A. SAYYIDINA ABU BAKAR AS SIDDIQ
1.Barangsiapa yang memasuki kubur dengan tidak membawa bekal, sama seperti orang yang berlayar di lautan dengan tidak berperahu.
2.Kegelapan itu ada lima perkara dan penerangnya juga ada lima perkara yaitu:
a. Cinta dunia itu kegelapan dan penerangnya adalah taqwa.
b. Dosa itu kegelapan dan penerangnya adalah taubat.
c. Akhirat itu kegelapan, penerangnya adalah amal soleh.
d. Kubur itu kegelapan, penerangnya adalah kalimah ‘Laa ilaha illallah Muhammadur Rasulullah.
e. Shirotol Mustaqim itu kegelapan, penerangnya adalah yakin.
e. Shirotol Mustaqim itu kegelapan, penerangnya adalah yakin.
3. Sesungguhnya iblis itu berdiri di hadapanmu, nafsu di sebelah kananmu, dunia di belakangmu, anggota badan di sekelilingmu dan Allah juga bersamamu.
-Iblis yang dilaknat menyuruhmu meninggalkan agama.
-Nafsu menyuruhmu berbuat maksiat.
-Keinginan hawa nafsu menyerumu ke arah syahwat.
-Dunia menyeru supaya memilihnya dari pada Akhirat.
-Anggota badan menyerumu berbuat dosa.
-Allah menyerumu ke Syurga dan keampunan-Nya.
-Barangsiapa yang mengikuti seruan iblis maka akan keluar dari agamanya.
-Barangsiapa yang mengikuti seruan nafsu maka akan keluar rohnya (roh kemanusiaan).
-Barangsiapa yang mengikuti seruan syahwat,maka akan keluar akalnya.
-Barangsiapa yang mengikuti seruan anggota badannya maka akan keluar dari Syurganya.
-Barangsiapa yang mengikuti seruan Allah, maka akan keluar kejahatannya dan memperoleh segala kebaikan.
4. Sayidina Abu Bakar berkata:
Terdapat delapan perkara yang menjadi perhiasan kepada delapan perkara:
– Menjaga perkara yang haram adalah perhiasan kepada fakir.
– Syukur adalah perhiasan kepada nikmat
– Sabar adalah perhiasan kepada bencana/musibah.
– Tawadhu' adalah perhiasan kepada kemuliaan.
– Lemah lembut adalah perhiasan kepada ilmu.
– Rendah diri adalah perhiasan kepada orang yang berbicara.
– Meninggalkan riya' adalah perhiasan kepada kebaikan.
– Khusyu' adalah perhiasan kepada sembahyang.
– Menjaga perkara yang haram adalah perhiasan kepada fakir.
– Syukur adalah perhiasan kepada nikmat
– Sabar adalah perhiasan kepada bencana/musibah.
– Tawadhu' adalah perhiasan kepada kemuliaan.
– Lemah lembut adalah perhiasan kepada ilmu.
– Rendah diri adalah perhiasan kepada orang yang berbicara.
– Meninggalkan riya' adalah perhiasan kepada kebaikan.
– Khusyu' adalah perhiasan kepada sembahyang.
5. Sesungguhnya hamba itu apabila datang ujub dengan sesuatu dari perhiasan dunia niscaya Allah memurkainya hingga dia menceraikan perhiasan itu.
6. Dia berkata kepada para Sahabat:
"Sesungguhnya aku telah mengendalikan urusan kamu, tetapi bukanlah aku ini orang yang paling baik di kalangan kamu maka tolonglah aku, kalau aku berbuat lurus maka ikutilah aku tetapi kalau aku menyeleweng betulkanlah aku.
B. SAYYIDINA UMAR BIN KHATTAB
1.Barangsiapa yang menjaga percakapannya akan dianugerahkan kepadanya hikmah.
1.Barangsiapa yang menjaga percakapannya akan dianugerahkan kepadanya hikmah.
2.Barangsiapa yang menjaga penglihatannya akan dianugerahkan kepadanya hati yang khusyu'.
3.Barangsiapa yang menjaga makanannya akan dianugerahkan kepadanya kelazatan dalam beribadah.
4.Barangsiapa yang bersabar atas ujian hidup maka Allah sempurnakan kesabarannya lalu memasukkannya ke dalam Syurga mana saja yang dia suka.
