jasmani yaitu Matahari yang ada di dalam wujud kita, yang namanya Johar Latif, cahaya yang maha halus itu, yang tidak boleh terlihat


513. oleh mata kepala yang nyata, tetapi wajib ketemu, kalau tidak ketemu di dunianya, di akheratnya juga sudah pasti gelap, kalau gelap itu pasti adalah neraka, tentu akan sesak rasanya


514. Padalah di dunia juga terbukti, makanya bisa betah dikarenakan adanya cahaya terang sudah pasti, dan terjadilah segala perbuatan, pekerjaan-pekerjaan manusia, ka begitu sudah jelas sekali, begitu pula kalau terang bathinya


515. yang sudah jelas pasti kekal, yang dicari-cari oleh seluruh umat, tetapi kalau bathinya gelap, bagaimana kita bisa merasa enak nantinya di dalam bathin, segalanya serba gelap gulita, serta kekal tidak akan berubah lagi


516. Sudah tidak ada bahan pertanyaan lagi, karena sudah bukan tempatnya mencari ilmu, bukan lagi sebagai tempat ibadah nanti di alam bathin hanya untuk menerima siksaan atau ganjaran (pahala)


517. Adiknya lalu menjawab, beribu ribu terima kasih dinda haturkan atas segala wejangan-wejangan dan petunjuk-petunjuk yang sangat berharga yang telah kanda berikan pada diri dinda ini, sehingga dinda dapat mengerti dan merasa yakin


518. Namun apabila nanti dikemudian hari masih ada lagi yang belum dapat dindan pahami, semoga kanda mau memberi wejangan kembali, dikarenakan sekarang waktunya sudah hampir saja, marilah kita segera mandi dan sholat maghrib berjamaah.




--- TAMAT ---




JILID III 


PUPUH SINOM


1. Lanjutan jilid II, meneruskan Raden Muslimin dengan Raden Muslimat, sedang berdiskusi perkara ilmu, lamanya sudah tiga malam, pertanyaannya masih terus berlanjut, Raden Muslimat kepada kakaknya, selalu saja memburu, ditanyakannya segala perkara, segala masalah.


2. Berhadap-hadapan berdua, di dalam kamar yang sepi, tidak terganggu orang lain karena berada di Taman Sari jarang sekali ada orang, tempat tinggal yang terpencil dan rimbun, dikelilingi kebun bunga, bunga Ros, bunga Mawar dan bunga Melati, sedang menyebarkan wanginya semerbak.


3. Di belakang tempat tinggal itu ada kolam, airnya bening dan bersih sehingga terlihat pasirnya, putih bersih di dalam air, ikannya berwarna-warni, berenang kian kemari saling berkejaran dengan teman-temannya, di tengah kolam ada Mushola, Masjid kecil pantas untuk tempat mematangkan ilmu.


4. Diceritakan Raden Muslimat dengan kakaknya sedang berada di tengah rumah, duduk-duduk selesai makan, kemudian mereka pindah ke Mushola, setelahnya para pelayan mereka, berpamitan untuk pulang, hanya tinggal mereka berdua, duduk di atas sehelai permadani, beludru sutera lembut didudukinya.


5. Kakaknya berkata kepada adiknya dengan kata-kata yang lemah lembut, katanya silahkan Dinda, persoalanmu apalagi, segera katakan kepada Kanda, supaya dinda tidak menjadi resah, barangkali kanda dapat menerangi hati dinda, semoga saja dibarengi petunjuk dari Allah Ta’ala.


6. Berkata Adiknya terima kasih sangat, atas perkataan kanda tadi, memang telah menjadi maksud sebelumnya, dinda ingin bertanya kembali, hanya saja agak sedikit malu, takut kanda menjadi marah, dinda terima dengan senang hati, barangkali telah bosan menjawab karena dinda terlalu banyak yang ditanyakan.


7. Sekarang justru berbaik hati, ridho ditanya oleh dinda, malahan sampai diminta, segala persoalan dinda, beribu-ribu terima kasih kanda, tentu saja masih banyak persoalan-persoalan yang masih membingungkan, belum terang hati dinda, karena masih terlalu banyak yang belum dapat dipahami.


8. Sekarang ingin menanyakan ini, ada bahasa empat macam, yang pertama Muhammad haq sedang yang ke duanya lagi, nama Muhammad Hakekat, Muhammad Harid yang ketiganya sedangkan yang ke empatnya, nama Muhammad Majaji. Nah demikianlah kanda, nama-namanya.


9. Tetapi buktinya belum mengetahui, karena sungguh mustahil sekali, ada nama tanpa rupa, semoga kanda ridho menjawabnya, dapat menerangkannya lagi, barangnya yang demikian itu, dinda sangat penasaran bila kenyataannya belum terbukti, karena salah bila mengaji hanya kepada namanya saja.


10. Disebabkan ada dalilnya, di dalam Al-Qur’an telah diketahui, Wa’asmaihi Ta’ala abadan bi kufro, artinya itu dalil, sabdanya Nabi Muhammad s.a.w Barang siapa manusia yang mangaji asmanya belaka, tetap kafir bila tidak bertemu barangnya.


11. Berkata kakaknya tepat sekali, mengaji itu harus bertemu barangnya, yaitu ‘aen buktinya, kalau asma saja, yang begitu bukan mengaji, namanya membaca saja, membaca buktinya huruf tulisan Al-Qur’an dan Hadis, tidak ingat untuk menghayati dalil Al-Qur’an Menerangkan : I. Muhammad Haq II. Muhammad Hakekat III. Muhammad Harid IV. Muhammad Majaji


12. Beginilah masalahnya, barang yang empat rupa itu, pertama yang disebut dengan Muhammad Haq itu adalah Dat Sifat Allah Ta’ala, rupanya terang benderang, yaitu “Sagara Hirup” (Samudera Kehidupan), bibit dari pada Nyawa sekalian, itulah barangnya dinda, oleh dinda juga mungkin telah diketemukan


13. Berkata adiknya, itukah gerangan Muhammad Haq telah jelas, tentu saja hal itu telah dinda pelajari sejak dahulu, sekarang baru mengerti, terima kasih kanda, jelas nama dan buktinya, tidak akan salah lagi, tinggal itu yang nomor duanya


14. yang disebut Muhammad Hakekat tadi, apakah itu sifatnya, kakaknya berkata lagi, pasal Muhammad Hakekat yakni yang empat itulah, sorotnya dari Dat sifat muncul cahaya empat macam, jelasnya yang disebut Narun


15. cahaya merah sifatnya, yang kedua disebut Hawaun, cahaya kuning itu jelas, sedangkan yang ketiganya cahaya putih namanya Maun, ke empat yang hitam cahayanya, Turobun namanya pasti, kan jelas menjadi lapad Muhammad


16. Yang merah menjadi huruf Mim Awal, yang kuning huruf He pasti, sedangkan yang ketiganya, cahaya yang putih bersih ya jadi huruf Mim Akhir, ke empatnya disebut cahaya yang hitam nyata, yaitu hurup Dal pasti, jadi jelas merupakan lapad Mim He Mim Dal


17. Nah itulah yang disebut Hakekat, berkata adiknya, terima kasih kanda, sekarang dinda mengerti, benar-benar percaya dan yakin, oleh dinda sudah dapat dimengerti Muhammad Hekekat itu, itulah barangnya pasti, tinggal itu Muhammad yang ketiganya.


18. Muhammad Harid nyatanya, kata kakaknya bila belum mengerti kenyataan Muhammad Harid yaitu Rasa Pribadi, ya inilah Rasa Jasmani, itulah sifatnya pasti, jawab adiknya, terima kasih kanda, Muhammad Harid telah terbuki, tinggal itu Muhammad Majaji


19. Berkata kakaknya kalau itu yang disebut oleh dinda, Muhammad Majaji itu ya inilah rupa jasmani, Mim Awal adalah kepala, dinda, He itu dada sudah pasti, Mim akhir pusar kita, Dal itu kaki sudah pasti, kan jelas itu adalah Mim He Mim Dal


20. Jadi bunyinya Muhammad, berkata adiknya, dapat dimengerti, namun ada sedikit lagi yang ingin ditanyakan, yaitu Kang Jeng Muhammad Rosululloh, yang bersemayam di madinah, apa disebutnya lagi, jawab kakaknya itu adalah Muhammad pangkat.


21. Pangkat Nabi Rosululloh, utusan Yang Maha Suci, yakni yang menggelarkan Agama, Sareat Tarekat lagi, Hakekat Ma’rifat Dinda, supaya manusia bisa sempurna, selamat dunia dan akherat dan supaya mengetahui lagi dan percaya adanya Allah Ta’ala


22. Sebab Nabi Muhammad itu mendapat anugrah Ma’rifat Jati, Ma’rifat kepada Allah Ta’ala, kepada Dat Sifat Yang Maha Suci, sebab bisa Mi’raj, dinda. Sedangkan Rosul-rosul yang lain tidak kebagian Ma’rifat, umatnya begitu juga, sedangkan Nabi Muhammad terus kepada umat-umatnya.


23. Sebab ada wakil-wakilnya yaitu para wali, Wali Kutub disebutnya, yaitu Kang Jeng Syech Abdul Qodir yang memulainya dinda, Tarekat Ma’rifat muncul, dialah permulaannya, datangnya dari Kang Jeng Nabi, akhirnya sampai kepada Gusti Syarief Hidayatullah


24. Selanjutnya kepada Wali Songo di Cirebon yang terbukti, nah dari sana terus menyebar sampai sekarang pasti, barang siapa yang dibarengi oleh pertolongan Yang Maha Agung, sudah pasti akan menerima, menerima Tarekatnya ilmu, yaitu Tarekat Ma’rifat


25. yaitu jalan Tarekat, bekas para wali yang tadi, dan dengan dibarengi oleh pertolongan Yang Maha Suci. Makanya janganlah suka mungkir, bahwa ilmu Wali tidak akan pernah tersusul, malas mencarinya, kan tadi Yang Maha Suci, Sifat Rohman, yang maha Pemurah di dunia.


26. Masa iya bila bulat tekad, terus menerus memohon kepada Allah, dibarengi dengan palaksanaannya, dibelinya dengan keprihatinan, mustahil tidak tercapai lho kalau begitu palsu, dimana letaknya Maha Pemurah di dunia, tidak cocok dengan Dalil, padahal Dalil sangat Wajib dipercaya.


27. Sebab itu adalah petunjuk jalan, makanya Allah Ta’ala menurunkan Ayat-Ayat Al-Qur’an, wajib diketemui di alam lahir (di dunia), isi Al-Qur’an harus ditelusuri, jangan hanya tulisannya saja, itu adalah Firman Allah Ta’ala Yang Maha Suci, Wajib ditelusuri Dat yang memfirmankannya


28. Sebab sebutan Allah sesungguhnya nama Tuhan, setiap-tiap ada nama tentu menunjukkan bukti, dari Dat Sifatnya pasti, tetapi Dat Sifat Yang Maha Agung, sangat Go’ib adanya, tidak boleh kelihatan, oleh mata kepala yang nyata,


29. Boleh juga bila dengan Mata Rasa, Hakekat Nabi, yang menyampaikan kepada Dat, Sifatnya Yang Maha Suci, sedangkan yang menyampaikan pasti, kepada Sifatnya Yang Maha Agung, yaitu oleh Asma, kan awalnya juga dinda, pertama yaitu Dat yang disebut.


30. Keduanya kepada Sifat, ketiganya Asma yang sudah diketahui, itu dari atas ke bawah, sekarang harus dibalik, kalau ingin tercapai harus dari bawah ke atas, harus dari Asma dahulu, naik lagi kepada Sifat, tinggal terus kepada Dat naiknya lagi.


