Imam Al-Ghazali mengisahkan dalam kitab karyanya yang berjudul 'Ihya ulumuddin bahwa pada suatu hari Nabi Isa a.s berjalan di hadapan seorang pemuda yang sedang menyirami tanaman dikebun. Kemudian pemuda itu melihat Nabi Isa a.s yang berada di hadapannya maka dia pun berkata, "Wahai Nabi Isa a.s, kamu mintalah dari Tuhanmu agar Dia memberi kepadaku seberat biji Jarrah cintaku kepada-Nya."
Berkata Nabi Isa a.s, "Wahai saudaraku, kamu tidak akan berdaya untuk seberat Jarrah itu."
Berkata pemuda itu lagi, "Wahai Isa a.s, kalau aku tidak berdaya untuk satu Jarrah, maka kamu mintalah untukku setengah berat Jarrah."
Oleh karena keinginan pemuda itu untuk mendapatkan kecintaannya kepada Allah, maka Nabi Isa a.s pun berdoa, "Ya Tuhanku, berikanlah dia setengah berat Jarrah cintanya kepada-Mu."
Berkata Nabi Isa a.s, "Wahai saudaraku, kamu tidak akan berdaya untuk seberat Jarrah itu."
Berkata pemuda itu lagi, "Wahai Isa a.s, kalau aku tidak berdaya untuk satu Jarrah, maka kamu mintalah untukku setengah berat Jarrah."
Oleh karena keinginan pemuda itu untuk mendapatkan kecintaannya kepada Allah, maka Nabi Isa a.s pun berdoa, "Ya Tuhanku, berikanlah dia setengah berat Jarrah cintanya kepada-Mu."
Setelah Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun berlalu dari situ.
Selang beberapa hari kemudian, Nabi Isa a.s datang lagi ke tempat pemuda itu, tetapi Nabi Isa a.s tidak berjumpa dengan pemuda itu. Maka Nabi Isa a.s pun bertanya kepada orang yang lalu-lalang di tempat tersebut, dan berkata kepada salah seorang yang berada di situ bahwa pemuda itu telah gila dan kini berada di atas gunung.
Setelah Nabi Isa a.s mendengar penjelasan orang-orang itu maka beliau pun berdoa kepada Allah S.W.T, "Wahai Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku tentang pemuda itu." Selesai Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun dapat melihat pemuda itu yang berada di antara gunung-ganang dan sedang duduk di atas sebuah batu besar, matanya memandang ke langit.
Nabi Isa a.s pun menghampiri pemuda itu dengan memberi salam, tetapi pemuda itu tidak menjawab salam Nabi Isa a.s, lalu Nabi Isa berkata, "Aku ini Isa a.s." Kemudian Allah S.W.T menurunkan wahyu yang berbunyi, "Wahai Isa, bagaimana dia dapat mendengar pembicaraan manusia, sebab dalam hatinya itu terdapat kadar setengah berat Jarrah cintanya kepada-Ku. Demi Keagungan dan Keluhuran-Ku, kalau engkau memotongnya dengan gergaji sekalipun tentu dia tidak mengetahuinya."
Dari kisah diatas terdapat Hikmah yang mendalam tentang kecintaan dan kekhusyu'an yang sangat besar dari seorang hamba kepada Penciptanya,walaupun kadar cintanya hanya seberat setengah biji Jarrah,namun apabila direalisasikan secara nyata dan khusyu',maka akan mengalahkan dunia dan segala isinya.
Barangsiapa yang mengakui tiga perkara tetapi tidak menyucikan diri dari tiga perkara yang lain maka dia adalah orang yang tertipu :
1. Orang yang mengaku kemanisan berdzikir kepada Allah, tetapi dia mencintai dunia.
2. Orang yang mengaku ikhlas di dalam beramal, tetapi dia ingin mendapat sanjungan dari manusia.
3. Orang yang mengaku cinta kepada Tuhan yang menciptakannya, tetapi tidak berani bersikap rendah diri.
Rasulullah S.A.W telah bersabda, "Akan datang waktunya umatku akan mencintai lima perkara dan lupa kepada lima perkara :
1. Mereka cinta kepada dunia,akan lupa kepada akhirat.
2. Mereka cinta kepada harta benda,akan lupa kepada hisab.
3. Mereka cinta kepada makhluk,akan lupa kepada Al- Khaliq.
4. Mereka cinta kepada perbuatan dosa,akan lupa untuk bertaubat.
5. Mereka cinta kepada rumah mewah,akan lupa kepada kubur."
0 komentar:
Posting Komentar
"Silahkan berkomentar yang baik, dan lebih mendekati pada kebenaran"