5.Barangsiapa yang menjaga dari ketawa (berlebihan) dianugerahkan kepadanya kehebatan.
6.Barangsiapa yang menjaga dari bergurau (berlebihan) dianugerahkan kepadanya keelokan atau kemuliaan.
7.Barangsiapa yang meninggalkan cinta dunia dianugerahkan kepadanya dapat melihat kesalahan dirinya sendiri.
8.Barangsiapa yang meninggalkan kesibukan mencari kesalahan pada perbuatan Allah,akan dianugerahkan kepadanya terhindar dari nifak(kafir).
9.Jika tidak karena takut dihisab sesungguhnya aku perintahkan kamu membawa seekor kambing untuk dipanggang di depan pembakar roti ini.
10.Barangsiapa yang takut kepada Allah SWT, niscaya marahnya tidak dapat dilihat. Dan barangsiapa yang takut kepada Allah, kehendaknya akan ditunaikan.
11. Wahai Tuhan, janganlah Engkau jadikan kebinasaan umat Muhammad SAW di tanganku.
12. Termaktub dalam sepucuk surat khalifah Umar kepada Abu Musa Al Asyaari:
“Milikilah sifat sabar. Sifat sabar itu ada dua. Sabar yang pertama lebih afdhal dari sabar yang kedua yaitu sabar dalam meninggalkan larangan Allah SWT dan sabar dalam menghadapi musibah. Ketahuilah bahwa sabar itu berkaitan dengan iman (orang yang bersabar akan mendapat iman) karena kebajikan yang paling utama adalah taqwa dan taqwa hanya dapat dicapai dengan sabar.”
C. SAYYIDINA USTMAN BIN AFFAN R.A.
1.Aku mendapatkan kemanisan ibadah dalam empat perkara:
a. Sewaktu menunaikan apa yang difardhukan Allah.
b. Meninggalkan apa-apa yang diharamkan Allah.
c. Ketika menyeru kepada kebaikan.
d. Ketika mencegah kemungkaran dan menjaga diri dari perkara yang menyebabkan kemurkaan Allah.
2.Empat perkara yang secara zhahirnya merupakan kebaikan dan secara bathinnya adalah wajib:
a. Bergaul dengan orang soleh itu kebaikan, mengikuti amalan mereka itu wajib.
b. Membaca Al-Qur'an itu kebaikan , beramal dengannya itu wajib.
c. Menziarahi kubur itu kebaikan, bersedia untuknya itu wajib.
d. Menziarahi orang sakit itu kebaikan, menunaikan wasiat itu wajib.
3.Diantara tanda-tanda ‘arifin itu adalah:
a. Hatinya takut dan penuh harap kepada Allah.
b. Lidahnya bertahmid dan memuji Allah.
b. Lidahnya bertahmid dan memuji Allah.
c. Matanya malu jika melihat perkara yang dilarang dan lebih banyak menangis karna dosa.
d. Kehendaknya bersih dari cinta dunia dan bertujuan menuntut keridho'an Allah.
D. SAYYIDINA ALI BIN ABU THALIB R.A
1. Ilmu itu sebaik-baik pusaka. Adab itu sebaik-baik sifat. Taqwa itu sebaik-baik bekal. Ibadah itu sebaik-baik barang perniagaan.
2. Siapa yang meninggalkan kehidupan dunia, akan dikasihi oleh Allah. Siapa yang meninggalkan dosa, akan dikasihi oleh para malaikat. Siapa meninggalkan sifat tamak, akan dikasihi oleh orang-orang Islam.
3. Barangsiapa yang tidak ada pada dirinya sunnah Allah, sunnah Rasul dan sunnah wali-Nya, maka tidak ada kebaikan padanya. Kemudian ada orang yang bertanya kepada Sayyidina Ali RA., “Apakah sunnah Allah itu?” Sayyidina Ali menjawab, “Menyembunyikan rahasia (misalnya menutup aib orang lain).”
“Apakah pula sunnah Rasulullah?” Sayyidina Ali berkata, “Bersikap lemah lembut dengan sesama manusia.”
“Apakah pula sunnah wali-Nya?” Sayyidina Ali menjawab, “Sabar dalam menanggung penderitaan.”
“Apakah pula sunnah wali-Nya?” Sayyidina Ali menjawab, “Sabar dalam menanggung penderitaan.”
4. Susah sekali melakukan kebaikan pada empat perkara :
– Memberi maaf ketika marah.