31. atau Allah Muhammad, Adam yang belakangan, tadi dari atas ke bawah, sekarang harus dibalik, dari bawah ke atas lagi, Adam mula-mula disebut naiknya ke Muhammad terus ke Allah sampai tercapai, gampangnya Adam Muhammad Allah


32. Malahan bukti di manusia, makanya bisa hidup di alam dunia, yaitu ketiga sebutan, Hidup Rasa Wujud pasti. Hidup kenyataan Allah, Rasa kenyataannya tentu, yaitu Muhammad, Wujud kenyataan pasti, yaitu kenyataan Adam.


33. Tuh kan begitu sudah nyata, gamblangnya begitu dinda, jadi kalau ingin mengetahui, kepada Allah Yang Maha Suci, harus lebih dahulu ditelusuri, Muhammad yang terlebih dahulu, tetapi dinda, hakekatnya saja, karena sudah terbukti majajinya telah wafat, makamnya di Madinah. Menerangkan : NAKTUNYA MADINAH


34. Silahkan dinda pikirkan, mengapa makamnya Kang Jeng Nabi disebut di Madinah, sekarang pikirkan oleh dinda, Madinah itu apa dinda, ada artinya tentu, harus diketemukan sejatinya, baru kemudian akan ketemu, dengan Kang Jeng Nabi Muhammad bertemu


35. Berkata adiknya, bingung kanda, oleh dinda belum dapat dimengerti, bingung memikirkannya, bisa botak kepala dinda bila terlalu ngotot memikirkannya, sekarang silahkan saja kanda terangkan sekalian, takut dinda berubah pikiran.


36. Kakaknya lalu menjawab, baiklah, begini kalau dinda masih belum mengerti, belum terpikir oleh dinda, sekarang telusuri, Naktunya (hitungannya) aksara MADINAH yang disebut tadi, silahkan dinda perhatikan naktunya satu perastu, aksara MA naktunya adalah enam belas (16).


37. sedang yang ke duanya aksara DI itu pasti, enam (6) naktunya tidak salah, yang ketiganya dinda, aksara NAH itu pasti, naktunya adalah dua (2) tentu, marilah sekarang kita hitung, enam belas yang pertama, disatukan dengan enam yang ke dua


38. Jadi dua puluh dua (22), silahkan jumlahkan lagi dinda, dengan yang ketiganya, yakni dua yang tadi, silahkan hitung oleh dinda, jumlahnya berapa naktu, dinda. Berkata adiknya, kalau tidak salah, dua puluh empat (24) biji. Berkata kakaknya itu bagaimana surupnya


39. Adiknya tidak menjawab, membungkam tidak bersuara, lama kelamaan lalu menjawab Aduh kanda belum mengerti, dinda merasa gelap sangat, tidak tahu sama sekali, tentang naktu yang sekian itu, tidak tau surupnya (masuknya) kemana, kakaknya berkata lagi, pasal itu naktu dua puluh empat (24).


40. Itu adalah huruf syahadat, kalau dinda belum mengerti, silahkan saja dinda hitung, hurufnya dua kalimah syahadat, berapa huruf bunyinya, coba silahkan perhatikan akan dihitung, nah ini nanti di bawah akan dibeberkan sekalian, supaya dinda bisa mengerti.




Menerangkan :


HURUFNYA SYAHADAT YANG HIDUPNYA


As  =1,
ha   =2,
du   =3,
an   =4,
la    =5,
il     =6
lah  =7,
ha   =8,
il     =9,
lo    =10,
loh  =11,
Wa =12
As  =13,
ha   =14,
du   =15,
an   =16,
na   =17,
Mu =18,
ham=19,
mad=20,
ra    =21,
sul   =22,
lul    =23,
loh   =24.


41. Itu dinda berapakah, hurufnya dua kalimah syahadat, adiknya lalu menjawab dua puluh empat biji, kakaknya berkata lagi, tuh kan dinda, Madinah itu menjadi hurup, huruf kalimah syahadat, jelasnya Asma Allah Ta’ala, coba susul Jati Jatining Syahadat


42. Supaya Datnya sah, makanya harus ditelusuri, yaitu Dat Sifat Allah, sedangkan dapatnya pasti, oleh hukum akal dinda, biar merasa hilang wujud, yaitu badannya badan wujud jasmani, yaitu yang disebut Adam


43. Bilamana telah hilang Adam, tidak merasa punya diri, barulah akan bisa bertemu Hakekat Muhammad Nabi, setiap-tiap bisa menjumpai Hakekat Muhammad Rasul, pasti bisa Ma’rifat kepada Dat Sifatnya Allah, sebab itu rasul yang menyampaikannya


44. Berkata adiknya, terima kasih kanda, sekarang mengerti, semua petunjuk kanda pada dinda, namun dinda ingin bertanya lagi, ada yang belum dipahami, dinda sangat bingung, tetap saja belum terpikir, di dalam masalah Rukun Agama, belum mengetahui


45. Ada beberapa perkara dan apakah pula namanya, mana mungkin tidak ada, kan Islam juga bukti ada rukunnya juga, lima itulah yang sudah umum, walaupun Iman juga ada, rukunnya enam perkara, Agama juga masa iya, tidak ada rukunnya.


46. kan begini disebutnya, biasanya oleh orang, rukun yang dahulu disebut terus Agama pasti, Islam disebut belakangan, lumrah yang menyebut demikian, kan Rukun Agama yang lebih dahulu disebutnya, setelah beres, ya Rukun Agama Islam


47. Tidak lumrah yang menyebut, dan tidak pantas pula, bilamana kita menyebutnya, dibalikkan umpamanya, Rukun Islam Agama, mungkin tidak enak pasti, karena begitulah pantasnya, lumrah semua orang, pantasnya Rukun Agama Islam


48. jadi kalau demikian kita, ibadah sudah pasti ada yang dilewatkan, yaitu Rukun Agama, oleh kita tidak dicari, tetapi langsung saja kepada Rukun, yaitu Rukun Islam, dikerjakan siang malam, tetapi itu Rukun Agama dilewatkan.


49. Kalau menurut pendapat dinda, menurutkan sebutannya tadi, yaitu Rukun Agama, yang harus lebih dahulu dicari, setelah ketemu terus menjalankan Rukun yaitu Rukun Islam, yang lima perkara, syahadat sholat puasa zakat dan hajinya Menerangkan :




RUKUN AGAMA


50. Kakaknya lalu menjawab, ya tentu saja dinda, yang wajib lebih dahulu ketemu Rukun Agama sudah pasti, oleh kita harus ketemu, kemudian menjalankan Rukun yaitu Rukun Islam, Islamnya sudah ketemu, ketemunya tentu oleh rukun Agama






A S M A R A N D A N A




51. kan keterangannya juga dinda, Iman Tohid Ma’rifat Islam, jadi begitu Dalilnya juga, Islam sudah sangat jelas, setelahnya Ma’rifat, jalannya Ma’rifat harus, yakni oleh Tohid itu.


52. Sedangkan artinya Tohid, sunguh-sungguh dan khusu’ tekadnya ya suhud di dalam mencarinya, dengan hati ikhlas tanpa pamrih, mencari jalan Ma’rifat, dikarenakan sungguh-sungguhnya pasti, berasal dari Iman itu


53. jelasnya dari Eling (ingat), Eling takut akan Neraka, Neraka di alam Baqa (kekal), yang kekal tiada akhirnya, asalnya rasa takut itu, dari Al-Qur’an dan Hadis, yang menerangkan tentang di akherat kelak


54. Petunjuk jalan itu Hadis, keselamatan manusia, di dunia akheratnya juga, kan bukti di dunianya juga, kalau seseorang tidak beragama, disebabkan tidak mau bergaul dengan ahli agama.


55. Tidak mendengarkan Dalil Hadis, menjadi buta dan tuli, tidak mengetahui kepada akhir, bahwasannya ada Surga dan Neraka, jadi sudah sangat pasti, tidak ada rasa takut, karena tidak mendengar khabar


56. oleh karenanya manusia wajib, berkeinginan mengaji Kitab Al-Qur’an, supaya ada rasa takut, kalau sudah ada rasa takut setidaknya, tidak akan semena-mena, perbuatan buruk tidak diumbar, karena terkurung oleh rasa takutnya tadi.


57. Adiknya berkata lagi, pasal itu sudah dapat dimengerti, silahkan saja masalah yang tadi itu, oleh kanda cepat diterangkan, tentang Rukun Agama itu, karena sesungguhnya Rukun Islam semuanya sudah mengerti.


58. kakaknya menjawab lagi, kalau dinda belum mengerti, pada Rukun Agama itu, ada empat perkara, pertama Sareat, kedua Hakekat


59. Ke tiga Tarekat dan ke empatnya Ma’rifat, begitulah keterangannya dinda, berkata adiknya, kan semua itu sudah dijalani, pada waktu sembahyang cukup, sareatnya, Hakekatnya.


60. Tarekat Ma’rifat lagi, sudah menjadi satu di sana, kakaknya lalu menjawab, itu juga benar menjadi satunya (berkumpulnya) yang empat perkara, Sareat, Hakekat begitu juga, Tarekat dan Ma’rifat


61. hanya kanda ingin bertanya, Ma’rifat dinda pada waktu itu sudah melihat apa, pada waktu sembahyang tadi sudah mengaku Ma’rifat, jelasnya sudah mengetahui begitu, mengetahui kepada apa


62. Apa melihat kepada Tuhan, oleh penglihatan mata kepala, Mu’tajilah kalau begitu, adiknya lalu menjawab, bukan melihat Gusti Allah, dinda berkata demikian juga, mengetahui kepada cara-cara pelaksanaannya


63. Cara-cara pelaksanaannya menyembah kepada Allah, kan dinda sudah Ma’rifat jelasnya sudah mengetahui, sembahyang subuh itu mengetahui, dua rokaat, bacaannya juga begitu, sudah mengetahui sebelum melaksanakan


64. Begitu juga waktu lohor, dinda sudah Ma’rifat, mengetahui rokaat sholat lohor yaitu empat rokaat, begitu juga ushollinya, itu seterusnya begitu, sampai ke waktu Isya


65. Tarekatnya kan bukti, mengerjakan pada waktunya, berdiri-ruku’-sujudnya juga berkata kakaknya, kalau demikian itu bukan Ma’rifat kepada Allah, tetapi Ma’rifat kepada cara menyembahnya saja, karena itu adalah Rukun Islam


66. Bukan rukun Agama, kalau Rukun Agama itu yang membuktikan secara ‘aen, ‘aen (tahu) kepada yang disembahnya, untuk keyakinan kita, Agama Yang Maha Agung dan untuk mengesahkan Ibadah


67. Beginilah artinya Agama, tepatnya adalah Hidup, sebab kalau tidak ada Hidup, tidak akan ada nama Agama, Islam juga tidak ada, apalagi Rukun-rukun, sudah tentu tidak akan ada


68. Jadi sifat hidup itu, ya sejatining Agama, atau sifatnya Ilmu, makanya jelas bila kita menuntut ilmu harus sampai kepada yang sejelas-jelasnya, sampai kepada ‘aenal yaqin, sifat Agama kesusul (tercapai), jangan hanya dikira-kira.


