Adakah rasa rindu mengetuk pintu hatimu
Sunyi itu kian membelenggu
Alunannya sungguh bagai lorong tanpa ujung rindu
Adakah secawan anggur berisi pada genggaman jemarimu
Satu teguk terlewat mata berbinar
Kemudian teguk demi teguknya
Menggiring pada kelenaan
Andai cawan yang ada diatas meja kecilmu kau teguk
Maka sunyi dan rindu menyapu dari sapa kita
Inikah mabuk itu ?
Menyepuh titik malam jelang pagi
Benarkah waktu kan menyembuhkan luka
Sedang pedihnya makin kental menguliti hati
Keinginan pertemuan dalam bahtera
Akan bahagia menuntaskan rindu
Menyatukan dua buhul temali
Sungguh ketakutan akan kehilangan
Menjadi hantu bagi kesatuan
Tak kuasa tak terasa aku ada
Pada arus putaran deras
Lihatlah darah ini mengalir deras
Saat kau goreskan cinta dihati
Nikmat acapkali berawal dari untaian sakit
Sederas itu jugakah darah dari lukamu ?
Saat kau pentangkan panah cinta
Yang menancap dijantungku dan jantungmu ?
Malam tetaplah bersama misterinya
Bersapa tetes embun ditiap pokok tumbuhan
Menangkap sapa halus mesra bisikanmu
Melantunkan kidung asma-Nya
Oleh tiap benda
Baik hidup ataupun mati
Karena dihadapan-Nya semua tunduk bersama
Puja pujiku hanya bisa berharap pada-Mu
Pada langit nan sejuk
Sang fajar nampak enggan membuka kelambunya yang membiru
Aku terlelap dalam keterjagaan
Menanti asa penuh Kerinduan
Betapapun jauhnya aku
mengembara
Tak dapat kulepaskan
suaramu
Berbisik
lewat kedalaman jiwa
Ketika ombak dilautan melambung
Memecahkan suasana keheningan
Aku rindu kehadiranmu
Meski hanya lewat mimpi Kukirimkan untaian
kata Indah
dalam nyanyian
Lewat matahari
rembulan
Dan taburan bintang
Kau berikan cintamu
Maha Luas
Bak bentangan samudra
ku arungi dengan Sujud dan Ketulusan
Betapapun rindunya aku
ingin bertemu
Denganmu
terasa panjang
hari-hari yang harus Kulewati
Berapa banyak kanvas yang kugores
melukisan keindahan Wajahmu
Namun tak pernah dapat kureka keteduhannya.....
0 komentar:
Posting Komentar
"Silahkan berkomentar yang baik, dan lebih mendekati pada kebenaran"