– Bersedekah ketika kesempitan.
– Menjauhi perkara haram ketika seorang diri.
– Bersedekah ketika kesempitan.
– Menjauhi perkara haram ketika seorang diri.
– Berkata benar kepada orang yang ditakuti atau orang yang selalu menolong.
5.Janganlah berharap kepada seorang hamba,melainkan berharaplah kepada Tuhan dan janganlah takut pada seorang hamba, melainkan takutlah akan perbuatan dosamu.
6.Tiada kebaikan ibadah tanpa ilmu dan tiada kebaikan ilmu tanpa faham dan tidak ada kebaikan bacaan kalau tiada perhatian.
7.Dasar kekafiran itu dikelilingi oleh empat tiang yaitu : keras hati, buta fikiran, lalai dan prasangka buruk.
8.Orang yang berhati keras akan menghina kebenaran, menunjukkan kejahatan dan mengutuk orang-orang pandai.
9.Buta hati akan melupakan dirinya dari Dzikrullah.
G. IMAM ASY SYAFI'IE
-Barangsiapa yang menghendaki Akhirat, hendaklah ikhlas dalam menuntut ilmu.
-Orang yang berakal itu adalah orang yang akalnya dapat mengawal sifat-sifat mazmumah (keji).
-Barangsiapa yang ingin agar Allah menutup kejahatannya dengan kebaikan maka hendaklah dia berprasangka baik dengan manusia.
-Orang yang berakal itu adalah orang yang akalnya dapat mengawal sifat-sifat mazmumah (keji).
-Barangsiapa yang ingin agar Allah menutup kejahatannya dengan kebaikan maka hendaklah dia berprasangka baik dengan manusia.
H. IMAM MALIK
"Bukanlah ilmu itu dengan membanyakkan riwayat tapi ilmu itu adalah cahaya yang Allah letakkan didalam hati. Apabila seseorang itu memuji dirinya maka hilanglah cahayanya. Orang yang benar-benar menuntut ilmu itu pasti memiliki kesabaran, ketenangan dan ketakutan."
I. IMAM ABU HANIFAH
Setiap kali aku bersembahyang, aku doakan untuk guruku Hammad dan setiap orang yang aku belajar ilmu daripadanya atau aku mengajarkannya (murid-murid). Aku bergaul dengan manusia sejak 50 tahun. Aku dapati tidak ada seorang pun yang mengampunkan dosaku. Tidak ada yang menghubungiku ketika aku memutuskannya. Tidak ada yang menutup aibku dan aku tidak aman apabila dia telah marah kepadaku. Maka aku sangat ragu dengan mereka itu. Sesungguhnya tidak ada yang lebih mulia dari pada seorang alim yang wara'.
J. IMAM AHMAD
"Janganlah kamu mengambil ilmu dari orang yang mengambil upah atas ilmunya."
K. SUFYAN BIN AINAH
-Dua perkara yang susah sekali mengobatinya yaitu meninggalkan loba (tamak) untuk manusia dan mengikhlaskan amal untuk Allah.
-Zuhud di dunia itu adalah sabar dan menunggu-nunggu kedatangan mati.
-Ilmu itu jika tidak memberi manfaat padamu maka dia akan memberi mudharat padamu.
-Tidak dianggap orang yang berilmu itu berakal selagi dia tidak melihat dirinya hina.
-Ilmu itu jika tidak memberi manfaat padamu maka dia akan memberi mudharat padamu.
-Tidak dianggap orang yang berilmu itu berakal selagi dia tidak melihat dirinya hina.
L.LUQMANUL HAKIM
Beliau Menasehati anaknya:
“Wahai anakku, dampingi selalu para ulama dan jangan engkau banyak berdebat dengan mereka supaya tidak dibenci oleh mereka.”
“Ambillah dunia seperlunya saja dan selebihnya belanjakanlah untuk Akhirat. Dunia jangan ditolak habis agar engkau tidak jadi parasit (hidup menumpang) yang membebankan orang lain.”
“Seringlah berpuasa untuk menundukkan nafsumu, tetapi janganlah sampai meletihkan badan sehingga terganggu ibadah karena ibadah lebih utama dari puasa. Janganlah kamu berteman dengan orang yang bodoh sombong dan bermuka dua.”
0 komentar:
Posting Komentar
"Silahkan berkomentar yang baik, dan lebih mendekati pada kebenaran"