69. Ketemunya itu dinda, yaitu dengan Rukun, oleh Rukun Agama tentu, Sareatnya Hakekatnya Tarekatnya dan Ma’rifatnya pada bagian Bab Ilmu, bukan bagian Ibadah


70. Kalau di dalam sembahyang, Ma’rifat pelaksanaan Ibadah, hasil menyontek dari kitab, walaupun di dalam segala bidang, tetap yang empat itu, Sareat Hakekat Tarekat dan Ma’rifat


71. Umpama hendak membuat kursi, niat dulu permulaannya, sedangkan niat itu sudah pasti, jelasnya itu Hakekat, sedangkan Hakekat asalnya, berasal dari Ma’rifat sudah pasti, ya dari pengetahuan itulah


72. Sebab tadi sudah diketahui, sudah tahu dan bisanya untuk membuat kursi itu, terus ditarekatkan, sampa kepada Nyareatnya, sifatnya jelas mengrupa (berwujud/ada), bentuk kursi tidak salah


73. kan ini sedang ngilmu, jelasnya sedang mencari, Ma’rifatnya kepada Allah, ya itu kepada Dat Sifatnya Allah Ta’ala, yaitu wujudnya ilmu, atau Jati Agama (Jiwa Agama)


74. Sudah pasti cara mendapatkannya dinda, harus dengan Rukun Agama, Sareat Hakekat tentu, Tarekat dan Ma’rifat, tetapi yang sejatinya, pada bagian Bab Ilmu Rasa yang menerimanya


75. jalannya oleh rukun tadi, yang empat perkara, yang ada di badan pribadi, pokok Sareat Hakekat Tarekat dan Ma’rifat, yang ada pada wujud, di dalam badan kita


76. Adiknya lalu berkata, dapat dimengerti kalau begitu, nama Rukun Agama itu, bagian ilmu adanya, untuk menyusul wujud Agama, yaitu sifatnya Hidup, yang meliputi semuanya


77. Namun permintaan dinda, silahkan kanda jelaskan, kasihanilah pada yang bodoh ini, karena tidak terpahami itu perkara yang empat perkara, buktinya di dalam wujud, apa nyatanya Sareat


78. Hakekat begitu juga, nyatanya di badan kita, Tarekat Ma’rifat juga, dinda belum mengetahui, apa barang-barangnya. Kakaknya lalu menjawab, beginilah dinda, bila dinda belum mengerti


79. Kalau Sareat itu dinda, pokok-pokoknya adalah mulut, jalan ucapan sudah pasti tuh mulut kita itu adalah Sejatinya Sareat, kan pengucap itu sudah pasti yang membuktikan semua


80. Keramaian alam lahir (dunia) semua bentuk yang ada, bibitnya dari ucapan, silahkan dinda pikirkan, ini kemajuan kota Bandung, gedung-gedungnya yang sangat semarak


81. Model dari gedung macam-macam, berlomba keindahan bangunan, yang membuat itu gedung bahwa terbuktinya tidak salah, pokoknya dari ucapan, yang menyatakan maksud (keinginan), masa iya tidak terpikir?


82. Walaupun ada niat di hati dinda, bahan-bahan sudah sedia, tidak akan jadi, apabila tidak diucapkan, diam seribu bahasa, adiknya lalu menjawab, sebenarnyalah hal itu demikian, duh kanda terasa sekali


83. Pokok Sareat pasti, tidak salah lagi pengucap. Itulah sejatinya, pantas saja kata setiap kitab, kalau yang mengaji Hakekat tidak dengan Sareat bagitu, batal disebut Hadis


84. Sekarang dinda mengerti, batalnya terasa sekali, sebab artinya batal itu, tidak juga (gagal), kan nyatanya Hakekat adalah kretegnya hati, niat segala perkara


85. Pantas saja kemarin dinda, ada kreteg hati, terlintas niat ingin ke pasar, maksudnya yaitu ingin membeli bako (bahan-bahan rokok), ketika tiba di pasar, berdiri didepan sebuah toko cina, kok cina itu tidak cepat-cepat melayani, membeli bako tersebut


86. sampai lama dinda berdiri di depannya, disebabkan karena dinda tidak berbicara (tidak mengucap), tetap saja tuh cina tidak mau melayani, walaupun di dalam hati dinda, bicara terus dalam hati, ‘bah beli bako yang enak!


87. barulah setelah dinda ucapkan, bicara babah, saya beli bako, oleh orang cina itu langsung saja diberi, tidak lama lagi menunggu. Benar kalau mengaji Hakekat, tidak memakai Sareat, lacur tidak akan jadi maksud kita


88. Pasal tersebut langsung saja dapat dimengerti, tegesnya pokoknya Sareat, pengucap tidak salah lagi, yang ada di badan kita, sekarang yang keduanya, Hakekat yang disebut, apa kenyataannya di badan kita


89. Kakaknya berkata kembali, begini dinda, bila belum mengerti, Hakekatnya sudah pasti, nyatanya penciuman, yang ada di wujud kita, dengan yang terdahulu beginilah keterangannya


90. Seumpama ingin makan bistiek, sebelum terasa oleh mulut, penciuman yang lebih dahulu merasakan, Hekekat pada hakekat, sebab Hakekat itu ada, ada tetapi tanpa wujud, sebab dari wangi bistiek itu


91. Wanginya tidak ada rupa, begitu juga penciuman, tidak ada rupanya pasti, sedangkan buktinya adalah sifatnya bistiek itu, bagian penglihatan pasti, yang menunjukan sifatnya


92. Adiknya tersenyum manis, duh kanda terasa sekali, tidak salah itu, ucapan kanda, tidak keliru dengan barangnya, terima kasih, Alhamdulillah dinda sudah dapat mengerti, sekarang yang ketiga, Tarekat apa kenyataannya.


93. Berkata kakaknya Tarekat itu dinda, nyatanya pendengaran kita, selamanya juga bekerja, tidak ada berhentinya sama sekali, ketika sedang bangun (tidak tidur/sadar-red). Suara apa juga kumpul, pendengaran yang menerima.


94. Adiknya berkata lagi, ternyata tarasa sekali itu kenyataan Tarekat, nyatanya badan kita, tidak akan salah lagi kanda, sekarang, silahkan katakan, Ma’rifat yang ke empat


95. Berkata kakaknya, kalau tidak mengerti nyatanya Ma’rifat di dalam diri kita yaitu penglihatan, sifatnya mata yang nyata, segala sifat juga, mata yang mengesahkannya


96. Sifat-sifat yang ada di dunia berkumpul pada penglihatan, makanya disebut penutup pengetahuan, baru sah pengetahuannya, semua khabar-khabar, keterangan-keterangan ternyata, ditemukan dengan buktinya


97. bathin juga sama, tidak akan berbeda, pokoknya oleh itu saja, ya itulah semuanya, yang bernama Rukun Agama, atau Rukun Ilmu untuk mengetahui Agama


98. Agama yang sejati, yaitu sifatnya hidup kita, bilamana sudah mengetahui pada sejatinya Agama, ya Islam itu namanya, sesudah Islam harus tekun menjalani dengan rukunnya


99. yaitu lima perkara, pertama membaca dua kalimah syahadat, ke duanya Sholat lima waktu, ketiganya harus zakat, ke empatnya harus puasa, dan ke limanya perlu haji jika mampu dan tercukupi syaratnya


100. Adiknya menjawab lagi, terima kasih sudah dapat dipahami, masalah Rukun Agama itu, yang ada di wujud kita, yaitu yang empat perkara itu, Sareat, Hakekat, Tarekat dan Ma’rifat


101. hanya masih ada sedikit yang belum terasa, dinda masih saja bingung, pada perkataan Rukun, Rukun itu apa artinya, berkata kakaknya, nama rukun itu bareng tidak pilih waktu


102. Kata peribahasa orang tua kita, kepada kita sering memberi nasehat, wahai anak-anakku sekalian, jika nanti bapak sudah tiada, harus turut nasehat Bapak, dengan saudara harus rukun, jangan suka saling bermusuhan (bertentangan)


103. Berdiri sama tinggi, duduk sama rendah Berat sama dipikul, ringan sama di jinjing Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh Begitulah kata peribahasa, supaya kalian hidup berbahagia, jika bersatu padu dengan saudara, niscaya selamat dunia dan akherat


104. Adiknya lalu bekata, betul kanda, dinda sering mendengar nasihat orang tua yang seperti itu, namun bagaimanakah dengan itu, berkumpulnya yang empat perkara, Rukun penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengucap.


105. karena ketika sedang begini, ini yang empat perkara, kerjanya yang terasa masih juga pilih waktu, tidak bareng kerjanya sekaligus, pengucap, pendengaran, penciuman, apalagi penglihatan


106. Tidak mengikuti peribahasa tadi, ini harus bersama-sama, gotong royong yaitu berat sama dipikul ringan ringan sama dijinjing, berdiri sama tinggi duduk sama rendah, begitu katanya yang namanya rukun, kalau demikian bagaimana barengnya


107. Kakaknya berkata lagi, masa iya belum dapat dimengerti, mungkin oleh dinda terasa, dimana waktu sedang sholat, sholat sejatinya itu, ketika bersatunya Napi-Isbat, menerapkan Tasjid Muhammad


108. Bertemunya dua kalimah, huruf Ta’udz dengan Bismillah, sedang berlindung kepada Allah Yang Maha Suci, kan di situlah barengnya yang empat perkara bersatunya, musnahnya dunia dan wujud, ditemukan wujud Agama


109. Baru Islam kalau sudah ketemu, pada sejatinya Agama, yaitu hidup kita itu, makanya wajib sekali tahu sejatinya Agama, supaya sah Ibadahnya, tahu kepada asal muasal Rukun Islam


110. Adiknya tersenyum manis, duh kanda terasa sekali, ya di situlah barengnya itu, peribahasa tadi itu jadi mengena, berdiri sama tinggi, duduk sama rendah, berat sama dipikul ringan sama dijinjing, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh


111. sekarang baru dimengerti, nasihat orang tua dahulu, ternyata ada hakekatnya harus rukun itu nyata, yang empat di badan kita, nama saudara yang sebenarnya, empat ke lima pancernya (pusatnya)


112. Sekarang ingin bertanya kembali, ada yang belum dipahami, bahwa di dalam Hadis tertulis ada bahasa empat rupa, namanya Dalil, Hadis, Ijma dan Kias, itu bagaimana artinya?


Menerangkan :


DALIL, HADIS, IJMA DAN KIAS




113. Kemudian kakak berkata kepada adiknya, pasal itu yang empat bahasa beginilah pengertiannya, artinya Dalil itu dinda, adalah firmannya Yang Maha Suci, yaitu Al-Qur’an buktinya, makanya harus wajib percaya kepada Al-Qur’an kalau tidak percaya itu kufur-kufir namanya, bahan Neraka Jahannam


114. Kalau Hadis adalah perkataan Nabi, yaitu Rasul-rasul itu, utusan Allah Ta’ala, itu wajib di turuti, sedangkan yang ke tiganya yang namanya Ijma itu kalau belum mengerti, yaitu perkataannya para Wali dan Muslimin lagi, itu juga wajib dipercaya


115. Sedangkan Kias tidak salah lagi, artinya akal sejelasnya, untuk mengakali sudah pasti, mengakali tadi yang tiga, Dalil Hadis Ijma pasti, supaya bisa terasa, makna Dalil begitu juga Hadis dan Ijma, karena itu adalah bahan pemikiran juga, supaya nyata dengan barangnya


116. Sebab, coba pikir oleh dinda, segala persoalan jika tidak memakai akal pasti tidak akan jadi, contohnya saja sudah pasti, segala keramaian alam dunia ini, segalanya hasil karya manusia sudah semakin maju, sekarang telah terbukti, pembuatan pesawat-pesawat terbang, pesawat-pesawat luar angkasa, Mobil-mobil, Kereta Api, bahkan segala sesuatu penemuan baru terjadi pasti oleh Akal.


117. Makanya ngilmu juga dinda, kalau menuntut ilmu untuk kebathinan, kelanggengan alam baqo, jangan diam saja pada Asma belaka, tepatnya pada perkataan, kan Asma itu hanyalah petunjuk, walaupun Dalil Hadis Ijma juga, semua itu juga petunjuk tidak salah lagi, petunjuk jalan untuk kembali


118. dan petunjuk kepada manusia, untuk kita hidup di dunia ini, harus mau melaksanakan Ibadah, kepada Tuhan Yang Maha Agung, dibarengi dengan sahnya pula, yaitu sahnya Ibadah harus Ma’rifat kepada Dat Sifatnya Allah Ta’ala yaitu tempat penyimpanan amal Ibadah kita


119. Jangan diam di Asma belaka, atau tetap diam di Pal petunjuk, kalau begitu sudah pasti tidak akan sampai ke tempat yang dituju, yaitu ke tempat asal tadi, karena tidak dijalani Jalannya, diam saja mematung, yaitu di tempat penunjukan, yang ditunjuk tidak dikejar, dicari, kalau demikian pasti tidak akan sampai


120. Perumpamaannya bila dinda ingin tahu kesatu Kota, misalnya saja Kota Jakarta, ketika dinda sampai di daerah Bandung, lalu dinda melihat, suatu jalan perempatan melihat suatu tiang yang berdiri tegak, suatu pilar yang terbuat dari papan, di atas papan itu ada tulisan Jakarta, ditunjuk oleh gambar tangan


121. Jari menunjuk ke tulisan Jakarta, baik ke arah barat, ke utara, ke timur, atau ke selatan, kemudian dinda diam saja di bawah papan petunjuk tadi, bila demikian itu apakah kira-kira dinda akan sampai ke Jakarta, berkata adiknya, jelas tidak akan, karena diam di situ saja tidak maju lagi, apa lagi sampa ke jakarta


122. Jalannya saja tidak di jalani, yang diberi petunjuk oleh gambar tadi, bagaimana bisa mengetahui bila betah di Pal penunjuk hurupnya Asma Jakarta. Nah itulah, berkata kakaknya, yang mengaji Asma saja tidak akan mengatahi Dat yang diasmakan, bila demikian mengajinya tidak akan tuntas, dikarenakan kurang sempurna


123. Pal petunjuk ibaratnya Dalil, Kitab Al-Qur’an tepatnya, petunjuk jalan yang sebenarnya, makanya kita itu harus menjalankan hukum Kias, bagaimana Akalnya, Tarekatnya Ilmu, supaya kita dapat datang ke Jakarta sampai A’enal Yaqin, tidak mengandalkan berita saja.


124. Bila sudah berada di Pal petunjuk tadi, tinggal mencari akalnya, supaya cepat sampainya, apakah mau jalan kaki, atau mau mengendarai mobil, kereta api atau kapal udara, karena semua itu sudah pasti ada, kendaraan-kendaraan itu mengibaratkan Tarekatnya Ilmu, kan tadi juga Tarekatnya itu banyak


125. Qodariyah, Sathariyah, Anpasiyah dan Muhammadiyah, Jujiyah, dan Hakmaliyah, tinggal memilih saja mana yang akan cepat sampainya, yang paling dahulu datang, bisa Ma’rifat kepada Dat Sifatnya Allah Ta’ala, “Sagara Hirup” tujuh lapis langit dan bumi, yakni yang disebut Johar Awal itu.


126. Bila memakai akal dinda, yakni memilih kendaraan mana yang cepat sampainya saja, harus cepat-cepat dan segera, takut terburu ajal tiba, majukan hukum akal, biarpun agak sukar, cepat beli dengan Tarekat, cepat tercapai itu tidak salah harus dengan prihatin, makan dan tidur dikurangi


127. Raden Muslimat kepada kakaknya berkata, terima kasih kanda, beribu-ribu terima kasih, dinda haturkan, dinda terima nasihat kanda, cukup perihal yang itu, meresap kedalam hati sanubari, dinda, tetapi sekarang ingin ganti pasal, yang belum dinda pahami, yaitu ingin bertanya tentang Rukun Islam, apakah tidak ada rangkapannya lagi, Sareatnya Hakekatnya Tarekatnya dan juga Ma’rifatnya.


Menerangkan :


SAREAT HAKEKAT TAREKAT DAN MA’RIFAT PADA SYAHADAT




128. Berkata kakaknya, tentu saja ada dinda, Rukun Islam yang kelima perkara, di dalam satu perkara masing-masing empat, sudah pasti, seperti di dalam syahadat, empat pangkat tentu, ada Sareat Hakekat Tarekat begitu juga Ma’rifatnya, sholat juga empat perkara


129. sudah pasti empat lagi dinda, ada Sareat Hakekat Tarekat begitu pula ada Ma’rifatnya sudah pasti, selanjutnya begitu juga lagi, jakat puasa hajinya, empat-empat begitu. Berkata adiknya, kalau begitu, silahkan kanda terangkan satu persatu, karena dinda belum tahu sama sekali


130. Kata kakaknya, begini kalau belum mengerti, Sareatnya syahadat itu adalah mengucap dua kalimah syahadat, yaitu Ashadu anla ilaha Ilalloh, kemudian Wa ashadu anna Muhammad Rasululloh, itu syahadat Sareat, Hakekatnya nama syahadat itu dinda, tegasnya hidup


131. Tarekatnya syahadat, pada waktu sholat sejati, sedang Tajali kepada Dat Yang Maha Suci, Ma’rifatnya harus, harus dapat merasakan keangliputi, yang mencorong lintang Johar, terang benderang, yait Dat Sifatnya Allah Ta’ala. Berkata adiknya, aduh kanda penting sangat itu perkataan kanda


132. Berkata kakaknya, salah kamu sendiri dinda bertanya sampai kesana, kalau kanda sih, tidak lain hanya karena malau Kepada Tuhan Yang Maha Agung, bilamana kanda menyembunyikan ilmu, karena ada hukumnya, bila merahasiakan, apalagi bila ada yang bertanya, sangat tidak baik lagi kanda disebutnya, bila sengaja menyembunyikan, apalagi kepada saudara sendiri dan seihwan


133. Namun demikian ada pula yang harus disembunyikan, perkara yang tidak boleh diterangkan kepada orang lain, orang lain yang tidak seichwan begitu, yaitu Tarekatnya Ilmu, sebab itu adalah titipan Nabi, Wali begitu, sebab kalau sembarangan, diterangkan kepada orang yang lain-lain, durhaka dunia akherat


134. serta bisa menyebabkan putus Iman pasti, Allah Ta’ala tidak akan mau menerima Ibadahnya, walaupun rajin, dilaknat sudah pasti, disamakan dengan Idajil, sebagaimana mujinya kepada Allah Yang Maha Agung, tetap tidak akan diampuni, tetap saja untuk Isi Neraka, Jamhir abadi tidak ada putus-putusnya


135. Berkata Adiknya, ayolah kanda, teruskan lagi, terangkan semuanya, Rukun yang keduanya, yaitu sholat, apa Sareatnya lagi, Hakekat dan Tarekatnya, begitu pula Ma’rifatnya, kakaknya lalau menjawab, beginilah dinda, bila belum mengerti tentang Sareatnya sholat itu.


Menerangkan :


SAREAT HAKEKAT TAREKAT DAN MA’RIFAT PADA SHOLAT (SEMBAHYANG)


136. Sareatnya sholat itu dinda, yaitu berdiri-ruku’-sujud-duduk bukti, Aen, sedangkan Hakekatnya pasti, Alip Lam Lam He sudah pasti, yaitu lapad Allah. Tidak salah begitu, sedangkan Tarekatnya sholat, tetap saja sedang dalam sholat sejati, Tajalinya Datul Mutlak


137. Ma’rifatnya harus dapat menemukan, dengan Nur Muhammad, kepada cahaya empat harus ‘aen, Nurun Maun Hawaun, ke empatnya Turobun, yaitu yang namanya sholat sebelum Awang Uwung. Nah itulah yang sudah ada, makanya sembahyang itu wajib, sebab asal dari pada sholat


138. Berkata adiknya, terima kasih sudah dapat dipahami, di dalam pasal sholat itu, sekarang yang ketiganya, Zakat yang sudah termashur, apakah Sareatnya Lagi, Hakekat Tarekatnya, Ma’rifatnya juga, silahkan kanda lanjutkan, saking nikmat terasa yang kanda terangkan, sampai lupa makan.




Menerangkan :


SAREAT HAKEKAT TAREKAT DAN MA’RIFAT




PADA ZAKAT




139. Berkata kakaknya, dinda kalau belum mengerti, Rukun Islam yang ketiga yaitu Zakat, akan diterangkan, Sareatnya sudah umum, zakat padi atau uang, diterimanya oleh fakir miskin begitu, Hakekatnya jangan salah harus juga kita menjakatkan diri kepada Allah Yang Maha Suci


140. Tarekatnya, ya harus Tajali, Ma’rifatnya harus bisa merasa, hilangnya semua jasmani, pertanda diterimanya oleh Tuhan Yang Maha Suci, nah demikianlah sahnya zakat itu, jangan sampai keliru, masukkanlah ke dalam hati sanubari, supaya dinda bisa Tohid, pasal di dalam sahnya zakat.


Menerangkan :


SAREAT HAKEKAT TAREKAT DAN MA’RIFAT




PADA PUASA




141. Pasal puasa yang ke empat itu, Sareatnya kan sudah pasti, pada bulan Ramadhan tentu, tiga puluh hari tutup, Hakekatnya adalah pasti, harus menahan hawa napsu, jangan sampai dituruti, akibatnya bisa celaka, Tarekat nya harus “berkumpul” di dalam Tajali, sedangkan Ma’rifatnya


142. Harus dapat menemukan Ramadhannya, yaitu melihatnya bagaikan bulan, seperti tanggal empat belas, Adiknya sangat terkejut saking dapat mengertinya, tidak keliru dengan barangnya, pantas saja disebut puasa bulan Ramadhan, tidak tahunya bahwa kita harus melihat bagaikan bulan tanggal empat belas (bulan purnama)


143. Tanggal itu yang satu lagi, rukun Islam yang ke limanya, oleh kanda segera terangkan, ingin cepat sampai tuntas, supaya dinda bisa Tohid, artinya kepada Sareatnya Hakekatnya Tarekatnya dan Ma’rifatnya, pada rukun Islam yang ke lima yaitu pergi Haji, silahkan kanda terangkan






Menerangkan :


SAREAT, HAKEKAT, TAREKAT DAN MA’RIFAT




PADA PERGI HAJI


144. Berkata kakaknya, Sareatnya haji yang sudah lumrah yaitu, jarrah ke Mekkah, Baitullah yang dituju, Hakekatnya sudah pasti, melebur dosa yang tadi, Tarekatnya tidak salah pada waktu sedang menjalani, ya pada waktu Tajali tadi, Ma’rifatnya harus merasakan bersatunya jasmani dan rohani


145. Sekarang silahkan hitunglah oleh dinda, rukun Islam yang lima itu, berapakah jumlahnya, masing-masing empat setiap rukun, adiknya cepat menjawab, sudah pasti lima kali empat sama dengan dua puluh, berkata kakaknya, itu dia, kok itu sifat dua puluh dinda, sifatnya Allah Ta’ala


146. Raden Muslimat berkata kepada kakaknya, ternyata dua puluh sifat berasal dari Islam semuanya, dinda berterima kasih sekali, ada petunjuk dari Allah Ta’ala, ditakdirkan bisa mengetahui pada pasal-pasal yang baru diterangkan itu, namun sekarang masih juga ada rasa bimbang yang masih belum dapat dimengerti, mau bertanya lagi kanda


147. Bilamanakah Allah Yang Maha Suci, memberikan Nyawa kepada Manusia, oleh dinda belum terasa, sebab pada saat itu, ketika di dalam kandungan, oleh ibu sembilan bulan, kata kanda pada waktu itu, baru ada hidup saja, tidak ada Nyawa. Hidup Suci tandanya sudah bisa bergerak, terasa oleh ibu




Menerangkan :


ALLAH TA’ALA MEMBERI NYAWA KEPADA MANUSIA




148. Berkata kakaknya, dinda kalau belum mengerti, Allah Ta’ala memberinya Nyawa, pada saat Ibu melahirkan, pada saat sang bayi lahir, dari bathin ke alam lahir, bertemunya hawa yang dua, hawa bathin bertemu, kontak dengan hawa dunia, kejadian jadi napas bayi, ya itulah namanya Nyawa


149. Setiap ada napas pasti, sudah tentu barengnya dengan Nyawa sebab Hakekatnya Nyawa, nyatanya rasa itulah, adiknya lalu berkata, dapat dimengerti kalau begitu, dinda tidak bimbang lagi, karena jelas sekali, kan bukti waktu di dalam kandungan Ibu tadi, bayi tidak ada napasnya


150. Kok hidup, tandanya hidup bisa bergerak, jelas sekali hidup itu suci, tidak dengan perantaraan napas, sekarang benar begitu, Hidup dan Nyawa jelas sekali, yaitu sifatnya napas, namun maap ingin memotong perkataan lagi kepada kanda, bahwa tadi oleh kanda sudah dikatakan, napas itu bareng dengan Rasa


151. Tetapi dinda waktu tadi lahir, saat lahir dari rahim Ibu tidak merasakan apa-apa, sedangkan kata kanda begitu, Rasa itu sudah pasti bareng dengan napasnya, dinda merasa bimbang, kakaknya cepat menjawab, kalau benar tidak ada rasa, bayi tidak akan menangis sampai menjerit-jerit


152. Tentu saja makanya bayi bisa menangis, dikarenakan sudah adanya rasa, kedinginan buktinya gemetar, hukuman dari Yang Maha Agung, menuruti asal muasalnya tadi, dari pada bibit manusia, Adam Hawa begitu, kan Adam itu kata kitab makanya turun ke alam dunia ini, disebabkan mendapat hukuman dari Allah Ta’ala


153. Yaitu dibuang ke alam dunia, dari sirna menjadi tidak enak, pada saat turun kealam dunia ini, menangis saking merasa menyesal, Adam dan Hawa menjerit-jerit, saking merasakan tidak enak, dari surga turun, asal gembira menjadi sengsara, makanya bayi juga menangis, tidak pernah begitu lahir terus tertawa


154. Raden Muslimat tertawa terbahak, karena saking merasa jelas, demikian asalnya bayi menangis, sangsakala leluhur dan terasa di buangnya pasti, jadi bila ada yang wafat, masih ada pasti, Nyawanya masih di dunia, karena masih belum keluar dari hukuman Allah Ta’ala, makanya bergentayangan


155. Tanda belum dilepas dari penjara, masih tetap sedang dalam hukuman, belum bisa mendapatkan Vonis, Vonis lepas bebas dari hukuman, tetap tidak boleh muncul, disebabkan karena tidak bisa menghadap begitu, kepada yang punya pengadilan, mohon ampun dari pada dosa tadi, sangat tidak punya akal


156. kan di dunia juga terbukti, kalau kita mendapatkan hukuman berat, kan diijinkan meminta permohonan, tetapi permohonannya itu, jangan memakai surat lagi, lebih baik menghadap langsung, ke Hadirat Yang Maha Agung dan harus benar bicaranya, mohon ampun tidak akan sekali-kali lagi berbuat kelakukan yang demikian


157. Jangan hanya ampun di belakangnya saja, tidak menghadap ke hadapannya, ke Keraton Yang Maha Kuasa, jelasnya kepada Dat Yang Maha Agung, Baetullah yang sejati, yang tidak di Barat, di Timur, di Utara atau di Selatan, itulah tempat pengadilan yang sempurna, ya sifat Gofururrohim, tempat mengampuni dosa


158. Kalau di dunia misalnya Mahkamah Agung, Raad Van Yutisi pengadilan yang lebih sempurna, kakaknya cepat menjawab Aduh dinda, kanda bahagia, oleh dinda cepat dimengerti, malah ada bedanya, sama saja dunia dan akherat juga, ada perbandingannya


159. Kalau sudah mengetahui Datnya Allah, tinggal rajin dan suhud Ibadahnya, harus Istiqomah tobatnya, jangan sampai tertinggal sewaktupun, di hadapan Allah, Insya Allah akan diampuni, kalau tidak demikian maka akan termasuk ke dalam peribahasa, muka menghadap, hati tetap saja mungkir, Akbarnya ke sana ke mari


160. Bila orang kaya Akbarnya kepada uang, bila petani Akbarnya ke sawah ladang, boleh jadi sembahyangnya tidak khusu’ kepada Allah Yang Maha Suci, ingat saja ke sawah, akhirnya juga pasti pujinya juga dilewatkan, karena tekadnya ingin cepat-cepat sampai pada mengucap salam.




SEPATAH KATA DARI PENULIS




161. Pada bagian ini tobat dari saya pribadi, saya sebagai penulis kitab layang ini, semoga semua saudara yang membaca atau mendengarkan, sama sekali bukan diri saya menyindir kepada semuanya, yang telah melaksanakan Ibadah, menjalani perintahnya Kang Jeng Nabi, tetapi hanya menyindir


162. kepada diri saya sendiri, yang terasa oleh badan sendiri, suka begitulah kerjanya bila sedang mendirikan sholat, bila sedang bertani Akbarnya ke sawah, kalau sedang berdagang begitu juga Akbarnya ke pasar, malah kalau sedang parah sekali, Akbarnya malahan ke perempuan, tidak khusu’ kepada Allah Yang Maha Suci


163. Ternyata makanya terjadi demikian itu, makanya Akbarnya suka ke sana ke mari, pantas saja bisa begitu juga, karena belum Ma’rifat kepada Dat Sifat Yang Maha Suci, tidak pasti yang dikiblatinya hanya dibayangkan saja, di cipta menurut perkiraan, sesungguhnya ikut-ikutan saja mengikutinya yang menuntunnya, bagaikan kerbau dicocok hidungnya


164. Kembali diceritakan Raden Muslimin dan Raden Muslimat, sedang membahas masalah Agama, saling berkata sesama saudara, adiknya lalu berkata, dinda sangat berterima kasih pada kasih sayang kanda, yang telah mengajarkan, menjelaskan yang sebenarnya, yang terasa sangat meresap ke dalam hati sanubari dinda, yang tidak terhingga


165. Hanya sekarang ingin bertanya kembali, bahwa dinda sering menemui anak bayi yang meninggal dunia, dinda sangat bingung, katanya bayi itu bersih, belum ada dosanya, kenapa bisa begitu meninggalnya pakai sekarat, napasnya tersengal-sengal seperti menahan sakit yang tiada terkira, bagaimanakah itu sebabnya.




PUNGKUR




166. Kakaknya lalau menjawab, pasal itu dinda jangan heran, makanya bayi suka sekarat pasti, disebabkan tadi jalannya, waktu lahir ke alam dunia turun, jalannya ke neraka, nerakanya Ibu tadi


167. Waktu melahirkannya jelas Ibunya setengah mati, merasa sakit yang tak terhingga, malah suka ada yang pingsan saking merasa sampai meninggal dunia, nah itulah tadi jalannya, waktu hendak lahir, turun ke alam dunia.


168. kembalinya kita juga tidak akan salah, mengalami lagi kepada jalan yang seperti tadi, makanya napasnya sampai tersengal-sengal, mengalami jalan menanjak umpamanya, pantas saja melewati jalan tanjakan pastilah sukar, walaupun tadi turunnya saja Ibunya sampai setengah mati


169. Nah dinda oleh karena itu kita wajib menuntut ilmu, supaya kita tidak seperti begitu, akalnya tidak ada lagi, harus di jalani selagi kita masih hidup sampai ketemu dengan ilmunya ilmu sekarat di dunia (di alam lahir)


170. Kan ada dalilnya, Antal maotu qoblal maotu, dinda, nah itu harus tersusul, sebelumnya kita meninggal dunia, merasakan rasa sakarat, terasa sakitnya pasti.


171. Kalau dijalani dari sekarang, tentu nanti tidak akan mengalami lagi, dari sekarang sudah dicicil, tiap hari sekarat, supaya nanti bila sudah tiba waktunya, sekaratnya sudah habis, tinggal nikmat saja pasti


172. sebab asalnya juga nikmat, yakni seribu nikmat Ibu Bapak tadi, pada waktu sedang berkumpul, ya buktinya wujud kita, kembalinya juga harus nikmat lagi pasti, di dalam hadis sudah termashur, pahalanya dari Allah Ta’ala


173. Menerima seribu kali Nikmat, yakni seribu kali nikmat Ibu Bapak tadi, sebaliknya bila kita, tidak menemukan Ilmunya, seribu kali rasa sakit Ibu tadi, seribu kali melahirkan, begitulah siksaan dari Tuhan


174. Adiknya lalu menjawab, ya percaya kalau begitu, dapat dimengerti, makanya bayi suka sekarat begitu, kembali lagi kepada jalannya, waktu tadi ketika dia turun ke Alam Dunia, karena tidak akan salah pulangnya, pasti dialami kembali


175. Sekarang kita ganti pasal, mau menanyakan hal yang belum dapat dimengerti, di dalam hal perkara Rasul, Rasul yang enam itu, apakah sama syahadatnya begitu, seperti biasa, syahadatnya Kang Jeng Nabi Muhammad




176. Dan pada waktunya, sholatnya apakah berbeda satu persatu, apakah sewaktu-waktu, dan apakah kenyataannya, Hakekatnya di badan kita sendiri, silahkan Kanda jelaskan, biar teratur satu persatu


177. Kakaknya lalau menjawab, tentu saja syahadatnya tidak sama, berbeda satu persatu Rasul, begitu juga waktunya, tidak sama masing-masing mempunyai waktu, coba beginilah kalau belum mengetahui, silahkan Dinda dengarkan




Menerangkan :


RASUL YANG PERTAMA : NABI ADAM




178. Mula-mulanya Allah Ta’ala, ya menciptakan Utusan yaitu, Nabi, Nabi Adam yang terhadulu, begini Dinda Syahadatnya, Ashadu Anla Ilahaillalloh, Wa ashaduanna Adam Halipatulloh lagi


179. Firman Allah. Kamu Adam dikehendaki oleh kami, menjadi utusan sudah pasti, tetapi kamu sekarang, jangan dahulu ingin Ma’rifat kepada kami, begitu, ketahui saja dahulu, wujud kamu sendiri


180. Karena wujud kamu itu, kenyataannya adanya kami pasti, dalilnya sudah tersebut, Wallahu bathinul Insan, Al Insaanu Dahirulloh itu demikian, tetapi kamu sekarang, mesti harus sholat


181. Yaitu Dua Rokaat, waktu subuh setalah keluarnya fajar Siddiq, sedangkan sebab musababnya diharuskan, kamu harus tumarima, (me-nerima-kan) punya nyawa keduanya punya wujud, nah itulah asalnya, makanya ada sholat shubuh


182. Adiknya terus menjawab, Duhai begitukah asalnya sholat shubuh, pantas saja manusia itu harus, Sembahyang Subuh itu, tandanya Menerimakan punya nyawa dan Wujud, kepada Allah Yang Maha Kuasa, Tinggal keduanya lagi




Menerangkan :


RASUL YANG KEDUA YAITU : NABI NUH




183. Berkata kakaknya, yang kedua, Allah Ta’ala menciptakan Utusan lagi, Nabi Nuh, yang terkenal, begini dinda syahadatnya, Ashadu Anla Ilahaillalloh, Wa ashaduanna Nuh Habibulloh.


184. Firman Allah Ta’ala, Kamu Nuh dikehendaki oleh kami, menjadi utusan sudah pasti, tetapi kamu sekarang jangan ingin Ma’rifat kepada kami, begitu, ketahui saja dahulu pendengaran kamu ya pendengaran Aku.


185. Dalilnya Sama-Sami’an, dan kamu sekarang Nuh, harus mendirikan sholat waktu lohor, banyaknya empat rakaat, biar menerimakan mempunyai Dua telinga tentu dan dua kaki sudah nyata, makanya manusia wajib


186. Wajib harus sembahyang, menerimakan mempunyai telinga dua dengan dua kaki, berkata adiknya :”Terima kasih sekali”, sekarang Dinda sembahyangnya mantap, karena mengetahui asal muasalnya, waktunya tadi dari Nabi


Menerangkan :


RASUL YANG KETIGA : NABI IBRAHIM




187. Tinggal yang ke tiganya, coba silahkan kanda terangkan lagi Nabi apa yang disebut kakaknya lalu menjawab, yang ketiganya Utusan Yang Maha Agung, yaitu Nabi Ibrahim, begini syahadatnya dinda


188. Ashadu Anla Ilahaillalloh, Wa ashaduanna Ibrahim Halilulloh. Hai kami Ibrahim, sekarang menjadi utusan sudah tentu, tetapi kamu jangan ingin Ma’rifat kepada Kami.


189. Ketahui saja dahulu, Penglihatan kamu ya penglihatan Ku dalilnya yang tersebut Bashar-Bashiran. Sekarang kamu segera kerjakan sujud, harus sholat empat rokaat, ashar waktnya pasti


190. Sebab kamu mempunyai, punya mata dua buah sudah pasti terbukti, dan mempunyai tangan kiri dan kakan, begitulah asalnya makanya ada sholat Ashar yang sudah nyata, Makanya manusia Islam, harus sholat Ashar mesti


191. Adiknya lagi, menjawab :”Itu Rasul yang ke empat, silahkan kanda terangkan lagi. Nabi apa namanya, dinda sama sekali belum mengetahui”, kata kakaknya, “Nabi Musa itu, dinda!”




Menerangkan :


RASUL YANG KE EMPAT YAITU : NABI MUSA




192. Begini dinda syahadatnya, Ashadu Anla Ilahaillalloh, Wa ashaduanna Musa Kalamulloh.,berfirman Allah Yang Maha Agung, Hai Kamu Musa sebagai utusan, UtusanKu pribadi.


193. tetapi, jangan ingin mengetahui, Dat Sifat-Ku, ketahui saja dahulu, pengucap Kamu itu, sebenarnya pengucapmu itu kenyataan pengucapKu sudah pasti, dalilnya tuh sudah jelas disebut. Kalam-Mutakaliman


194. segera laksanakan sholat tiga rakaat waktu magrib kamu tidak salah lagi, sebab kamu sudah pasti, pertama mempunyai mulut, keduanya mempunyai lisan dan ketiganya mempunyai hati, tidak salah lagi




Menerangkan :


RASUL YANG KELIMA YAITU : NABI ISHA




195. Setelah Nabi Musa kemudian menyusul lagi Nabi Isha, syahadatnya juga pasti, Ashadu Anla Ilahaillalloh, kemudian mengucap, Wa ashaduanna Isha Ruhulloh., begitulah syahadatnya Nabi Isha




196. Berfirman Allah Ta’ala, kamu Isha sudah menjadi UtusanKu, tetapi kamu tidak harus, tidak harus ingin mengetahui kepada Dat SifatKu yang sebenarnya, ketahui saja dahulu, napas kamu pribadi, dalilnya Hayat-Hayyun


197. Sebab napas kamu itu, kenyataannya HidupKu sudah pasti, tetapi kamu sekarang harus sholat pada waktu Isha empat rokaat, di sebabkan padamu itu terdapat, dua lubang hidung terbukti


198. Ketiganya mempunyai napas, yang ke empat mempunyai darah sudah pasti, sebab jika darahnya habis, napasnya juga tidak ada, maka sekarang juga harus sholat pada waktu Isha, sebab asalnya dari Nabi




Menerangkan :


RASUL YANG KE ENAM YAITU : KANG JENG NABI MUHAMMAD S.A.W


199. Sampai kepada Rasul yang ke enamnya, yaitu lahirnya Kang Jeng Nabi Muhammad. Nabi penutup, sudah lumrah syahadatnya yaitu, Ashadu Anla Ilahaillalloh, Wa ashaduanna Muhammad Rasululloh


200. Berfirman Allah Ta’ala, hai Muhammad, engkau adalah Utusan Kami, sekarang kamu itu harus, kepadaKu harus Ma’rifat, sebab engkaulah yang paling dekat begitu, dalilnya sudah disebut, di dalam Al-Qur’an sudah tertulis


201. Begini dalilnya sudah terkenal, yaitu, Al Insaanu Sirri, Waanna Sirruhu, artinya rasa engkau Muhammad, sebenarnya rasa Aku sudah tentu, pangkatnya juga tidak salah, Muhammad Rosululloh


202. Ini Aku wariskan Buraq untuk nanti menghadap ke HadiratKu, dan akan turun temurun sampai ke anak-cucu, terus kepada pawa wali semuanya, malah sampai ke hari kiamat begitu, para muslimin dan para ‘Aulia, yang mendapatkan pertolongan Allah Ta’ala


203. Begitulah sejarahnya, tetapi heran orang Islam suka memungkiri, bahwa sungguh katanya tidak akan tercapai, kan tadi Allah Ta’ala, sudah menjanjikan kepada Kang Jeng Nabi dengan firmannya, terus sampai ke hari kiamat turun temurunnya Buraq tadi


204. Tentu saja tidak akan dijumpai kalau kita diam saja pada Tarekat Muji, tidak menyusul Tarekat Ilmu, tidak memakai Ijma Kiyas, setegasnya Hukum Akal tidak dicari, tadi di atas sudah dikatakan, kalau tidak dengan akal tidak akan jadi


205. berkata lagi adiknya, benar sekali oleh dinda sudah dapat dimengerti, itu yang enam Rasul, pada waktu-waktunya, Hakekatnya di sekujur badan kita, menerimakan keadaan pada wujud kita pribadi


206. Hakekatnya Adam itu yaitu badan wujud kita sendiri, Nuh nyatanya pendengaran, Ibarahim penglihatan kita, Musa adalah pengucap kita, Isha yaitu penciuman kita, napas sifatnya sudah pasti


207. Muhammad itu Rasa Jasad, pantas saja Muhammad itu menurut setiap hadis, penghulunya para Rasul, sekarang terasa sekali, penglihatan pendengaran pengucap dan begitu juga penciuman, meresapkan kepada Rasa, wujud juga kan bukti


208. Kalau tidak ada Rasa, terbaring saja tidak akan bergerak, berkata kakaknya benar begitu, terima kasih dinda langsung dapat memahami, Hakekatnya semua Rasul, sudah berkumpul di dalam jasad, tidak kekurangan lagi, Adiknya berkata lagi,


209. Namun mengapa yang sudah mengaji suka menyangkal sekali, tidak percaya kepada yang mengatakan, yang mengaku sudah Ma’rifat kepada Datnya Alloh, katanya menurut kitab, tidak akan ada seorangpun


210. yang bisa Ma’rifat Dat, kecuali Nabi Muhammad Rosululloh, yang bisa Ma’rifat begitu, manusia tidak akan ada, jadi bila seseorang telah mengatakan, mengaku telah Ma’rifat Dat, Murtad tidak salah lagi.


211. Malah jangan di dekati, takut menular, ketularan lagi, sangat banyak yang begitu, dan mengatakannya, bukan orang sembarangan dan sudah terkenal lagi, ada yang pangkatnya ulama, yang mengajinya sudah tinggi-tinggi


212. Kakaknya lalu menjawab, benar begitu jika yang mengaji dalil hadis, memang juga suka keliru, bila tidak mengaji Kiyas, begitu juga Ijma tidak dicari, tentunya keliru pengertian, karena tidak memakai akal lagi


213. Coba dinda pikirkan, kata Hadis tidak ada seorangpun, yang dapat Ma’rifat kepada Dat Yang Maha Agung, ya tentu saja benar, karena yang namanya orang itu sudah pasti, melihatnya pasti dengan mata kepala, mata ini mata yang melotot.


214. Kalau demikian benar sekali, Mu’tajilah, sudah tidak salah lagi, sebab menjirimkan (membendakan) tentu, menjirimkan Allah Ta’ala, ada kita dan ada dia, jadi mengangap ada hidup dua, nah begitulah kalau belum mengerti


215. Kalau hadis itu tidak salah, perkataan perkataan para Rasul, para Nabi, yang salahnya sudah pasti yang mengajinya itu, sebab mengartikannya secara Harpiah, menterjemahkan makna kitab belaka, tanpa dipikirkan kembali


216. Padahal makna kitab Al-Qur’an ada dua macam, di dalam Al-Qur’an sudah ditulis, pada jam yakunil itu, ada arti sachrul bariyyah, dan keduanya, Kaherul bariyyah tentu, ada arti yang kasar, ada arti yang halus pasti


217. Yang kasar untuk Neraka, yang halus untuk bagian Surga, kata Al-Qur’an begitu, mengapa mau tidak percaya, kepada itu Dalil Al-Qur’an yang sudah pasti, Dalil tidak boleh dirobah, maknanya juga begitu


218. Namun wajib diketahui, makna dalil harus terasa dimengerti, keluar Inti Sarinya begitu, Jalankan Hukum Kiyas, sebab yang akan menyempurnakan maksud, tidak ada lain hanya oleh akal, ilmu lahir, ilmu bathin.


219. Kan tadi hadist sudah mengatakan, tidak ada yang dapat Ma’rifat kepada Allah, kecuali Kang Jeng Muhammad Rasul, itu juga benar, tetapi jangan menentapkan kesana, kepada Kang Jeng Rasululloh, itu hanya yang menjadi cikal bakal


220. Cikal bakal yang Ma’rifat, tetapi segeralah cari, Hakekat Nabi, yang ada dalam wujud, sebab Rasululloh itu tidak wafat, kalau wafat dunia juga akan hancur lebur, wafat juga hanya majajinya saja, kalau Hakekatnya tidak wafat


221. Makanya segeralah cari, Rasululloh, tegasnya Rasa Allah, di sekujur wujud kita, kalau sudah ketemu tentu saja bisa Ma’rifat kepada Dat Yang Maha Agung, karena itu yang dapat Ma’rifatnya, orang tidak dapat melihatNya


222. Tetap saja menjadi yang paling bodoh, tidak mempunyai daya dan upaya, pasti, kecuali rasanya Yang Maha Agung, yang tetap mengetahuinya, yang melihatnya tidak memakai mata begitu, berkatanya tidak dengan mulut, mendengarnya tidak dengan telinga.


223. Yang Go’ib di wujud kita harus ketemu supaya dapat kembali kepada rasa dahulu, yaitu Rasa Allah, sebab jika tidak ketemu sekarang pasti, tidak akan dapat kembali lagi, kepada rasa yang tadi


224. Tetap di dalam rasa dunia, bergentayangan kembali ke dunia lagi, oleh dunia ini terkurung, tegasnya belum keluar, masih tetap di dalam pembuangan begitu, buktinya banyak arwah penasaran, banyak yang surup menyurup


K I N A N T I


225. Selanjutnya adiknya berkata lagi, sekarang mau bertanya kembali, bahwa yang mendengar dari Kitab, ada puji empat macam, nomor satu yang disebut Puji Hadis Alal Hadis


226. Nomor dua yang disebut, Puji Hadis Alal Codim, sedangkan yang ketiganya, Puji Codim Alal Codim, ke empat yang disebut, Puji Codim Alal Hadis


227. Oleh dinda belum dapat dimengerti bahasa Indonesianya Dalil tersebut, apalagi di dalam penerapannya, pada waktu mana lagi, mudah-mudahan dapat kanda terangkan, dinda ingin segera mengerti




MENERANGKAN BAHASA INDONESIA NYA


PUJI HADIS ALAL HADIS, DAN PENERAPANNYA


228. Kakaknya menjawab sambil tersenyum “Begini dinda kalau belum mengerti. Bahasa Indonesianya dari pada, Dalil nomor satu, yang tadi telah disebutkan itu, Puji Hadis Alal Hadis


229. Bahasa Indonesianya yang sudah umum, yang sesuai dengan Maha santri, yaitu Puji Yang Baru Kepada Yang Baru, begitu kalau Bahasa Indonesianya dinda”, Adiknya lalu menjawab :”Betul Bahasa Indonesia sudah dapat dimengeti.”


230. Namun barangnya belum dapat dipahami, penerapannya begitu pula, yang manakah itu, Puji Hadis Alal Hadis, Puji Yang Baru kepada Yang Baru, oleh dinda belum dapat mengerti.


231. Berkata kakaknya, “Silahkan oleh dinda belum dinda pikirkan dahulu, masa iya tidak terpikir, maksud dari pada Dalil, Puji yang baru kepada yang baru, barang nyata itu dinda.”


232. Adiknya lalu menjawab, “Begini kalau dapat diterima, yang baru memuji kepada yang baru, Ibaratnya Dinda memuji kepada kanda, kan sama-sama yang baru


233. Berkata kakaknya, “Kalau begitu bukan bab Ilmu, karena tidak akan menjadi manfaat, kanda oleh dinda dipuji, memuji kepada kanda, kan sama-sama yang baru.


234. Jangan menyamakan kepada Yang Maha Agung, didalam syahadat juga dinda, hanya Satu Allah yang wajib disembah mesti, kan dalil itu peraturan Ilmu sudah pasti


235. Bukan untuk memuji kepada makhluq, tetapi tetap hanya untuk Tuhan yaitu dari MakhluqNya, sedangkan memuji kepada manusia itu lain lagi aturannya, hanya untuk di dunia saja


236. Berkata Adiknya, bagaimanakah yang sebenarnya, kanda, silahkan dinda beri pengertian, karena yang dapat dinda ketahui hanya sebegitu saja, yang dapat dicapai oleh akal, kalau salah ya terserah, kanda, dinda pasrah saja kepada kanda


237. Kakaknya berkata sambil tersenyum manis, begini dinda kalau belum mengerti, puji yang baru kepada yang baru, yaitu pada saat dinda membaca kitab dan Al Qur’an, sama-sama baru pasti


238. kan huruf Al Qur’an tentu baru, hasil ciptaan Nabi, Codim itu firman-Nya, tetapi hurufnya pasti baru, begitu pula kita yang membacanya, suaranya baru juga


239. Masa iya tidak dapat dipahami, itu suara jelas setelah kita ke dunia, kan ketika kita tadi di dalam perut Ibu tidak bersuara kan, dinda


240. Berkata adiknya, ya sudah dapat dipahami, Puji Hadis Alal Hadis, tinggal itu yang keduanya, Puji Hadis Alal Codim, yang bagaimanakah itu, dan penerapannya di mana lagi




MENERANGKAN BAHASA INDONESIANYA


PUJI HADIS ALAL CODIM DAN PENERAPANNYA


241. berkata kakaknya, kalau belum mengerti, Puji Hadis Alal Codim, begini bahasa Indonesianya, yang baru memuji kepada yang codim, sedangkan penerapannya, yaitu di dalam sembah pasti


242. yang barunya itu wujud, berdiri ruku’ sujud dan ke empatnya duduk, kan itu sama-sama baru, sedangkan yang Codimnya yaitu Nur Muhammad asal tadi


243. Cahaya yang empat perkara sudah pasti, yang sudah diterangkan tadi, di dalam jilid yang kedua, barangkali tidak lupa lagi, berkata adiknya, tidak salah, warna yang empat macam


244. tinggal itu yang ketiganya, Puji Codim Alal Codim, dimana penerapannya kanda, dan bagaimana bahasa Indonesianya lagi, silahkan kanda terangkan, selesaikan sama sekali.




MENERANGKAN BAHASA INDONESIANYA


PUJI CODIM ALAL CODIM DAN PENERAPANNYA


245. Kakaknya berkata lagi, sedang yang ketiganya, begini bahasa Indonesianya, yang Codim memuji kepada yang codim, sedangkan itu penerapannya, yaitu pada saat sholat Sejati.


246. Sebab disanakan sudah jelas, sama-sama yang codim, yang memuji dan yang dipujinya, buktinya tidak memakai bibir, karena pada codim semua, masa iya tidak terpikir


247. berkata adiknya terima kasih kanda, benar, oleh dinda terpahami, penerapanya itu demikian, sama-sama Codim, sekarang yang ke empatnya, silahkan diterangkan lagi


248. Yaitu yang disebut, Puji Codim Alal Hadis, yang seperti apakah, yang baru dipuji yang Codim, bagaimana merasakannya di bagian mana lagi.


Menerangkan :


PUJI CODIM ALAL HADIS




249. Kakaknya berkata, begini bila belum mengerti, yang Codim memuji yang baru, bilamana Ibadahnya seseorang, disertai dengan Ma’rifatnya, kepada Dat nya Yang Maha Suci


250. Ibadah disertai Ilmu, nah itulah yang dipuji, disebabkan karena sudah syah Dat nya, dan syah sifat juga, syah asma nya dan syah Af’al nya lagi, tidak terlepas pada eling (sadar/ingat)


251. Apalagi ibadahnya begitu, segala gerak langkahnya sudah pasti, menjadi puji semuanya, sebab sudah tetap eling, tidak mengaku gerak sendiri, hanya oleh Kekuasaan Allah.


252. Adiknya lalu menjawab, terima kasih sudah dapat dimengerti, sekarang kita ganti pasal, hendak bertanya kembali, masih ada rasa bimbang, perihal men taohidkan hidup itu Satu


253. Dinda masih merasa keliru, belum mengetahui sama sekali, di dalam pasal hidup itu, bahwasannya hidup itu hanya satu tidak dua tidak tiga, atau empat, begitu kata setiap hadis


254. Namun heran bukan main, sebab di dalam setiap orang, masing-masing ada hidup itu, dan bila hanya satu, kau buktinya yang meninggal dunia, selalu ada saja siang dan malam


255. Kalau satu itu hidup, mungkin bila meninggal satu, harus meninggal semuanya, sebab hidup hanya satu, dinda dibagian ini, sangat heran sekali


Menerangkan :


BAHWA HIDUP ITU SATU DAN MEMAKAI PERUMPAMAAN




256. Kata kakaknya jangan keliru, tetap hidup itu hanya satu, dan perkara hidup itu tidak pernah terkena mati, Hidup Allah tidak pernah rusak, kekal saja ngangliputi (meliputi)


257. Sedangkan yang suka kena oleh mati, adalah hidupnya manusia pasti, yang dinamakan Nyawa itu, Hakekatnya nyawa itu dinda, yaitu buktinya rasa, badan-badan napsu tadi


258. sedangkan yang namanya hidup, hidupnya Allah, sifatnya yang terang benderang itu, yang kekal tidak kena mati, yang meliputi semua, tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi


259. ‘Aras Kursi begitu juga, Surga dan Neraka lagi, keangliputi semua oleh sifatnya hidup Allah Ta’ala menurut perkataan para Wali disebutnya, “Segara Hurip” ( Samudera Kehidupan)


260. Bibitnya Nyawa disebut, hidupnya segala jenis makhluk, segala macam hewan, mulai dari yang kecil-kecil sampai ke yang besar-besar, begitu juga manusia, Jin dan Siluman, berasal dari yang satu


261. Adiknya lalu menjawab, sekarang dinda mengerti, betul tidak salah Hidup itu, hanya satu-satunya pasti, sedangkan yang banyak pasti, itu adalah Nyawa, ada disetiap jenis


262. Namun maap mau memotong ucapan, oleh dinda belum terpikir bahwa yang menjadi nyawa itu, apakah ‘jenis’nya yang tadi juga, yaitu yang terang benderang, yang ada di dalam wujud manusia


263. Kakaknya cepat menjawab, dinda jangan salah mengerti, bahwa Datnya Allah Ta’ala, tidak berubah kekal sudah tentu, tidak berkurang tidak bertambah, tidak akan rusak Datnya Allah Ta’ala


264. Begini saja, kalau belum mengerti, kita beri perumpamaan saja lagi, supaya dapat dimengerti dan terasa, jangan bodoh sekali, umpamanya kalau di dunia, kita mengurung sebuah lampu


265. oleh suatu ayakan begitu, yang lubangnya berjuta-juta sorotnya pasti banyak, sebanyak lubangnya tadi, satu sorotan lubang itu, menjadi satu nyawa manusia


266. Jadi sebenarnya begitu, yang menjadi hidup jasmani, yaitu sorotnya itu, sorotnya “Sagara Hurip”, walaupun beribu-ribu juta, lampunya tetap Satu


267. Adiknya cepat menjawab, sekarang tidak samar-samar lagi sudah terasa tidak salah, umpamanya kalau dialam lahir seperti yang tadi itu, ayakan dan lampu satu


268. Sekarang oleh kanda, dinda akan ditambah keterangan lagi mau diumpamakan lagi, sesungguhnya Hidupnya Allah cukup tidak kurang tidak lebih


269. umpamanya satu lampu, yaitu lampu yang tadi, apinya diambil oleh banyak orang, satu orang menyundut rokok satu, semuanya pada menyundut rokok kesana, walaupun berjuta-juta orang


270. Apakah Api dari lampu berkurang atau bertambah, diambil oleh berjuta-juta orang, adiknya lalu menjawab, tetap tidak akan berubah, tidak berkurang apalagi bertambah


271. Aduh kanda lebih dari cukup, keterangan itu sangat utama masa iya ada orang yang tidak mengerti perumpamaan tadi yang begitu jelas sekali, keterangan yang sangat yakin






M A G A T R U




272. Namun ada lagi sedikit kebimbangan, bahwa dinda suka mendengar Dalil yaitu yang disebut, Inna Lillahi bunyinya, dan ada lanjutannya sudah terkenal


273. yaitu Wa Inna Ilaehi rojiun, sedangkan artinya itu dalil asal dari Allah sudah tentu, harus kembali lagi, kepada Allah Yang Maha Agung


274. Kalau demikian apakah kita sudah menyingkir, sudah berjauhan dari yang Maha Suci, kan Allah Maha Agung, ngangliputi tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi beserta segala isinya pasti


275. Kan tadi dinda pada waktu turun, lahir ke alam dunia, tidak dengan berangkat begitu, merasa sudah langsung berada di alam lahir, ‘pergi’nya tidak terasa


276. Tapi itu kok menurut Dalil begitu, diharuskan kembali lagi, kepada Allah Yang Maha Agung, apakah yang kembali, oleh dinda belum terasa


Menerangkan :


INNA LILLAHI WA INNA ILAEHI ROJIUN


PASAL YANG KEMBALI


277. Kata kakaknya, duhai dinda masih bimbang, benar dinda harus kembali, tetapi bukan berangkat begitu, seperti dari luar ke dalam rumah, kembali juga kembali rasa


278. Rasa dunia kembali kembali kepada rasa dahulu, tetapi tempat kembalinya dinda, tempat kembali rasa begitu, ada tiga perkara, nomor satu disebut.


279. Nomor satu Hakekatnya Adam disebut, ke dua Hak Muhammad Nabi, ketiganya Haknya Yang Maha Agung, nah begitulah untuk kembali, tergantung ilmunya saja tentu


280. Bila rasa kembali kepada Haknya Adam begitu, diam di Neraka Pasti, merasakan sakit saja, sebab di jalannya diam pada jalannya dahulu


281. waktu turun ketika dilahirkan, oleh Ibu kan di situ berasa sakit, terasa oleh ibunya, nah disitulah dinda, Hak Adam sudah pasti


282. Yang kedua Hak Muhammad akan dijelaskan, Rasa dunia bila kembali kepada Hak Muhammad tentu, menjadikan nikmat sudah pasti, surga namanya terkenal


283. Tetap kekal di dalam nikmat, tidak ada ujungnya, tidak dicampur oleh sakit, kan di dunia itu bercampur, kenikmatan dan kesusahan (sakit), selalu muncul silih berganti


284. Tetapi nanti bila kita sudah meninggal dunia, berpisah sudah pasti, enak tidak enak tentu, kalau yang jatuh ke Surga tetap nikmat saja anteng


285. Yang kembali ke Neraka juga begitu, tidak diselang-seling lagi oleh kenikmatan begitu, tetap kekal di dalam kesusahan, selamanya tidak ada tempo


286. Kata adiknya, maap dinda mau memotong ucapan, yang dinamakan surga seperti apakah itu, apakah seperti di alam dunia, dengan adanya gedung-gedung


287. Barang-barang meja kursi yang bagus-bagus, dan perempuan yang cantik-cantik, kata kakaknya masa iya, seperti waktu di alam dunia lagi, dinda ini seperti orang yang kacau saja


288. Bahwa sesungguhnya Surga Yang Maha Kuasa, Go’ib tidak ada bukti, tidak terlihat oleh mata begitu, tidak terdengar oleh telinga, hanya nikmat saja terasa


289. Kenikmatan di dalam Surga Yang Maha Agung, tidak karena dikerjakan lagi, tidak seperti Ibu dan Bapak pada waktu berkumpul tadi, sewaktu sedang menjadikan bayi


290. Kenikmatan Akherat itu nanti dinda, rasa demikian itu sudah pasti, tidak dikarenakan lagi begitu, nikmat saja selamanya, nah demikianlah yang sesungguhnya


291. Itulah Hak Muhammad Rasul, adiknya berkata lagi, tinggal yang satu belum paham, yang nomor ke tiganya lagi, yang disebut Haknya Yang Maha Agung


292. Kalau sampai kepada Haknya Yang Maha Agung, jadinya bagaimana pula, kakaknya lalu menjawab, yang sampai ke sana dinda, tetap kekal di dalam lupa


293. yaitu sempurna kembali ke rasa dahulu, sebelum ke dunia lahir, sewaktu masih menjadi Nur, Nur Muhammad waktu tadi tidak merasakan apa-apa


294. Tidak ada rasa tidak enak juga luput, Dat Laesa Kamislihi tidak ada arah tidak ada tempat, tidak ada warna tidak ada rupa, yaitu Datnya Yang Maha Suci


295. Di dunianya sampai kepada pangkat yang demikian, berilmunya waktu di alam dunia, pangkatnya sudah Ma’rifat, kepada “Segara Hirup” (samudera Kehidupan), yaitu Datnya Yang Maha Suci


296. sedangkan yang kembali kepada Surga Yang Maha Agung, yaitu yang Ma’rifat, yang sudah Ma’rifat kepada Nur, Nur Muhammad empat macam yang diatas sudah diterangkan


297. sedangkan yang kembali ke Neraka begitu, di dunianya tidak bertemu, disebabkan kurang suhud (kurang sungguh-sungguh) hanya ikut-ikutan saja, Ibadahnya selang-seling


298. Mengerjakannya hanya karena orang lain, tidak merasa malu kepada Allah Ta’ala, tidak takut kepada siksa kubur, akherat begitu pula, menyesal nanti terasa


299. Berkata adiknya, terima kasih sudah dapat dipahami, pasal untuk kembali, ada tiga macam begitu, bagaimana waktu di alam dunia, tergantung kepada pencapaian ilmunya tentu.


300. Tinggal ini masih ada lagi, rasa bimbang, bahwa tadi kita di Codim, sewaktu masih di alam Nur, rasa itu sama sekali tidak merasa apa-apa


301. Ketika sudah sampai ke dunia, kita sudah pasti tahu-tahu mempunyai rasa sakit, kenikmatan begitu juga, bagaimanakah sejarahnya lagi, dinda masih merasa bingung


302. Mungkin ada perumpamaannya lagi, supaya dapat dipahami, dan cepat dimengerti oleh dinda, ingin jelas jangan bingung, seperti diatas tadi memakai perumpamaan cepat terasa.




Menerangkan :


MAKA BERBEDANYA RASA LAHIR DAN RASA BATHIN  DAN MEMAKAI PERUMPAMAAN


303. Kata kakaknya kalau dinda masih bimbang, akan diumpamakan lagi, supaya cepat dapat mengerti, cepat terasa oleh dinda, sesungguhnya Datnya yang Maha Suci


304. Yang disebut Wali Segara Hirup, yang mencukupi tujuh lapis bumi, ngangliputi tujuh lapis langit, perumpamaannya kalau di alam lahir, lautan yang terlihat.


305. Seluruh isi bumi asalnya hanya dari laut, airnya tidak salah lagi, cukup menghidupi seluruh makhluk, sudah pasti bisa jadi, isinya dunia tentu


306. Air laut rasanya asin sudah tentu, tuh perumpamaan kita tadi, sebelum lahir kedunia, sewaktu masih di dalam segara hirup, yaitu di dalam Datnya Yang Maha Suci


307. Umpamanya diam didalam asin begitu, yaitu rasanya Allah, belum menjadi rasa wujud, yaitu rasa jasmani, jelasnya diam di dalam lupa


308. Rasa asin yaitu lupa dahulu, kan laut juga bukti, airnya asin sudah tentu, setelah sampai ke daratan berubah, sudah menjadi air hujan pasti


309. Asal asin kok menjadi tidak, sudah tentu, air hujan itu tidak asin, serta tadi air laut, setelah sampai ke daratan kok berbeda, rasanya berganti


310. Jadi rasa air asin yang dilaut perumpamaan rasa bathin, rasa air hujan itu pasti, rasa alam lahir yang terbukti ada enak dan tidak enak


311. perumpamaan yang menjadi hidupnya wujud, yaitu air hujan tadi, setetes masing-masing sudah tentu, ya menjadi nyawa jasmani, makanya benar-benar


312. tidak terhitung jumlahnya seperti air hujan begitu, satu tetes satu orang, menjadi nyawa sudah pati, sifatnya napas sudah terbukti, setiap wujud juga ada.




P U C U N G


313. Makanya orang wajib mencari ilmu, supaya air hujan, yang tadi sudah jatuh, harus bisa kembali ke asalnya


314. Tidak ada lagi akalnya kita ini harus, mencari jalannya, jalan air laut ke laut itu, harus ketemu selokan-selokannya


315. Kalau sudah ketemu selokan-selokannya sudah pasti, cari akalnya supaya air terus melaju, bisa kembali yaitu ke lautannya lagi


316. Kembali kepada rasa asin dahulu, jangan diam betah ada air hujan saja, yaitu pada rasa alam dunia (alam lahir)


317. kalau tidak ketemu selokannya begitu, jalan air itu, air hujan yang tadi itu, terusannya yang menjadi ke laut


318. Akan tetap di daratan saja sudah tentu, tidak kembali ke asal, di dalam rasa dunia saja, tetap kekal di dalam rasanya neraka.


319. Bergentayangan mencari perlindungan kesana kemari, tergantung siapa yang menyambatnya, kalau disambat oleh kaum siluman, maka pasti menjadi rakyatnya siluman itu


320. Raden Muslimat menjawab sambil tersenyum, sangat percaya sekali, begitulah kejadiannya, karena nyata ada bukti-buktinya


321. ada lagi yang oleh dinda belum dapat dipahami, semoga kanda sudi, ridho mengajar pada saudara, di dalam pasal napsunya manusia


322. Adanya itu bagaimana jalannya pasti, karena ketika tadi, waktu keluar dari perut Ibunda, tidak ada napsu, tidak ingin segala macam




Menerangkan :


DATANGNYA NAPSU


323. Berkata kakaknya datangnya itu napsu, yaitu keinginan, waktu sedang diberi netek (disusui), rasa contak dengan sari-sari empat perkara


324. sebab itu makanya ada air susu, asal dari yang empat, sari bumi dan sari angin, sari api dan sari air tidak salah


325. ya buktinya yang dimakan oleh Ibu, sebab kalau ibunya tidak makan apa-apa, Ibu itu tidak akan ada air susunya


326. ketika bertemu antara mulut dan air susu, tentu ada rasa, rasa lezat dan manis, ketagihan dikarenakan oleh terasa enak


327. Ingin lagi-ingin lagi menjadi rutin, tidak boleh telat, suka marah kalau tidak cepat-cepat, sampai menjerit-jerit tangisnya saking merasa inginnya


328. Selanjutnya jadinya harus bertemu, kata bahasa belanda contak itu namanya, kan bukti contaknya Ibu dan Bapak


329. Buktinya menjadi bayi, menggelintir di dalam perut, dan ada hidupnya, tandanya hidup sudah dapat bergerak-gerak menggerinjal


330. Ketika lahir kedunia bertemu lagi, Hawa yang dua, hawa bathin dan hawa lahir (alam dunia), ketika contak terus saja ada nyawa


331. sifatnya nyawa yaitu, napas sudah pasti, hakekatnya nyawa, rasa itu buktinya, ketika rasa contak dengan perut


332. menjadi napsu banyak keinginan sudah pasti, bibitnya keinginan, sebab tadi sudah merasakan, air susu itu enak rasanya


333. Sewaktu-waktu ada enak, sudah pasti ada perbandingannya, dengan tidak enak sudah tentu, selain itu juga ada pasangan-pasangannya


334. Begitu pula enak tidak enak itu tentu, pada telinga, mata, pada penciuman begitu juga, sudah tentu ada enak dan tidak enak


335. kan bukti di dalam pendengaran juga begitu, ada pendengaran yang enak, ada pendengaran yang tidak enak, menimbulkan menjadi amarah


336. Bagaimana saja pendengaran contaknya begitu, dengan suara yang buruk, kejadiannya menjadi rasa tidak enak


337. Begitu juga kalau pendengaran contaknya dengan suara yang merdu (bagus) ya pasti menimbulkan enak, selanjutnya begitu pula, yang empat bagaimana saja contaknya


338. pada mata kan bukti sudah nyata, ada penglihatan yang enak, ada penglihatan yang tidak enak, malah ada penglihatan yang menimbulkan amarah


339. mata juga bagaimana contaknya begitu, contaknya dengan sifat, sifat yang baik atau yang buruk, kalau sifat yang baik yang menjadi enak


340. walaupun didalam penciuman juga begitu, ada penciuman yang enak, ada penciuman yang tidak enak, sama saja dengan pendengaran, penglihatan dan mulut


341. Raden Muslimat kepada kakaknya lalu berkata, ya terasa sekali, menyerap ke dalam hati sanubari, sejarahnya manusia hidup di alam dunia


342. Namun sekarang mau bertanya kembali kanda, pada waktu wafat nanti, bagaimana sejarahnya, semoga kanda menerangkannya kepada dinda.




Menerangkan :


SEJARAHNYA PADA WAKTU SAKARATUL MAUT


343. Kata kakaknya nanti pada waktu meninggal dunia, bagaimana ilmunya, pengetahuannya di dunia saja, kalau pengetahuannya hanya terbatas kepada barang-barang dunia saja


344. pada waktu sekarat sebelum meninggal dunia, tentu itu nyawa imannya ke dunia saja, jadi contak nyawanya dengan barang dunia


345. kalau sudah kontak nyawanya dengan dunia begitu, ya kembali kedunia, kepada macan, babi, ular, bagaimana saja tergantung pada amal perbuatannya


346. makanya manusia itu wajib, wajib ketemunya, dengan asal muasal dahulu, yaitu Ma’rifat ke Nur Muhammad


347. supaya nyawa nanti pada saat akan meninggal dunia ingatannya (elingnya) kesana, sudah tentu contaknya juga, dengan cahaya Nur Muhammad, asal muasalnya jasad


348. tetap kekal di dalam nikmatnya tentu, yaitu surga, yang tiada henti-hentinya, kekal saja rasa nikmat selamanya


349. Kalau kita di dunia Ma’rifat kepada Datnya Allah Ta’ala, sumbernya semua nyawa, didalam waktu akan meninggal dunia, juga tentunya


350. Nyawa kontak dengan “Sagara Hirup”, gedung Rasulullah, tentu jadinya itu lupa, tidak ingat enak tidak enak juga salah.


351. Kembali lagi kepada rasa yang dahulu, yaitu rasa Allah, tidak ada apa-apa, hanya Allah yang kekal adanya


352. Sampai disini saja dinda, kita tutup, sebegitunya juga sudah cukup, tinggal merasakannya saja, kalau tohid insya Allah akan sempurna




--- TAMAT ---


Bersambung Ke JILID IV dan V
Diambil dari KITAB LAYANG MUSLIMIN-MUSLIMAT ditulis oleh : RD Asep Martawijaya
Tarogong Garut west Java 1920 ( kitab aslinya ditulis dalam bahasa sunda )
disunting oleh : Tuteng Hendi Desember , 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Silahkan berkomentar yang baik, dan lebih mendekati pada kebenaran"